Revisi syariat Islam terhadap praktek jual beli tebu dengan sistem tebang di Desa Takeran Magetan. Praktek jual beli tebu dengan sistem tebang di Desa Takeran Kecamatan Magetan dalam transaksinya menggunakan penetapan harga.
Rumusan Masalah
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai referensi bagi para pelaku usaha yang melakukan kegiatan praktek jual beli tebu dengan sistem miring dan juga bagi para pembaca untuk lebih memahami tinjauan hukum Islam.
Telaah Pustaka
Sedangkan menurut Islam, jual beli beras dengan sistem tebas menggunakan sistem prediksi atau perkiraan (memperkirakan objek jual belinya). Ketiga, Anisa Rahmawati, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Tebasan (Petai, Duku dan Durian) Melalui Makelar di Desa Kemiri Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara, masalah penelitian ini memfokuskan kajiannya pada praktek jual beli tebang. (petai, duku dan durian) melalui perantara yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemiri Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara dan peninjauan hukum Islam mengenai praktek jual beli tebu dengan sistem tebang (petai, duku dan durian).
Metode Penelitian
Sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari sumber 21 Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari petani (penjual) pemilik lahan tebu di Desa Takeran Kabupaten Magetan dan pedagang grosir (pembeli) dari Desa Bendo Magetan yang berperan dalam jual beli tebu dengan sistem tebang di Desa Takeran Kabupaten Magetan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh atau berasal dari pihak kedua.
Sistematika Pembahasan
Salah satu cara teknik ini dapat dicapai adalah dengan membandingkan data observasi dengan data wawancara. Jenis triangulasi teori, triangulasi sumber data.27 Peneliti melakukan perbandingan dari hasil observasi langsung di desa Takeran wilayah Magetan.
PENDAHULUAN
JUAL BELI MENURUT PANDANGAN ISLAM
PRAKTIK JUAL BELI TEBU SISTEM TEBASAN DI DESA TAKERAN KABUPATEN MAGETAN
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI TEBU SISTEM TEBASAN DI DESA
PENUTUP
Pengertian Jual Beli
Sesuai dengan pengertian syariah, jual beli berarti pertukaran harta atas dasar saling sukarela atau pengalihan harta dengan pertukaran yang sah (yaitu dalam bentuk alat tukar yang sah). Yang dimaksud syara' adalah jual beli yang dilakukan sesuai dengan syarat, rukun dan hal-hal lain yang berkaitan dengan jual beli.
نَمَو و لوُاَف َداَع
Transaksi jual beli merupakan kegiatan yang diperbolehkan dalam Islam, disebutkan dalam Al-Qur'an, dalam Hadits dan dalam ijma para ulama. Dan ingatlah Dia sebagaimana Dia memberi petunjuk kepadamu, padahal sebelumnya kamu termasuk orang-orang yang tidak mengetahui.” 4.
روُبرَم
Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum waras dan orang gila adalah tidak sah. Jual Beli Amanah adalah jual beli dimana modal penjualan (harga pembelian barang) diungkapkan pada saat penjualan. Yang dimaksud dengan obyek jual beli adalah obyek yang menjadi alasan diadakannya perjanjian jual beli.
Pada dasarnya hukum jual beli itu sah sampai ada dalil yang menunjukkan bahwa jual beli (transaksi) itu haram dan rusak (fasid). Para ulama fiqih sepakat bahwa jual beli orang gila tidak sah, begitu pula yang serupa seperti orang mabuk dan sebagainya. Para ulama fiqih sepakat bahwa jual beli yang dilakukan oleh anak kecil (belum mumayyiz) dianggap tidak sah kecuali dalam hal-hal kecil.
یپپَّنلا
Jual beli tebangan berdasarkan kondisi tanaman atau buahnya digolongkan menjadi tiga: Pertama, jual beli buah yang belum sah hukumnya adalah haram dan batal.
ملسلما هاور(رَرَغلا
Beberapa perkara jual beli yang dianggap tidak sah atau masih diperdebatkan oleh ulama adalah seperti berikut: 27. Jika isyarat tidak dapat difahami dan tulisannya jelek (terbaca), maka akadnya tidak sah. 2) Beli dan jual melalui surat atau kurier. Ulama fiqh bersepakat bahawa jual beli melalui surat atau melalui utusan yang sah adalah sah; tempat dimuktamadkan akad ialah kedatangan surat atau utusan 'aqi>d kedua.
Para ulama fiqih sepakat bahwa jual beli barang yang tidak ada adalah tidak sah karena tidak memenuhi syarat i>n'iqa>d (pembentukan akad). Seperti jual beli anjing, jual beli babi, jual beli berhala, jual beli bangkai, jual beli khamr. Adzan Jum’at hanya dikumandangkan satu kali saja, yaitu adzan sebelum khutbah.Pada adzan, jual beli dilarang.
بْلاِب ِلِط
نوُكَت ةَرَِتِ
ضَرَ ت نَعمُكنِّم
لَو ْاوُلُ تْقَ ت
نِإ َوَّللا
مُكِب ا ميِحَر
Penetapan Harga dalam Islam
Harga yang wajar dalam perspektif ekonomi Islam adalah harga yang tidak menimbulkan dampak negatif atau kerugian bagi pihak-pihak yang bertransaksi. Bahwa harga yang wajar menurut hukum Islam adalah harga yang terbentuk secara alamiah, yaitu harga. Konsep harga yang adil diperkenalkan oleh Rasulullah SAW yang kemudian menjadi perbincangan di kalangan ulama di kemudian hari.
Islam tidak melarang cara penetapan harga yang berbeda-beda dengan ketentuan sebagai berikut: harga ditetapkan oleh pengusaha/. Tidak ada penetapan harga yang dipaksakan bagi pengusaha/pedagang sepanjang menetapkan harga wajar dengan margin keuntungan yang wajar (tidak di atas normal. Konsep harga wajar pada dasarnya sudah ada dan digunakan sejak awal masuknya Islam).
Gambaran Desa Takeran Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan 1. Letak Geografis
- Keadaan Penduduk Desa Takeran
- Keadaan Sosial Ekonomi di Desa Takeran
- Keadaan Keagamaan Masyarakat Desa Takeran
Kehidupan sosial masyarakat Desa Takeran sama seperti desa-desa lainnya, yaitu menyelesaikan permasalahan lingkungan secara musyawarah. Mata pencaharian penduduk Desa Takeran rata-rata adalah pertanian, karena desa ini mempunyai lahan pertanian yang luas. Penduduk desa Takeran merupakan komunitas dengan pekerjaan yang beragam, mayoritas adalah petani, tukang kebun, dan penanam sayur-sayuran, dan salah satunya adalah jual beli. Dengan semakin banyaknya mata pencaharian maka jual beli menjadi hal yang sangat penting. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Seperti tidak melakukan aktivitas jual beli yang menimbulkan dosa atau larangan yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Sarana ibadah di Desa Takeran dinilai sangat memadai karena kondisi masjid dan musala sangat nyaman untuk beribadah. Selain untuk ibadah, masjid di desa Takeran juga digunakan sebagai tempat anak-anak TPA.
Praktik Jual Beli Tebu Sistem Tebasan di Desa Takeran Kabupaten Magetan
- Penetapan Harga Jual Beli Tebu Sistem Tebasan di Desa Takeran Kabupaten Magetan
- Pengurangan Harga Jual Beli Tebu Sistem Tebasan Ketika Panen di Desa Takeran Kabupaten Magetan
Dalam hal jual beli tebu, pedagang besar harus menentukan harga pada saat transaksi jual beli tebu dengan sistem potong, harga diperkirakan oleh pedagang besar dengan melihat kualitas tebu. Penurunan harga jual beli tebu dengan sistem tebang pada saat panen raya di Desa Takeran Kabupaten Magetan, Desa Takeran Kabupaten Magetan. Dalam prakteknya, bentuk jual beli ini dapat digambarkan sebagai berikut: sejumlah uang yang dibayarkan terlebih dahulu oleh pembeli barang kepada penjual.
Hal serupa juga terjadi di Desa Takeran Kabupaten Magetan, dimana para petani jual beli tebas sebelum masa panen tebu mencari kontraktor untuk melihat lahan tebu siap tebang. Pada saat pemanenan tebu, pedagang besar mengetahui bahwa ada pohon tebu yang kualitasnya kurang baik dan hal ini akan mempengaruhi harga jual beli tebu, dan akhirnya pedagang besar memutuskan untuk menurunkan harga secara sepihak tanpa ada izin dari pedagang tebu. tebu. petani mengenai harga tebu yang diberikan di awal perjanjian. Praktek jual beli tebu dengan sistem tebang di Desa Takeran, Magetan sudah menjadi kebiasaan para petani atau biasa terjadi ketika harga jual beli tebu sedang turun.
Analisis Hukum Islam Terhadap Penetapan Harga Jual Beli Tebu Sistem Tebasan di Desa Takeran Kabupaten Magetan
Pemahaman kedua belah pihak dalam jual beli tebu dengan sistem miring muncul karena adanya tradisi masyarakat yang biasa dilakukan di desa Takeran. Praktek jual beli tebu dengan sistem tanam paksa yang terjadi di desa Takeran mempunyai unsur ketidakjujuran yang muncul ketika tanaman yang dihasilkan petani saat dijual masih dalam usia muda atau belum siap panen. Dalam jual beli tebu dengan sistem tebang shigat (Ijab dan Qabul), akadnya dilakukan secara lisan dan tidak ada pihak lain selain penjual dan pembeli.
Dalam jual beli tebu dengan sistem miring, syarat harga tidak terpenuhi, harga ditetapkan secara sepihak oleh kontraktor sehingga petani tidak diberikan kesempatan untuk melakukan penawaran harga. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual beli tebu dengan sistem miring di Desa Takeran Kabupaten Magetan ditentukan secara sepihak oleh pedagang besar karena penetapannya menggunakan standar harga yang tidak jelas. Analisis Hukum Islam Terhadap Penurunan Harga Jual Beli Tebu Dengan Sistem Tebang Saat Panen Di Desa Takeran Kabupaten Magetan.
Analisis Hukum Islam Terhadap Pengurangan Harga Jual Beli Tebu Sistem Tebasan Ketika Panen di Desa Takeran Kabupaten Magetan
Praktek jual beli tebu dengan sistem miring di Desa Takeran, Wilayah Magetan dapat merugikan. Dalam jual beli tebu dengan sistem tebu miring yang dilakukan di desa Takeran wilayah Magetan, pedagang besar terus menerus menurunkan harga dan awalnya harga yang diberikan kepada petani berbeda pada saat tebu dipanen, sehingga dapat merugikan bagi para petani. petani dan menguntungkan pedagang grosir. Hal lain yang dilakukan pedagang besar sistem tebang jual beli tebu di Desa Takeran, Kabupaten Magetan, adalah menurunkan harga secara sepihak tanpa ada persetujuan petani. Pedagang grosir menurunkan harga karena melihat beberapa tanaman berkualitas buruk.
Apalagi kebiasaan pedagang grosir yang tidak mau merugi dengan mengubah harga transaksi pembelian tebu dengan sistem tebas juga merupakan kebiasaan yang tidak sesuai syara' karena merugikan salah satu pihak yaitu pihak yang membeli tebu. petani. Praktek jual beli tebu dengan sistem tebang yang dilakukan di desa Takeran wilayah Magetan, pada awal perjanjian belum jelas apakah kontraktor menurunkan harga sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi petani. sedangkan kontraktor tidak ingin mengalami kerugian. Sistem diskon jual beli tebu yang terjadi di Desa Takeran, Kabupaten Magetan, mengandung unsur manipulasi harga.
ف اوَثعَت َلَو مٌىی
Harga yang adil dalam Al-Quran juga menekankan keadilan dengan menghindari ketidakadilan dan menekankan kejujuran. Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan jual beli adalah praktek penurunan harga jual beli tebu dengan sistem tebang yang dilakukan oleh kontraktor di Desa Takeran Kabupaten Magetan. Permasalahan yang terjadi adalah jual beli yang tidak dibenarkan oleh Islam karena hanya ingin mengutamakan mencari keuntungan dan tidak memandang kerugian yang ditanggung oleh pihak manapun dalam transaksi jual beli tersebut.
لِإ َنوُكَت نَأ
Kesimpulan
Praktek penetapan harga jual beli tebu dengan sistem tebas yang dilakukan di Desa Takeran Kabupaten Magetan tidak sesuai dengan syariat Islam karena penetapannya menggunakan standar harga yang tidak jelas dan ditentukan secara sepihak oleh kontraktor. Praktek penurunan harga jual beli tebu dengan sistem tebas pada saat panen di Desa Takeran Kabupaten Magetan tidak dibenarkan dalam syariat Islam karena hanya mencari keuntungan dan tidak meneruskan kerugian ingin mendapat dukungan dari kedua belah pihak. .
Saran