• Tidak ada hasil yang ditemukan

TITRASI ASAM BASA Laporan Praktikum Kimi

N/A
N/A
Kartika PDPI

Academic year: 2024

Membagikan "TITRASI ASAM BASA Laporan Praktikum Kimi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TITRASI ASAM BASA ( Laporan Praktikum Kimia Dasar I )

Oleh Deka Delta Lita

2014121028

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Titrasi Asam Basa

Tempat : Laboratorium Ilmu Tanah Nama : Deka Delta Lita

NPM : 2014121028 Jurusan : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

Bandar Lampung, 6 Desember 2020 Mengetahui,

Asisten Dosen

Ukhti Assyifa 1914151091

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi (kemolaran suatu larutan. Cara pertama membuat larutan dengan konsentrasu tertentu, yaitu dengan menimbang zat secara tepat menggunakan alat yang akurat. Cara kedua menggunakan perkiraan jumlah zat yang terlarut dan perkiraan jumlah zat yang terlarut dan perkiraan jumlah zat pelarut, ditentukan dengan metode titrasi (Sutresna, 2007)

Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara. Ada beberapa macam titrasi bergantung pada jenis reaksinya, seperti titrasi asam basa, titrasi permanganometri, titrasi argentometri dan titrasi iodometri (Sunarya dan Setiabudi, 2007).

Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran, dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Proses titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang di analisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan gambar yang diperoleh tersebut kurva pH atau kurva titrasi yangdidalamnya terdapat kurva ekivalen yaitu titik dimana titrasi dihentikan (Ika, 2009).

(4)

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.

2. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel yang digunakan.

3. Mengetahui apa itu larutan standar dan standarisasi.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis (ingin diketahu kadarnya). Titrasi yang menyandarkan pada jumlah larutan disebut titrasi volumetri. Titrasi yang melibatkan asam dan basa disebut asidi alkalimetri. Terjadinya perubahan warna saat titrasi menunjukkan bahwa asam dan basa tepat habis bereaksi (Sarosa, 2010).

Titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan asam. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjafi perubahan warna pada indikator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa (Sutresna, 2007).

Pada titrasi asam-basa, perubahan pada titik ekuivalen tidak jelas. Oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir titrasi digunakanlah indikator, karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Titrasi asam-basa dikelompokkan menjadi dua, yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk menentukan kadar basa. Alkalimetri adalah titrasi yang merupakan kebalikan dari asidimetri dimana larutan standar basa digunakan untuk menentukan kadar asam (Tim Kimia Dasar, 2020).

(6)

Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa (Harjanti, 2008).

Sifat suatu larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam-basa, yaitu zat-zat warna yang warnanya berbeda dalam larutan asam, basa dan garam.

Untuk mengidentifikasi sifat dari asam, basa dan garam dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau indikator alami. Secara sederhana, kertas lakmus dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat dari larutan asam, basa dan garam (larutan netral). Alat lain yang dapat digunakan untuk mengindikasi apakah larutan bersifat asam, basa atau netral adalah larutan indikator fenolftalein, metil merah dan metil jingga (Azizah, 2004).

(7)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Pipet ukur, Pipet tetes, Erlenmeyer 250 mL, Buret 50 mL, Corong, Botol semprot, Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 0,1 N NaOH, 0,1 N HCl, Cuka dapur, Akuades, Indikator phenolptalein (pp).

3.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N

1. Buret 50 mL dicuci dengan baik, selanjutnya dibilas dengan akuades 2. Buret bilas dengan 5 mL NaOH dengan cara dimiringkan dan diputar buret untuk membasahi permukaan dalam buret.

3. Buret diisi dengan larutan NaOH hingga mencapai angka nol dan dialirkan larutan untuk mengeluarkan gelembung udara pada ujung buret dan buret isi kembali.

4. Dua Erlenmeyer 250 mL disiapkan dan dimasukkan 10 mL larutan 0,05 N HCl kedalam masing-masing Erlenmeyer tersebut.

5. Pada setiap Erlenmeyer ditambahkan tiga tetes indikator pp.

6. Volume awal buret, dicatat, kemudian larutan HCl dititrasi dengan sedikit demi sedikit dialirkan NaOH di dalam buret. Bila warna merah muda yang terbentuk bertahan sampai 30 detik, titrasi dihentikan dan dicatat volume akhir. NaOH pada buret. Hal yang sama dilakukan pada Erlenmeyer kedua.

(8)

7. Dihitung nomalitas NaOH yang digunakan. Jika normalitas NaOH dari kedua hasil menunjukkan perbedaan lebih besar daripada 0,002 N, dilakukan standarisasi sekali lagi.

3.2.2 Penentuan kadar asam asetat di dalam cuka dapur dengan menggunakan 0,1 N NaOH

1. Buret 50 mL dicuci dengan baik, selanjutnya dibilas dengan air suling.

2. Buret dibilas dengan 5 mL 0,1 NaOH dengan cara dimiringkan dan diputar buret untuk membasahi permukaan dalam buret.

3. Buret diisi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi hingga mencapai angka nol dan dialirkan larutan untuk mengeluarkan gelembung udara pada ujung buret dan buret diisi kembali.

4. Dua Erlenmeyer 250 mL disiapkan dan dimasukkan 1 mL larutan cuka dapur 5. ke dalam masing-masing Erlenmeyer tersebut.

6. Pada setiap Erlenmeyer ditambahkan 20 mL aquades dan tiga tetes indikator pp.

7. Volume awal buret dicatat, kemudian larutan cuka dapur dititrasi dengan sedikit demi sedikit 0,1 N NaOH dialirkan di dalam buret. Bila warna merah jambu yang terbentuk bertahan sampai 30 detik, titrasi dihentikan dan dicatat volume akhir 0,1 N NaOH pada buret. Hal yang sama dilakukan pada Erlenmeyer kedua.

8. Dihitung konsentrasi asam asetat yang terkandung dalam cuka dapur tersebut.

Jika perbedaan dari kedua hasil lebih besar dari 0,05%, percobaan diulangi sekali lagi.

(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.1 Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N

Pembacaan buret Erlenmeyer I Erlenmeyer II

Volume Awal NaOH 40 ml 28 ml

Volume Akhir NaOH 28 ml 15,9 ml

Tabel 4.1.2 Penentuan Kadar Asam Asetat di dalam Cuka Dapur

Pembacaan buret Erlenmeyer I Erlenmeyer II

Volume Awal NaOH 15,9 ml 13,9 ml

Volume Akhir NaOH 13,9 ml 11,95 ml

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini diperoleh data yaitu Pada tabel 1 membahas tentang standarisasi Larutan NaOH 0,1 N, didapat volume awal erlenmeyer I yaitu 40 ml dan volume akhir Erlenmeyer I sebesar 28 ml, pada Erlenmeyer II volume awal NaOH sebesar 28 ml dan volume akhir Erlenmeyer II sebesar 15,9 ml sehingga pada percobaan ini didapatkan N NaOH 1 sebesar 0,0083 N dan N NaOH 2 sebesar 0,0082 N sehingga diperoleh perbedaan hasil percobaan yaitu sebesar 0,001 N yang artinya percobaan ini berhasil dan hasilnya terstandarisasi karena nilai N nya

(10)

kurang dari 0,002 N atau tidak lebih dari 0,002 n, jika hasilnya lebih dari 0,002 N maka percobaan ini disebut gagal.

Pada tabel 2 membahas tentang penentuan kadar asam asetat dengan menggunakan NaOH, diperoleh data volume awal Erlenmeyer 1 sebesar 15,9 ml dan volume akhir Erlenmeyer 1 sebesar 13, 9 ml. pada Erlenmeyer 2 volume awalnya sebesar 13,9 ml dan volume akhirnya sebesar 11,95 ml. kadar Asam Asetat 1 sebanyak 1,2 % dan kadar asam asetat 2 sebanyak 1,17 % sehingga didapat perbedaan asam asetat yaitu sebesar 0,003 % yang artinya percobaan ini berhasil karena perbedaan kadar asam asetat kurang dari 0,05 % atau tidak lebih dari 0,05%.

Stoikiometri berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur dan metron yang berarti mengukur. Berdasarkan arti tersebut maka stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif (jumlah) dari reaktan dan produk dalam suatu reaksi kimia atau persamaan kimia.

Stoikiometri di dalam ilmu kimia merupakan istilah untuk menujukkan seluruh aspek hitungan (kuantitatif) dari ilmu kimia baik komposisi maupun reaksi kimia.

Semua perhitungan dalam ilmu kimia menggunakan konsep stoikiometri, oleh sebab itu pengetahuan tentang stoikiometri diperlukan untuk mempermudah pemahaman dalam mempelajari ilmu kimia (Sulakhudin, 2019).

Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri digunakan untuk mengetahui, mengukur, dan menghitung komposisi atau jumlah zat yang tepat pada suatu reaktan, sehingga reaksi dapat berjalan dan membentuk produk yang diinginkan. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil. Reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih kecil daripada jumlah maksimum yang mungkin diperoleh (hasil teoritis). Perbandingan keduanya dinyatakan sebagai persen hasil ( Chang, 2005).

(11)

Titrasi adalah proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan cara meneteskan sedikit demi sedikit larutan asam/basa yang telah diketahui konsentrasinya (disebut titran ) kedalam larutan asam/ basa yang akan dicari konsentrasinya (disebut titrat) sampai titik ekuivalennya. Titik ekuivalen adalah titik saat sejumlah ion 𝑂𝐻 tepat habis bereaksi dengan ion 𝐻+ ( Rahayu, 2009).

Asidi dari kata acid (bahasa Inggris) yang berarti asam sedang metri dari (bahasa Yunani) yang berarti ilmu, proses, atau seni mengukur. Asimetri berarti pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam. Titrasi asidimetri-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan asam-basa (Padmaningrum, 2006).

Asidimetri merupakan suatu metode analisis titrimetri yang didasarkan pada pengukurannnya saksama jumlah volume asam yang digunakan, baik untuk zat-zat organic atau zat-zat anorganik, sedangkan pengukuran juimlah kuantitatif asam yang terdapat dalam contoh dengan cara titrasi dengan basa yang sesuai disebut alkalimetri. Dengan kata lain kedua cara ini merupakan prinsip yang sama, yaitu menetapkan kadar asam atau basa dengan cara penambahan sejumlah larutan asam atau basa baku yang setara, dari jumlah volume larutan asam atau basa yang ditambahkan ini dapat dihitung dari jumlah volume larutan asam atau basa yang ditambahkan ini dapat dihitung kadar asam atau basa (Susanti, 2003).

Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John Kenkel, 2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.

(12)

Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya (Padmaningrum, 2006).

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.

Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood, 2002).

(13)

V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan asam. Pada titrasi asam-basa, perubahan pada titik ekuivalen tidak jelas. Oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir titrasi digunakanlah indikator, karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu.

2. Kadar Asam Asetat 1 sebanyak 1,2 % dan kadar asam asetat 2 sebanyak 1,17

% sehingga didapat perbedaan asam asetat yaitu sebesar 0,003 % yang artinya percobaan ini berhasil karena perbedaan kadar asam asetat kurang dari 0,05 % atau tidak lebih dari 0,05%.

3. Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer.

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Utiya, 2004, Larutan Asam dan Basa. Kemendikbud. Jakarta.

Chang Raymond. 2005. Terjemahan Kimia Dasar Jilid 1 Edisi 3. Erlangga. Jakarta.

Day, Underwood, (2002). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Harjanti. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses. Vol.2. No.2.

Ika, Dani. 2009. Alat Otomarisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrino. Vol. 1.

John Kenkel, (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Lewis Publishers.

Washington.

Padmaningrum, R. T. 2006. Titrasi Asidimetri. J. Kim, 1-7.

Rahayu N, Giriarso P. 2009. Rangkuman Kimia SMA. Gagas Media. Jakarta.

Sarosa Wirawan J. 2010. Super Kimia SMA. KAWAHmedia. Jakarta.

Sulakhudin. 2019. Kimia Dasar: Konsep Dan Aplikasi Dalam Ilmu Tanah.

Deepublish Publisher. Sleman.

Sunarya Y, Setiabudi A. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PT Setia Purna Inves. Bandung.

Susanti. 2003 Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Fakultas Farmasi-UMI:

Makassar.

Sutresna Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Grasindo media pratama. Jakarta.

Tim kimia Dasar. 2020. E Modul Praktikum Kimia Dasar Daring. Universitas Lampung. Lampung.

(15)

LAMPIRAN

(16)

Perhitungan

Referensi

Dokumen terkait

Larutan NaOh : warna mula-mula Biru, Hijau lumut, hijau toska, kuning menjadi Ungu, biru, merah, orange dengan pH=14 maka kesimpulannya adalah

Perubahan warna yang terjadi adalah menjadi kuning, kemudian terjadi perubahan warna lagi setelah larutan NaOH dan HCl ditetesi fenoftalein dari

• Titrasi dengan larutan NaOH yang telah distandardisasi dengan HCl atau asam oksalat sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna). • Percobaan diulang

Hasil wawancara terhadap ADF diperoleh informasi bahwa siswa melihat buret yang digunakan kotor, sehingga siswa membilasnya terlebih dahulu dengan aquades, baru

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga titik akhir

Pada titrasi ini terjadi reaksi netralisasi antara larutan natrium hidroksida berlebih dengan larutan asam klorida dan menghasilkan garam natrium klorida dan air, dimana kelebihan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa ha- sil pengembangan berupa instrumen penilaian kinerja praktikum titrasi asam basa yang terdiri dari

Hasil wawancara terhadap ADF diperoleh informasi bahwa siswa melihat buret yang digunakan kotor, sehingga siswa membilasnya terlebih dahulu dengan aquades, baru