`TUGAS STUDI KASUS FARMAKOTERAPI III
GENEKOLOGI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : III (TIGA) KELAS : III A
BAMBANG YOISANGAJI (09412211008) FATMAWATI A. HUSEN (09412211009)
WAHYUNINGSIH (09412211022)
SINTIAWATI AJID (09412211028)
SYIFAUL HUSNA DAUD (09412211036)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE 2025
STUDI KASUS KASUS 1
Pasien laki-laki berusia 55 tahun datang dan mengeluhkan pusing sejak 3 hari yang lalu, disertai dengan leher terasa tegang dab byeri di bagian kepala. Pasien rutin mengonsumsi obat Tensivask 5 mg. Pasien tidak memiliki riwayat diabetes dan penyakit jantung. Kebiasan pasien sering mengonsumsi makanan serba instan dan jarang bergerak karena pekerjaan menumpuk. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatakan Tekanan darah 160/100 mmHg, Denyut jantung 82x/menit, BB: 85 Kg, Tinggi badan : 170 m.
S (Subjektif) kasus 1
Pasien laki-laki, 55 tahun, mengeluhkan pusing selama 3 hari, Leher terasa tegang, Nyeri di bagian kepala, Riwayat konsumsi obat Tensivask 5 mg, Tidak memiliki riwayat diabetes dan penyakit jantung, Sering mengonsumsi makanan instan, Jarang berolahraga karena pekerjaan yang menumpuk.
O (Objektif) kasus 1
Tekanan darah: 160/100 mmHg (Hipertensi derajat 2 menurut JNC 8).
Denyut jantung: 82x/menit (Normal).
Berat badan (BB): 85 kg Tinggi badan (TB): 170 cm
Indeks Massa Tubuh (IMT): 29,4 kg/m² (Overweight, hampir obesitas).
A (Assesment) kasus 1
1.) Hipertensi (Tekanan darah tinggi 160/100 mmHg)
Pasien sudah mengonsumsi Tensivask (Amlodipin), tetapi tekanan darah masih tinggi kemungkinan kontrol tekanan darah kurang optimal. Gejala pusing, leher tegang, dan nyeri kepala bisa berhubungan dengan hipertensi yang tidak terkontrol.
2.) Pola Makan Tidak Sehat
Sering mengonsumsi makanan instan mungkinan tinggi natrium, dapat memperburuk hipertensi. Kelebihan asupan garam salah satu faktor risiko hipertensi bersama dengan usia dan berat badan. Sehingga semakin tinggi konsumsi garam maka semakin tinggi prevalensi hipertensi. Asupan garam yang meningkat juga dikaitkan dengan risiko penyakit kasdiovaskuler dan ginjal yang lebih tinggi. American Society For Experimental membuktikan bahwa konsumsi garam dalam jumlah banyak dapat memperparah hipertensi. Hal ini terjadi karena saat tubuh mendapat asupan garam yang terus meningkat maka terjadi retensi cairan dalam tubuh sehingga volume darah menjadi meningkat. Pada saat volume darah meningkat maka jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui arteri yang sempit sehingga tekanan semakin kuat dan terjadi hipertensi (Meilia dkk, 2017).
3.) Kurang Aktivitas Fisik
Jarang bergerak karena pekerjaan menumpuk meningkatkan risiko hipertensi dan obesitas.
4.) Overweight (IMT = 29,4 kg/m², hampir obesitas)
Berat badan berlebih berkontribusi terhadap hipertensi dan risiko penyakit kardiovaskular
P (Plan)
Farmakologis:
Lanjutkan penggunaan Tensivask (Amlodipine) 5 mg sekali sehari. Evaluasi efektivitas obat dalam 2-4 minggu, jika tekanan darah tetap tinggi, pertimbangkan penambahan terapi antihipertensi lain sesuai pedoman (misalnya ACE inhibitor atau ARB).
Non-farmakologis:
Modifikasi gaya hidup: Kurangi konsumsi makanan tinggi garam dan lemak jenuh (fast food, makanan instan).Tingkatkan konsumsi sayur dan buah.Kurangi berat badan hingga IMT normal (<25 kg/m²). Aktivitas fisik: Anjurkan olahraga ringan (jalan cepat, bersepeda, atau berenang 150 menit/minggu). Manajemen stres: Kurangi beban kerja jika memungkinkan. Terapkan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.
Monitoring dan edukasi:
Kontrol tekanan darah setiap 2 minggu hingga target tercapai (<140/90 mmHg). Jika tekanan darah tetap tinggi setelah 1 bulan, pertimbangkan rujukan ke dokter spesialis penyakit dalam.Pasien diedukasi tentang pentingnya kepatuhan terhadap obat dan perubahan gaya hidup.
KASUS II
Anto (45 thn) datang ke rumah sakit mengeluhkan pusing, lemas dan bengkak di kedua kaki sejak 1 minggu yang lalu. Orang tua pasien memiliki riwayat hipertensi. Anto sering mengeluh nyeri pinggang dan tidak sedang mengonsumsi obat antiinflamasi. Setelah diperiksa tekanan darah pasien 170/110 mmHg, Edema tungkai hasilnya positif (+), Hasil USG menunjukkan ginjal mengecil dan tekstur tidak homogen
S (Subjektif )
Pasien laki-laki, 45 tahun,Mengeluhkan pusing, lemas, dan bengkak di kedua kaki selama 1 minggu,Riwayat hipertensi dalam keluarga,Sering mengeluhkan nyeri pinggang,dan Tidak sedang mengonsumsi obat antiinflamasi.
O (Objektif)
Tekanan darah: 170/110 mmHg Edema tungkai positif (+)
Hasil USG: ginjal mengecil dan tekstur tidak homogeny A (Assessment)
1. Hipertensi (Kategori Berat)
Tekanan darah 170/110 mmHg menunjukkan hipertensi yang berpotensi menyebabkan komplikasi organ target, seperti ginjal.
Riwayat hipertensi dalam keluarga meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis.
2. Kemungkinan Penyakit Ginjal Kronis (PGK)
Edema tungkai (+), ginjal mengecil, dan tekstur tidak homogen pada USG merupakan tanda kemungkinan penyakit ginjal kronis (stadium lanjut) akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Nyeri pinggang juga dapat mengindikasikan keterlibatan ginjal P (Plan)
Farmakologis:
Pengelolaan hipertensi Amlodipine 5 mg sekali sehari (CCB, sesuai pedoman hipertensi pada PGK). Jika diperlukan, tambahan ACE inhibitor atau ARB, dengan pemantauan ketat fungsi ginjal dan kadar kalium. Diuretik (misalnya Furosemide) jika edema berat, dengan pengawasan ketat. Eritropoietin jika ada anemia terkait PGK.
Non-farmakologis:
Modifikasi gaya hidup: Diet rendah garam (<2 g/hari) dan rendah protein sesuai rekomendasi nefrologi. Batasi asupan cairan jika terjadi retensi cairan. Kurangi konsumsi makanan tinggi kalium dan fosfor jika ada gangguan keseimbangan elektrolit.
Edukasi pasien:
Menjaga kepatuhan terapi antihipertensi. Pemantauan tekanan darah di rumah.
Waspada gejala gagal ginjal lanjut (misalnya sesak napas, kelelahan ekstrem, atau penurunan produksi urin).
Monitoring dan tindak lanjut:
Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum, kreatinin, eGFR) dan elektrolit untuk menilai progresivitas PGK. Evaluasi tekanan darah setiap 1-2 minggu. Jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang signifikan, rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam atau nefrologi untuk evaluasi lebih lanjut, termasuk kemungkinan terapi pengganti ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
James PA, et al. (2014). Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults: Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA, 311(5), 507–520.
Meilia L. M,. dkk, 2017, Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Garam Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Puskesmas Bahu Kota Manado 5:1–4.
Whelton PK, et al. (2018). 2017 ACC/AHA Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults. Hypertension, 71(6), e13–e115.
KDIGO 2021 Clinical Practice Guideline for the Management of Blood Pressure in Chronic Kidney Disease.
James PA, et al. (2014). Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults: JNC 8. JAMA, 311(5), 507–520.
Whelton PK, et al. (2018). 2017 ACC/AHA Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults. Hypertension, 71(6), e13–e115.