• Tidak ada hasil yang ditemukan

upah dalam pengurusan jenazah perspektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "upah dalam pengurusan jenazah perspektif"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAH DALAM PENGURUSAN JENAZAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI DESATAROKAN

KECAMATAN BANYUANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO)

SKRIPSI

Oleh:

Rizqi Darma Agung NIM: S20182106

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

SEPTEMBER 2022

(2)

i

UPAH DALAM PENGURUSAN JENAZAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI DESA TAROKAN KECAMATAN

BANYUANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:

Rizqi Darma Agung NIM: S20182106

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH SEPTEMBER 2022

(3)

ii

UPAH DALAM PENGURUSAN JENAZAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI DESA TAROKAN KECAMATAN

BANYUANYAR KABUPATENPROBOLINGGO)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Hukum Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:

Rizqi Darma Agung NIM: S20182106

Disetujui Pembimbing

Dr. Muhammad Faisol, S.S., M. Ag.

NIP. 19710610 199803 2 002

(4)

iii

UPAH DALAM PENGURUSAN JENAZAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI DESA TAROKAN KECAMATAN

BANYUANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO)

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum

Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Hari: Selasa

Tanggal: 06 September 2022 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Inayatul Anisah, S.Ag., M.Hum. Badrut Tamam, S.H., M.H.

NIP. 19740329 199803 2 001 NUP. 202012187 Anggota:

1. Dr. Sri Lumatus Saadah, M.H.I. ( ) 2. Dr. Muhammad Faisol, SS., M.Ag. ( )

Menyetujui Dekan Fakultas Syariah

Prof. Dr. Muhammad Noor Harisudin, M.Fil.I.

NIP. 19780925 200501 1 002

(5)

iv MOTTO







































“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”1

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Wonogiri: Insan Mulia Kreasi, 2019), 278.

(6)

v

PERSEMBAHAN

Segala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. atas segala segala curahan serta limpahan segala rahmat, nikmat, hingga semua hal yang sangat bermanfaat. Sholawat teriring alam senantiasa tercurah limpahkan kepada insanul kamil, Nabi Muhammad SAW. atas segala kemudahan serta kelancaran yang disuguhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya persembahkan dan dedikasikan sebagai rasa hormat dan terimakasih kepada yang sangat berarti dan sumber inspirasi yang selalu menginspirasi dalam hidup saya.

1. Kepada kedua orang tua yang sangat berjasa dalam hidup jasa, Ayahanda Thoyyib Anis Hariyanto, Ibunda Noviyati dan adik saya Muhammad Sahrul Noval Hakiki, serta seluruh keluarga besar yang sangat saya sayangi. Terimakasih telah memberikan kasih sayang yang tiada tara, selalu mendukung, mensupport dalam kondisi apapun. Sangatlah malu jika diri ini berucap “saya lelah” dan sungguh tidak pantas ketika diri ini masih banyak mengeluh. Karena sejatinya karya mungil ini masih tidak ada bandingannya dengan kasih sayang serta ketulusan cinta yang mereka berikan sepenuh hati. Harapan saya dengan hadirnya skripsi ini dapat memberikan seutas senyum tulus berlatar kebanggaan yang menghiasi bibir nan wajah serta hati mereka, sebab mereka adalah sumber inspirasi dan sumber energi bagi saya dalam menjalani kehidupan yang diselimuti misteri.

2. Kepada guru-guru tidak ada untaian kata selain ucapan terimakasih telah memberikan banyak ilmunya sehingga saya berada di titik ini.

(7)

vi

3. Kepada sahabat-sahabat tercinta terimakasih sudah banyak memberikan motivasi serta semangatnya dan juga menjadi tempat istirahat dan meluapkan keluh kesah penulis, yaitu sahabat-sahabat Jamil, Wahyu, Zaini, Alif, Windar, Nasrul, Keluarga Besar Hukum Ekonomi Syariah 2, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya yang telah memberikan semangat untuk terselesainya skripsi ini.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

ِمْيِح َّرلا ِنَمْح َّرلا ِهَّللا ِمْسِب

Segenap puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nyasegala perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi ini yang berjudul “Upah dalam Pengurusan Jenazah Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo),”

sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) dapat terselesaikan dengan lancar. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah ke pangkuan beliau Nabi akhir zaman Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari lembah kenistaan menuju ke samudera penuh dengan cahaya keIslaman.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan serta penyusunan skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna, karena penulis menyadari memiliki pengetahuan yang terbatas. Namun setiap proses yang dilalui oleh penulis adalah suatu tindakan yang ditempuh untuk mendapat kesempurnaan yang lebih baik. Berkat dukungan serta dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak. Dan setiap kekurangan dan kesalahan yang ada dalam skripsi ini sepenuhnya ditanggung oleh penulis. Dalam hal ini penulis memberikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Babun Soeharto, S.E., M.M. selaku Rektor UIN KHAS Jember.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Noor Harisuddin, M.Fil.I. selaku Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

(9)

viii

3. Bapak Dr. H. Ahmad Djunaidi, M,Ag. selaku Koordinator Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.

4. Bapak Dr. Muhammad Faisol, S.S., M. Ag. selaku Dosen pembimbing skripsi.

5. Ibu Inayatul Anisah, S.Ag., M.Hum selaku ketua sidang pada ujian sidang skripsi.

6. Ibu Dr. Sri Lumatus Saadah, M.H.I. selaku penguji utama pada ujian sidang skripsi.

7. Bapak Badrut Tamam, S.H., M.H. selaku sekretaris pada ujian sidang skripsi.

8. Bapak/ Ibu Dosen, dan Staf UIN KHAS JEMBER, khususnya Dosen dan Staf Fakultas syariah.

Jember, 05 September 2022

Rizqi Darma Agung

(10)

ix ABSTRAK

Rizqi Darma Agung, 2022: Upah Dalam Pengurusan Jenazah Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo).

Kata Kunci: Upah, Akad Ijarah, Pengurusan Jenazah.

Penelitian ini membahas tentang akad upah pengurusan jenazah dalam perspektif hukum Islam. Dalam praktiknya, peristiwa ini dikaji di desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo yang secara adat kebiasannya telah sering melakukan akad tersebut. Namun, dalam pelaksanaan tidak banyak mengetahui hukum terkait persoalan ini dan beberapa ulama juga memiliki perbedaan pandangan.

Fokus pada skripsi ini adalah 1) Bagaimana praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo; 2) Bagaimana praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah ditinjau dari hukum Islam di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo?.

Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui tentang praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo dan mengetahui praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah ditinjau dari hukum Islam di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris, penelitian bersifat kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Lokasi penelitian ini di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo. Subjek penelitian diambil dari beberapa informan dan teknik pengumpulan data melalui beberapa tahap yaitu Wawancara, dokumentasi. Dalam menganalisis data penelitian ini dilakukan secara induktif dan menggunakan teknik triangulasi dalam menganalisis keabsahan data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Pada pemberian upah dalam mengurus jenazah di lokasi penelitian tersebut sudah menjadi kebiasaan.

Pelaksanaan pengupahan yang terjadi di lokasi penelitian dianggap sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan yakni tolong menolong; 2) Dalam hukum praktik yang terjadi di lokasi penelitian telah sesuai dengan hukum syara‟ dan kebolehan dalam mengambil upah dari jasa tersebut. Perbedaan pendapat yang terjadi bukan terletak pada persoalan lain, namun lebih menekankan agar tidak memberatkan keluarga, indikator halalnya praktik yang dilakukan di lokasi penelitian adalah tidak memberatkan keluarga yang ditinggal.

(11)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Istilah ... 11

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Penelitian Terdahulu ... 15

B. Kajian Teori ... 23

1. Upah ... 23

(12)

xi

a. Pengertian Upah ... 23

b. Dasar Hukum Upah ... 26

c. Rukun dan Syarat Upah ... 30

d. Macam-macam Upah ... 32

e. Batal dan Berakhirnya Upah ... 33

2. Upah Pengurusan Jenazah ... 33

3. Pengurusan Jenazah ... 37

a. Pengertian Jenazah ... 37

b. Pengurusan Jenazah ... 38

a) Memandikan Jenazah ... 39

b) Mengkafani Jenazah ... 41

c) Menshalatkan Jenazah ... 43

d) Menguburkan Jenazah ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 48

B. Lokasi Penelitian ... 49

C. Subyek Penelitian ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Analisis Data ... 51

F. Keabsahan Data ... 51

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 52

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 53

A. Gambaran Objek Penelitian ... 53

(13)

xii

B. Penyajian Data dan Analisis... 56

1. Praktik Pengupahan Dalam Proses Pengurusan Jenazah Di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo ... 56

2. Praktik Pengupahan Dalam Proses Pengurusan Jenazah Ditinjau Dari Hukum Islam Di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo ... 62

C. Pembahasan Temuan ... 69

BAB V PENUTUP ... 72

A. Simpulan ... 72

B. Saran-saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN LAMPIRAN

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal.

2.1 Tabel Perbandingan Antara Persamaan dan Perbedaan ... 21

4.1 Letak dan Luas Wilayah... 53

4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 54

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 55

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

4.1 Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 54 4.2 Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 54 4.3 PersentaseJumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 55

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN

Agama yang komprehensif dalam mengatur secara sempurna kehidupan umatnya adalah Islam.2 Terdapat dua aspek pada kehidupan yang dijalani manusia sebagai hamba Allah yakni ibadah dan muamalah. Firman Allah SWT dalam al-Quran bahwa Islam sebagai agama yang sempurna. Limpahan karunia dan nikmat telah diberikan Allah SWT dengan tuntas. Agama Islam sejatinya agama yang memiliki nilai keberlakuan secara universal terhadap umat di dunia. Penjelasan termaktub berkesesuaian terhadap zaman dan tempat, serta nilai universalitas terhadap umat manusia terhadap seluruh suku, ras dan kebudayaan.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan, manusia memiliki kebutuhan yang beragam dan membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Hal demikian biasa disebut dengan Muamalah. Secara ketat sebenarnya dalam Islam telah diatur dan edukasi kepada umat manusia dalam hal sosial masyarakat agar saling tolong menolong (ta‟awun), menyayangi (muwadah), dan persaudaraan (ikha‟), sebagaimana dalam Q.S.Al-Maidahayat 2 yang berbunyi:



































































2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), 5.

(17)









































Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”3

Dalam melakukan muamalah tentunya seseorang memiliki sikap saling membantu. Praktik memberi dan mendapatkan upah adalah salah satunya, upah merupakan jenis transaksi yang memiliki tujuan guna menunjang hajat hidup masyarakat.

Secara garis besar maksud dari upah adalah suatu jumlah keseluruhan jasa yang sudah dilakukan dan dikeluarkan oleh seseorang atau pekerja yang mencakupi kriteria atau syarat tertentu yang telah disepakati bersama.4 Dalam fiqih, istilah ijarah diartikan sebagai pemberian dari hak manfaat yang memiliki syarat terdapat imbalan. Sedangkan dalam istilah merupakan akad untuk memperoleh manfaat dilakukan melalui pembayaran. Kata ijarah bersumber dari kata al-ajru yang dalam bahasa disebut al-„iwadh dan dalam bahasa Indonesia memiliki arti ganti dan upah. Dalam definisi yang tuangkan oleh ulama, pemahaman terhadap akad ijarah merupakan adanya imbalan dari hasil menukar sesuatu, dalam penerjemahan literatur di Indonesia dengan istilah sewa-menyewa dan upah-mengupah. Sewa-menyewa (baiu‟ manafi‟) diartikan sebagai transaksi penjualan manfaat dan upah-mengupah

3 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 2.

4 Yusanto dan Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 2.

(18)

3

(baiu‟khuwwaati) yang diartikan transaksi penjualan tenaga atau kekuatan.5 Maka, pengeluaran terhadap upah sebagai kompensasi manfaat disebut ajr atau ujrah.6 Terdapat dua bentuk upah, yaitu:

Pertama, Ajrun Musamma, upah yang telah dilakukan penetapan pada perjanjian dan dipersyaratkan, unsur kerelaan terjadi ketika para pihak tidak terpaksa terhadap penetapan upah. Kedua, Ajrun Mitsli, upah dengan mengukur pekerjaan yang dilakukan hingga sepadan dengan kondisi pekerjaan baik sepadan terhadap jasa kerja yang telah diberikan atau cukup lingkup pekerjaan.7

Menurut syara‟ ijarah merupakan salah satu bentuk akad dengan tujuan pengambilan manfaat terhadap adanya kompensasi atas kepemilikan manusia.

Sedangkan pada ulama Syafi`iyah, ijarah diartikan sebagai akad untuk suatu manfaat dengan memiliki tujuan khusus dan mubah, juga dapat diganti dengan pengganti yang telah disepakati. Lain hal, pendapat lain yang menafsirkan ijarah sebagai jual-beli jasa (upah-mengupah), yakni pengambilan atas manfaat tenaga manusia. Namun, hal ini tidak disepakati oleh beberapa ulama‟ dengan alasan transaksi jual-beli jasa pada unsur yang ada di dalamnya tidak dapat dipegang (tidak ada), tidak adanya sesuatu dalam transaksi tersebut membuat tidak terpenuhinya unsur dan tidak terklasifikasi sebagai akad jual beli.

Berbeda hal dengan Ibn Rusyd yang memiliki pendapat bahwa,

5 Salwa Izzatul Ulya dan Rachmad Risqy Kurniawan, Upah dalam Perspektif Ekonomi Islam, Mei 21, 2022 https://osf.io/84sdh

6 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerjemah Nor Hasanudin (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 203.

7 Salwa, “Upah.”

(19)

kebermanfaatan meskipun tidak memiliki bentuk bisa menjadi alat pembayaran dalam pandangan kebiasaan (adat).8

Adapun ujrah yang bisa didapatkan dalam bentuk mata uang atau barang yang bisa berguna untuk kebutuhan, hal itu merupakan pemberian dari pemberi kerja baik perorangan maupun berbentuk lembaga kepada orang yang memberikan prestasi atas jasa dan usaha yang telahdilakukan.

Secara prinsip, orang yang memberikan manfaat (kerja) hakikatnya akan mendapat upah terhadap pekerjaan yang telah dikerjakan dan tidak ada yang mengalami kerugian. Soal tersebut memiliki kepadanan dengan pengertian pengupahan (Ju‟alah) yang secara bahasa pemberian terhadap seorang atas pekerjaan yang diakadkan.9 Hal demikian menciptakan nilai keadilan para pihak. Al Quran surat Al Qashash: 26 telah menjelaskan tentang soal tersebut, yang berbunyi:























Artinya: “Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata,

“Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.”10

Pada hakikatnya terdapat tenggat waktu dalam proses dipenuhinya upah yang telah disepakati, tentunya penentuannya telah melalui kesepakatan bersama antara pemberi dan penerima, pada soal ini pihak yang memberikan

8 Nur Aksin,“Upah dan Tenaga Kerja (Hukum Ketenagakerjaan dalam Islam),” Jurnal Meta Yuridis Volume 1 No. 2 Tahun 2018, 73.

9 Nawawi, (2012), 188.

10 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 388.

(20)

5

upah dapat dipastikan tidak bisa berbuat secara semena-mena dalam proses memberikan upah kepada pekerjanya tersebut.

Untuk memperjelas seorang pemberi upah untuk segera memberikan upah kepada pekerjanya, maka terdapat hadits yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menerangkan hal tersebut, karena lebih baik apabila pihak pemberi upah tersebut segera membayar memberikan upah yang telah menjadi hak atas pekerjaaan dari karyawan, berdasarkan pada Hadits yang berartikan

“Bayarlah upah atas pekerja tersebut, sebelum kering keringatnya”.11

Dalam ayat Al-Quran Allah juga telah mensyariatkan tentang upah mengupah, yang diterangkan dalam QS. At-Thalaq ayat 6.











Artinya: “Jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya.”12

Salah satu penerapan jasa yang berkaitan dengan upah mengupah yaitu pada saat proses pemakaman dan pengurusan jenazah oleh orang yang berprofesi memberikan jasa dalam hal pengurusan jenazah. Proses pemakaman jenazah merupakan hal yang wajib untuk diurus terhadap setiap orang Islam yaitu dengan hukumnya fardhu kifayah. Fardhu kifayah merupakan hal wajib wajib untuk dikerjakan bagi semua orang mukallaf, namun jika kewajiban tersebut usai dikerjakan oleh beberapa dari mereka, telah dipenuhinya dan terhadap orang yang tidak melaksanakan maka akan menggugurkan kewajiban dalam hukum yang melekat, namun fardu kifayah dapat berubah menjadi

11 Nur Aksin, “Upah,” 73.

12 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 559.

(21)

fardhu „ain, apabila yang akan bertanggung jawab dalam kewajiban tersebut hanya satu orang saja.13

Akad yang diterapkan dalam upah-mengupah pada menjalani pengurusan jenazah yang terjadi di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo adalah sesuatu yang sudah lumrah diterapkan oleh masyarakat setempat. Tujuan pemberian upah dalam proses pengurusan jenazah tersebut diantaranya sebagai niat hadiah maupun sekadar ucapan tanda terimakasih atas terlaksananya jasa untuk mengurus jenazah keluarga yang ditinggalkan.

Para pihak yang terlibat dalam proses pengurusan jenazah nantinya akan mendapatkan upah atau imbalan yang berupa uang maupun barang karena telah meluangkan waktunya untuk membantu, pemberian upahnya diberikan ketika selesai memakamkan jenazah. Adanya upah atau imbalan yang diberikan pihak keluarga kepada para masyarakat yang membantu dalam pengurusan jenazah telah turun temurun dari sesepuh pendahulu sehingga tetap diterapkan karena telah menjadi adat di desa Tarokan. Tradisi dalam suatu masyarakat merupakan suatu adat kebiasaan yang tidak mudah untuk dihapuskan ataupun diganti dengan kebiasaan baru. Pada dasarnya tujuan utama dari hukum adalah mencapai ketertiban masyarakat dan hukum merupakan unsur social yang saling terkait, berkesinambungan dan tidak terpisahkan.14 Dalam Islam sebuah tradisi selama tidak menyimpang dari

13 M. Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 52-53.

14 Badrut Tamam, Pengantar Hukum Adat (Depok: Pustaka Radja, 2022), 25.

(22)

7

syariat yang ada, maka tradisi tersebut dapat dikatakan baik dan dapat diteruskan.

Namun, yang menjadi pembeda dari desa Tarokan dengan desa lainnya dalam hal pengurusan jenazah adalah warga setempat sangat menjunjung tinggi rasa gotong royong atau kerja sama terutama dalam hal pengurusan jenazah yang hukumnya fardhu kifayah, yang artinya seorang muslim wajib dalam turut pengurusan jenazah sejak pensucian (mandi) mayat, memakaikan kain kafan, melakukan shalat jenazah, hingga melakukan penguburan, demikian turut dihukumi wajib kepada masyarakat setempat agar turut memberikan bantuan terhadap keluarga yang ditinggal, dan tidak diperkenankan pula membuat keluarga yang ditinggal mengalami kesusahan atas wafat salah satu keluarganya15, sehingga pada periode satu bulannya diadakan iuran rutinan yang dipimpin langsung oleh ketua rukun kematian dan bendahara dengan cara menyisiri satu-persatu rumah warga, besaran yang dikeluarkan untuk iurannya sebesar Rp. 5.000,- selama satu bulan atau Rp. 55.000,- selama satu tahun yang nantinya uang tersebut dipergunakan untuk membeli perlengkapan jenazah dengan rincian Rp. 250.000,- diperbelanjakan untuk batu nisan, kain kafan, sabun, sampo, kapur barus, bunga, dan lain sebagainya, dan Rp. 250.000,- diperbelanjakan untuk perperlengkapan dapur (sembako) seperti beras, rempah-rempah dapur, sayuran dan lain sebagainya, hal tersebut tentunya untuk meringankan biaya keluarga yang sedang berkabung. Adapun uang yang didapatkan oleh keluarga yang sedang berkabung adalah senilai RP. 500.000,

15 Abdurrahman Asjmuni dkk, Fatwa-Fatwa Tarjih:Tanya Jawab Agama 3 (Yogyakarta:

Suara Muhammadiyah, 2004), 194.

(23)

uang tersebut hanya diperbelanjakan untuk serangkain pemakaman saja, sedangkan upah untuk para warga yang ikut membantu dalam pengurusan jenazah dibayar atau dikeluarkan langsung oleh keluarga yang ditinggalkan.

Adapun upah yang dikeluarkan oleh pihak keluarga kepada pekerja yang keikutsertaannya dalam pengurusan jenazah diantaranya, bagi orang penggali kubur atau warga setempat menyebutnya dengan sebutan mukkak bhumi mereka diberi upah berupa uang sebesar 20 ribu menurut salah seorang warga yang peneliti wawancarai di desa tarokan, nominal yang dikeluarkan tidak selalu berpacu pada 20 ribu melainkan semampunya orang yang sedang berduka ataupun sekedar rasa ucapan terima kasih. Sedangkan yang mengurusi berbagai perlengkapan pemandian dan pengkafanan biasanya jika jenazahnya laki-laki maka yang mengurusinya adalah laki-laki dan begitu sebaliknya jika jenazahnya perempuan maka yang mengurusinya adalah perempuan, upah yang diberikan oleh keluarga kepada orang yang memandikan dan mengkafankan yaitu berupa sembako diantaranya beras 1 kg, perabotan rumah tangga seperti sendok, gelas, piring, dan mangkok yang masing-masingnya sebanyak 1/2 lusin, warga setempat menyebutnya "Sortanah".

Tim yang terlibat dalam proses pengurusan jenazah bertugas melayani jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, mensholatkan hingga menguburkan, para pihak yang bertugas diantaranya bapak penghulu desa setempat, ustad, dan orang-orang yang memahami lebih terkait pengurusan jenazah. Peneliti mewawancarai beberapa narasumber yang paham atau telah terbiasa membantu dalam pengurusan jenazah diantaranya bapak M. Sahri

(24)

9

beliau sebagai penghulu di Desa Tarokan, bapak Wasil sebagai ustad, bapak Hoirul sebagai penggali kubur, bapak Nawi pendiri Rukun Kematian (RKM) sekaligus sekretaris dan bendahara dalam organisasi Rukun Kematian, ibu Suhaena, Jazilah dan Maryam.

Hal tersebutlah yang menjadikan penilitian ini untuk dilakukan, sebab Upah yang diberikan dalam hal perbuatan kebaikan ibadah (ketaatan) yang demikian ini oleh para ulama hukumnya masih diperselisihkan kebolehannya, karena adanya perbedaan terkait cara pandang terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengurusan jenazah ini.

Dengan urgensi sebagaimana pada latar belakang, perlu topik ini untuk dikaji dan diperdalam untuk mengurai permasalahan sehingga menjadi penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Upah Dalam Pengurusan Jenazah Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo).”

B. FOKUS PENELITIAN

1. Bagaimana praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo?

2. Bagaimana praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah ditinjau dari hukum Islam di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sebagaimana telah dipaparkan dalam fokus penelitian di atas, maka tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

(25)

1. Untuk mengetahui tentang praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

2. Untuk mengetahui praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah ditinjau dari hukum Islam di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

D. MANFAAT PENELITIAN

Sebagaimana telah dipaparkan dalam tujuan penelitian, tentunya dalam kepenulisan ini ada manfaat yang ingin dicapai, sehingga diharapkan penelitian inidapat bermanfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini, diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat secara teoritis dari penelitian ini besar harapan peneliti bisa menambah dan memperluas ilmu pengetahuan serta ketajaman proses analisis yang dalam hal ini berkaitan dengan masalah praktik akad ijarah yang sedang diteliti oleh peneliti, yang mana praktek akad ijarah ini dilakukan dalam rangkaian pengurusan jenazah melalui perspektif hukum Islam, dan membagikan manfaat yang nyata bagi semua pihak terutama masyarakat di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, diharapkan hasil dari penelitian ini selanjutnya bisa dijadikan tolak ukur dalam proses melakukan penalaran ilmiah terhadap objek kajian penelitian yang sedang dilakukan.

(26)

11

b. UIN KHAS JEMBER, diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan literature guna kepentingan kepustakaan dan menjadi rujukan bagi teman-teman mahasiswa lain yang berniat atau ingin melakukan penelitian yang sejenis.

c. Masyarakat, diharapkan penelitian ini menjadi tambahan ilmu pengetahuan khususunya dalam hukum Islam.

d. Pemerintah, diharapkan bisa menjadi masukan dan rujukan sekaligus menjadi pengkaji dalam setiap aturan hukum yang dibuat.

E. DEFINISI ISTILAH

1. Upah, diartikan sebagai nilai (mata uang) yang diberikan terhadap orang melakukan suatu pekerjaan dengan jasa yang diberikan dalam produksi kekayaan, pekerja mendapat imbalan atas jasa yang telah dilakukan disebut sebagai upah. Dengan kata lain, upah merupakan nilai dari tenaga yang didapat atas jasa dalam produksi. Benham berpendapat bahwa, upah diartikan sebagai nominal uang yang wajib dipenuhi pemberi kerja terhadap orang yang melakukan pekerjaan dengan dasar kesesuaian berdasar perjanjian.16

Upah atau ujrah merupakan pemberian imbalan terhadap pihak yang telah melakukan pekerjaan yang disepakati, kejelasan bentuk akad baik dari segi manfaat dan tujuan, hingga dilakukan secara langsung proses pemberian dan penerimaan upah, dan diizinkan menggunakan

16 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), 361.

(27)

pemenuhan upah yang telah saling mengetahui di antara pemberi dan penerima upah atas ijab qobul yang jelas.17

Dewan Penelitian Perupahan Nasional mengartikan upah sebagai suatu income (penerimaan) berbentuk imbalan yang bersumber dari pemberi kerja atau yang membutuhkan jasa terhadap pekerja atas prestasi yang diberikan dalam bentuk jasa, hal ini memiliki fungsi untuk terjaminannya keberlangsungan hajat hidup manusia dan produksi tertentu. Upah sendiri dapat berbentuk uang yang telah dilakukan penetapan atas kesepakatan, peraturan perundang-undangan, serta mekanisme pembayaran upah dengan landasan dari kesepakatan para pihak yang diatur oleh perjanjian.18

2. Pengurusan Jenazah, merupakan segala serangkaian dalam proses mengantarkan jenazah hingga ke kuburan, yang dimulai dari memandikan, mengkafani, menyolatkan, dan memakamkan jenazah.

3. Dari paparan definisi istilah di atas dan judul yang terkait dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya pemberian upah terdapat proses pengurusan jenazah yang berada di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo yang mana dalam hal ini masih dipersilihkan kebolehannya mengambil upah atas jasa manusia dalam proses pengurusan jenazah dalam hukum islam dan menurut para ulama.

17 Marzuki Yahya, Panduan Fiqh Imam Syafi'i (Jakarta: Al-Maghfirah, 2012), 99.

18 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syari‟ah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), 74.

(28)

13

4. Hukum Islam, merupakan segenap bentuk hukum yang mengatur kehidupan manusia yang berlandaskan norma-norma keagamaan Islam.19 Menurut ahli ilmu ushul fiqh hukum adalah khitbah Syari‟

yang berhubungan dengan aktivitas orang-orang mukallaf, baik ketetapan maupun perintah pilihan.20 Dengan ini hukum Islam yang bisa berwujud fiqh atau syari‟ah.21 Di dalam hukum Islam terkenal dengan adanya aturan mengenai Haram, Sunnah, Mubah dan Makruh.

Dalam hal ini hukum Islam yang dimaksud oleh peneliti adalah Fiqh Muamalah. Menurut Hudhari Byk pengertian Fiqh Muamalah ialah, Semua perjanjian yang mengizinkan manusia untuk saling menukar manfaat.22 Pada mulanya ruang lingkup Fiqh Muamalah adalah luas, yakni regulasi yang ditetapkan Allah menjadi kewajiban untuk dilaksanakan dan manusia harus taat dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat demi menjamin kepentingan manusia. Namun, pada perkembangan di era ini pemahaman terhadap Fiqh Muamalah sebagai kumpulan aturan Allah secara khusus mengatur hubungan manusia terhadap manusia lain untuk mendapatkan dan melakukan pengembangan terhadap harta benda atau diartikan sebagai pengaturan aktivitas ekonomi oleh manusia dalam Islam.23

19 Subrata dan Kubung, Kamus Hukum Internasional & Indonesia (Permata Press), 192.

20 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Semarang: Dina Utama, 2014), 172.

21 Sahid, Legislasi Hukum Islam Di Indonesia Studi Formalisasi Syariat Islam (Surabaya:

Pustaka Idea, 2016), 16.

22 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), 2.

23 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 3.

(29)

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Adapaun isi dari sistematika pembahasan yaitu berisikan terkait proses isi keseluruhan dari skripsi yang termuat sejak bab pendahuluan hingga bab terakhir yaitu penutup.24 Diantaranya yaitu:

Bab I: Pendahuluan, dalam bab ini menyajikan terkait Latar Belakang, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Istilah, dan Sistematika Pembahasan yang peneliti gunakan dalam penelitian.

Bab II: Kajian Kepustakaan, dalam bab ini menjelaskan mengenai Penelitian Terdahulu dan Kajian Teori.

Bab III: Metode Penelitian, dalam bab ini menjelaskan terkait Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Keabsahan Data, dan Tahap-tahap Penelitian.

Bab IV: Pembahasan, dalam bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan terhadap fokus penelitian yang diteliti diantaranya: praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo, praktik pengupahan dalam proses pengurusan jenazah ditinjau dari hukum Islam di Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

Bab V: Penutup, dalam bab ini membahas mengenai ringkasan dari bab- bab sebelumnya yang akan ditarik kesimpulan dan dijelaskan dalam bab ini serta saran-saran yang mengacu dari hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan akhir penelitian.

24 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (Jember: Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2021), 93.

(30)

15 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan paparan dalam latar belakang di atas, guna mendorong kompleksitas analisis, tahap berikutnya peneliti berusaha menelaah secara pustaka yang menggunakan beberapa referensi penelitian terdahulu serta memiliki implikasi terhadap penelitian oleh Peneliti saat ini, penelitian terdahulu ini berguna sebagai bahan komparasi dan orisinalitas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

1) DIAN HASANAH (2015) dengan judul “Pandangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Terhadap Tradisi Upah Pelayat (Studi Kasus di Desa Haur Gajrung, Kec Cipanas, Kab Lebak Banten).” Skripsi Dian Hasanah tersebut membahas mengenai perbedaan pendapat yang terjadi antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah tentang memberikan suatu upah kepada pelayat. Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti terdahulu dalam skripsinya tersebut diantaranya mengenai: (1) praktek yang berkaitan dengan tradisi upah yang diberikan kepada pelayat yang terjadi di desa Haur Gajruk Kec. Cipanas. Dan (2) pandangan dari dua organisasi keagamaan yang berada di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah terhadap tradisi pemberian upah kepada

(31)

pelayat yang terjadi di desa Haur Gajrung Kec. Cipanas Kab. Lebak Banten.25

Adapun hasil yang di dapat dari penelitian ini yaitu seperti yang telah terjadi di Desa Haur Gajrung, warga yang berdatangan untuk melayat kepada yang sedang berduka jika hendak pulang mereka diberi upah amplop yang berisikan uang yang minimal 5000 jika diketahui yang berduka merupakan keluarga yang mampu maka warga setempat beramai- ramai untuk melayat bahkan anak-anaknya pula ikut melayat dan apabila yang berduka merupakan warga yang dikategorikan dalam keadaan kurang mampu, maka hanya beberapa orang saja yang datang untuk melayat sebab agar tidak menjadikan beban perekonomian kepada keluarga yang berduka, jika orang yang sedang berduka kemudian mengadakan tahlil dengan jangka waktu seminggu penuh mereka juga memberikan amplop yang berisikan uang dan juga makanan yang dibawah pulang ke rumah bagi para orang yang ikut tahlil. Hal tersebut menjadikan sebuah ladang mencari nafkah bagi warga setempat. Menurut pandangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memberi upah kepada pelayat itu tidak diperbolehkan jika hanya menimbulkan bertambhanya beban kepada keluarga yang sedang berkabung.26

Adapun persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang upah dalam

25 Dian Hasanah, “Pandangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Terhadap Tradisi Upah Pelayat (Studi Kasus di Desa Haur Gajrug, Kec Cipanas, Kab Lebak Banten)” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 6.

26 Dian, “Pandangan Nahdlatul,” 39-40.

(32)

17

pengurusan jenazah atau bagi pelayat yang bertakziah. Adapaun perbedaan dalam penelitian ini adalah peneliti membahas mengenai perbedaan pendapat antara Nadhlatul Ulama dengan Muhammadiyah secara rinci dalam hal upah pelayat sedangkan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni membahas mengenai upah bagi para masyarakat yang ikut serta membantu daalam proses pengurusan jenazah secara hukum Islam.

2) IMAM KURNIADI (2017) dengan judul “Hukum Mengambil Upah Mengurus Jenazah Menurut Imam Al-Qalyubi Dan Imam Ibnu

„Abidin (Studi Kasus di Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan).” Skripsi tersebut membahas mengenai adanya perbedaan pendapat mengenai dibolehkan atau tidaknya mengambil upah dalam pengurusan jenazah khususnya di kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan. Fokus penelitian dalam skripsi tersebut diantaranya adalah: (1) Bagaimana pendapat Imam Al-Qalyubi dan Imam Ibnu „Abidin tentang mengambil upah dari mengurus jenazah. (2) Apa sebab terjadinya perbedaan pendapat tersebut. (3) Bagaimana prilaku yang di laksanakan terhadap pengurusan jenazah di Kecamatan Pulau Rakyat. (4) Mana pendapat yang masyhur dan relevan dari kedua imam tersebut, setelah diadakan munaqasyah adillah tentang mengambil upah mengurus jenazah

(33)

di Kecamatan Pulau Rakyat, serta apa yang mempengaruhi pendapat masyarakat tersebut.27

Hasil dari penelitian ini adalah adanya perbedaan pandangan tentang kebolehan mengambil upah pada pengurusan jenazah melalui pendapat Imam Al-Qalyubi dengan Imam Ibnu 'Abidin, dan Imam Al- Qalyubi. Beberapa persamaan ditemukan dalam penelitian ini yakni sama- sama membahas mengenai pengupahan dalam pengurusan jenazah.

Mengenai perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yangakan dilakukan oleh peneliti adalah peneliti fokus meneliti mengenai perbedaan perdapat mengenai pemberian upah dalam pengurusan jenazah menurut pandangan Imam Al-Qalyubi dan imam Ibnu „Abidin. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu tentang pemberian upah dalam pengurusan jenazah dalam hukum Islam.28

3) Noor Muhammad (2015) dengan judul “Persepsi Ulama Tentang Ijarah Jamaah Shalat Jenazah di Kecamtan Tamban Catur KM. 20 Kabupaten Kapuas.” Tesis tersebut membahas mengenai tanggapan Ulama di Kecamatan Catur KM 20 Kabupaten Kapuas atas Ijarah yang diberikan kepada orang-orang yang ikut serta dalam shalat jenazah.

Rumusan masalah yang diangkat dalam tesis tersebut diantaranya (1) Bagaimana persepsi ulama tentang ijārah jamaah shalat jenazah di Kecamatan Tamban Catur Km. 20 kabupaten Kapuas (2) Apa alasan dan

27 Imam Kurniadi, “Hukum Mengambil Upah Mengurus Jenazah Menurut Imam Al- Qalyubi Dan Imam Ibnu „Abidin (Studi Kasus di Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan)”

(Skripsi, UniversitasIslam Negeri Sumatera Utara, 2017), 6.

28 Imam, “Hukum Mengambil,” 56.

(34)

19

dasar hukum dari persepsi ulama tentang ijārah jamaah shalat jenazah di Kecamatan Tamban Catur Km. 20 kabupaten Kapuas tersebut.29

Hasil dari penelitian ini ialah adanya perbedaan pendapat bahwa budaya tersebut ada yang menghukumi boleh dan ada juga yang berpendapat sunnah dengan niatan bersedekah kepada orang yang meninggal dengan catatan uang yang diberikan bukan merupakan uang peninggalan orang yang meninggal. Pendapat ulama yang lainnya juga mengemukakan, kebiasaan mempersembahkan upah dan menerima upah dalam melakukan shalat jenazah dalam Al Quran dan Hadist yang mensyariatkan kita agar melakukan pembayaran atau menerima imbalan dalam melakukan salat jenazah. Segala perbuatan aktivitas oleh umat manusia tetap harus memerhatikan dari aspek perintah yang telah ditetapkan.30

4) REZKIA ZAHARA LUBIS (2018) dengan judul “Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama dan Tokoh Muhammadiyah Terhadap Tradisi Memberi Uang Kepada Pelayat (Studi Kasus di Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai).” Skrispsi tersebut membahas mengenai pemberian upah terhadap orang yang bertakziah. Rumusan masalah yang diangkat dalam skripsi tersebut diantaranya mengenai: (1) Bagaimana praktik tradisi memberi uang kepada pelayat di Kec. Teluk Nibung Kota Tanjung Balai (2) Bagaimana pendapat dan dalil Tokoh Nahdhatul Ulama dan Tokoh Muhammadiyah terhadap tradisi memberi uang kepada pelayat

29 Noor Muhammad, “Persepsi Ulama Tentang Ijarah Jamaah Shalat Jenazah di Kecamtan Tamban Catur KM. 20 Kabupaten Kapuas” (Tesis, Universitas Antasari Banjarmasin, 2015), 7

30 Noor, “Persepsi Ulama,” 55.

(35)

di Kec. Teluk Nibung Kota Tanjung Balai (3) Apa yang menyebabkan perbedaan pendapat tokoh Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah pada tradisi memberi uang kepada pelayat (4) Bagaimana analisis pendapat tokoh Nahdhatul Ulama dan tokoh Muhammadiyah terhadap tradisi memberi uang kepada pelayat (5) Manakah pendapat yang paling relevan terhadap tradisi memberi uang kepada pelayat.31

Hasil dari penelitian ini yaitu adanya perbedaan pendapat antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, bahwa pendapat dari Nahdaltul Ulama memperbolehkan dengan adanya pemberian upah tersebut jika keluarga yang ditinggalkan tidak keberatan dengan hal tersebut, sedangkan tokoh Muhammadiyah tidak memperbolehkan tradisi pemberian upah tersebut karena tidak ada perintah dalam Al quran maupun Hadist.32

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama membahas mengenai pemberian upah terhadap pengurusan jenazah. Adapaun perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian ini membahas mengenai perbedaan pendapat antara tokoh Nahdlatul Ulama dan tokoh Muhammadiyah terkait pemberian upah-mengupah, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah fokus membahas pada pemberian upah pada proses pengurusan jenazah dalam perspektif hukum Islam.

31 Rezkia Zahara Lubis. “Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama dan Tokoh Muhammadiyah Terhadap Tradisi Memberi Uang Kepada Pelayat (Studi Kasus di Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai)” Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2018, 9-10.

32 Rezkia, “Pandangan Tokoh,” 111-112.

(36)

21

2.1 Tabel Perbandingan Antara Persamaan dan Perbedaan.

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1 Dian Hasanah

Pandangan Nahdlatul Ulama Dan Muhammadiyah Terhadap Tradisi Upah Pelayat (Studi Kasus Di Desa Haur Gajrung, Kec Cipanas, Kab Lebak Banten).

Sama-sama membahas mengenai upah mengupah dalam pengurusan jenazah.

Dalam penelitian Dian Hasanah peneliti fokus membahas mengenai perbedaan pendapat antara Nadhlatul Ulama dengan

Muhammadiyah secara rinci.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah membahas

tentang upah bagi para warga yag ikut membantu dalam proses pengurusan jenazah dalam hukum Islam.

2 Imam Kurniadi

Hukum Mengambil Upah Mengurus Jenazah

Menurut Imam Al-Qalyubi Dan Imam Ibnu

„Abidin (Studi Kasus di Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan)

Sama-sama membahas mengenai pengupahan dalam pengurusan jenazah

Dalam penelitian Imam Kurniadi peneliti fokus meneliti mengenai perbedaan perdapat mengenai pemberian upah dalam pengurusan jenazah menurut pandangan Imam Al-Qalyubi dan imam Ibnu

„Abidin.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu tentang

(37)

pemberian upah dalam pengurusan jenazah dalam hukum Islam.

3 Noor Muhammad

Persepsi Ulama Tentang Ijarah Jamaah Shalat Jenazah di Kecamtan Tamban Catur KM. 20 Kabupaten Kapuas

Sama-sama membahas mengenai upah mengupah (ijarah) dalam proses

pengurusan jenazah

Dalam penelitian Noor Muhammad peneliti fokus membahas mengenai aturan hukum dan perbedaan pendapat para ulama setempat.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah fokus membahas mengenai

pemberian upah dalam proses pengurusan jenazah ditinjau dari hukum Islam.

4 Reskia Zahara Lubis

Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama Dan Tokoh

Muhammadiyah Terhadap

Tradisi Memberi Uang Kepada Pelayat (Studi Kasus Di Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai)

Sama-sama membahas mengenai pemberian upah dalam pengurusan jenazah

Penelitian Rezkia Zahara Lubis fokus membahas mengenai

perbedaan pendapat tokoh Nahdlatul Ulama dan tokoh

Muhammadiyah mengenai pemberian upah pada pelayat, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah fokus terhadap pemberian upah terhadap proses pengurusan jenazah perspektif hukum Islam.

(38)

23

B. KAJIAN TEORI 1. Upah

a. Pengertian Upah

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan pengertian upah secara umum yakni sebagai uang yang diberikan diperuntukkan balas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang telah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu.33

Dalam Islam upah termasuk dalam golongan Ijarah. Kata ijarah berawalan dari ajr bermakna imbalan. Bentuk imbalan yang diterima atas hasil suatu pekerjaan yang diberikan dalam Islam disebut Ujrah dan juga bersifat orientasi dunia dan akhirat.

Orientasi akhirat atas diterimanya dalam bentuk upah secara penuh adalah hak mutlak dari Allah SWT yang memberikan dengan sebutan pahala (ajrun).34

Dalam syariat, pengertian ijarah merupakan akad untuk memperoleh manfaat sebagai imbalan.35 MA. Tihami berpendapat bahwa, kata al-Ijarah atau sewa-menyewa merupakan akad atau perjanjian dengan memiliki implikasi terhadap terambilnya atau dimilikinya suatu manfaat, dengan hal demikian menjadi objek akad yang diambil manfaatnya akan menjadi halal hukumnya,

33 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1787.

34 Isnaini Harahap, dkk, Hadis-Hadis Ekonomi, Cet. Ke 1 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 80.

35 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 5 (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2008), 258.

(39)

yakni melalui melakukan pelunasan bayar atau sewa.36 Dr.

Muhammad Syafi‟i Antono juga berpendapat bahwa ijarah merupakan pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam akad, melalui dibayarkannya upah sewa, dengan tidak mengikut sertakan kepemilikan yang berpindah (ownership/ milkiyah) objek barang tersebut.37

Dalam kaidah sewa-menyewa, upah menjadi bagian di dalamnya dengan terlibatnya mu‟jir dan musta‟jir. Mu‟jir disebut sebagai yang menyewakan manfaat (memberikan upah).

Sedangkan musta‟jir merupakan penerima sewa (penyewa atau penerima upah). Akad yang bertujuan tentang pengambilan manfaat dikenal sebagai Ma‟jur (sewaan), sedangkan pemberian jasa untuk bayar jasa atas perolehan manfaat disebut Ajran atau Ujrah (upah atau imbalan). Pemberian imbalan terhadap orang yang telah sepakat untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu serta kesepakatan pemberian imbalan sesuai dengan perjanjian disebut sebagai upah.38

Ijarah dan Ujrah adalah dua persoalan yang saling memiliki keterkaitan. Namun, menjadi pembeda antara dua hal tersebut yaitu, Ijarah secara sederhana dapat dipahami sebagai perjanjian (akad) dalam pengambilan manfaat benda atau jasa.

36 Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 167.

37 Mardani, Fiqh Ekonomi, 247.

38 A. Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Bandar Lampung: Permatanet Publishing, 2016), 141.

(40)

25

Sedangkan ujrah (upah) diartikan sebagai imbalan atau balasan dari manfaat yang telah diperoleh.

Para ulama dalam mengartikan kata ijarah dalam istilah memiliki perbedaan pendapat, diantaranya:

I. Ijarah menurut Hanafiyah, yaitu:

لاَمَوُى ٍضَوِعِب ِةَعَفْ نَمْلا ىَلَعٌدَقَعُةَراَجْلإَا

“Ijarah adalah akad atas manfaat dengan imbalan berupa uang.”39

II. Ijarah menurut Malikiyah, yaitu:

ٍضَوِعِبًةَمْوُلْعَمًةَّدُم ٍحاَبُمٍءْيَش ِعِفاَنَم َكْيِلَْتَُدْيِفُيٌدْقَع...ُةَراَجِلإَا ِةَعَفْ نَمْلا ِنَعٍءيِشاَنِْيَْغ

“Ijarah… adalah suatu akad yang memberikan hak milik atas manfaat suatu barang yang mubah untuk masa tertentu dengan imbalan yang bukan berasal dari manfaat.”40

III. Ijarah menurut Asy-Syafi‟iyah, yaitu:

ِلْدَبْلِلٍةَلِباَقٍةَمْوُلْعَمٍةَدُصْقَمٍةَعَفْ نَم ىَلَعٌدْقَع : ِةَراَجِلإْادْقَعٌّدَحَو ْوُلْعَم ٍضَوِعِبِةَحاَبِلإْاَو ٍم

“Definisi akad ijarah adalah suatu akad atas manfaat yang dimaksud dan tertentu yang bisa diberikan dan dibolehkan dengan imbalan tertentu.”41

IV. Ijarah menurut Hanabillah, yaitu:

ِظْفَلِبُدِقَعْ نَ ت ِعِفاَنَمْلا ىَلَعٌدْقَع َيِىَو اَُهُاَنْعَم ِْفِاَمَوِءاَرَكْلاَوِةَراَجِلإا

“Ijarah adalah suatu akad atas manfaat yang bisa sah dengan lafal ijarah dan kara‟ dan semacamnya.”42

39 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2017), 316.

40 Ahmad, Fiqh, 316.

41 Ahmad, Fiqh, 317.

42 Ahmad, Fiqh, 317.

(41)

V. Ijarah menurut Sayyid Sabiq merupakan satu macam akad dengan tujuan pengambilan manfaat melalui jalan penggantian.43

VI. Ijarah menurut Hasbi Ash-Shiddiqie, yaitu:

“Akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat”.44

Berdasarkan pemaparan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa upah dalam Islam termasuk dalam golongan Ijarah a‟mal atau asykhas yaitu memberikan upah kepada orang yang telah memberikan jasanya untuk melakukan pekerjaan.45 Konsep ujrah atau upah diartikan sebagai hak atas perjanjian dalam pekerjaan dan menajadi kewajiban penerima manfaat dalam membayar upah sesuai yang telah diperjanjikan.

b. Dasar Hukum Upah I. Al Qur‟an

Dasar-dasar hukum upah (ijarah) dalam alquran beberapa diantaranya:

i. QS. At Talaq: 6

َّنُىَرْوُجُا َّنُىْوُ تٰاَف ْمُكَل َنْعَضْرَا ْنِاَف

43 Sohari dan Ru‟fah, Fikih, 168.

44 Sohari dan Ru‟fah, Fikih, 168.

45 Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah di Lembaga Keuangan dan Bisnis Kontemporer (Jakarta Timur: Prenadanmedia Group, 2019), 117.

(42)

27

Artinya: “Kemudian jika mereka menyusukan (anak- anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya.”(QS. Al Talaq:6).46

Ayat di atas menjelaskan bahwa, apabila seseorang telah memberikan jasa, hendaknya mereka memberinya upah sesuai dengan apa yang telah dia berikan kepada mereka.

ii. QS. Al Baqarah: 233



































































































































Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak- anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan

46 Depag RI, Al Quran dan Terjemahan, 559.

(43)

permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.

Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(QS.Al Baqarah:

233).47

iii. QS. Al Qashash: 26-27

















































































Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata:

"Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhrrya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya Berkatalah dari (Syu'aib):" Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang orang yang baik.” (QS. Al Qashash: 26-27).48

Ayat di atas menerangkan mengenai kisah Nabi Musa A.S yang membantu 2 anak gadis mengambil air yang tak disangka dua gadis tersebut anak nabi Syu‟aib. Dari peristiwa tersebut salah satu anak nabi

47 Depag RI, Al Quran dan Terjemahan, 37.

48 Depag RI, Al Quran dan Terjemahan, 388.

(44)

29

Syu‟aib meminta kepada ayahnya untuk memperkerjakan Nabi Musa AS untuk mengembalakan kambing yang ia miliki.

II. Hadist

Adapun beberapa hadist yang menysariatkan tentang upah (ijarah) beberapa diantaranya:

i. Hadits Aisyah

ِِبَّنلا َجْوَزاَمُهْ نَع ُوَّللا َيِضَر َةَشِئاَع َّنَأِْيَْ بُّزلا ِنْبَةَوْرُع ْنَع َّللا ىَّلَص ِوْيَلَع ُوَّللا ُلْوُسَرَرَجْأَتْساَو :ْتَلَ ق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُو

َوُىَواًتْ يِرِخاًيِداَى ِلْيَّدلا ِنَِب ْنِم ًلُجَرٍرْكَبْوُ بَأَو َمَّلَسَو ٍرْوَ ثَراَغُىاَدَعَوَواَمِهْيَ تَلِحار ِوْيَلِإاَعَ فَدَف ٍشْيَرُ قِراَّفُك ِنْيِدىَلَع ٍلاَيَل ِث َلََثَدْعَ ب ٍثَلَ ثَحْبُصاَمِهْيَ تَلِحاَرِب

Dari Urwah bin Zubair bahwa sesungguhnya Aisyah ra.

istri Nabi SAW berkata: “Rasulullah SAW dan Abu Bakar menyewa seorang laki-laki dari suku Bani Ad- Dayl, petunjuk jalan yang mahir, dan ia masih memeluk agama orang kafir Quraisy. Nabi dan Abu Bakar kemudian menyerahkan kepadanya kendaraan mereka, dan berdua menjanjikan kepadanya untuk bertemu di Gua Tsur dengan kendaraan mereka setelah tiga hari pada pagi hari selasa.” (HR. Al-Bukhari)49

ii. Hadits Ibnu Abbas

ٍساَّبَع ِنْباِنَع ُِّبَّنلااَمَجَتْحا :َلاَقاَمُهْ نَع ُوَّللا َيِضَر

.ُهَرْجَأ َماَّجُْلْا ىَطْعَأَو مَّلَسو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص

Dari Ibnu Abbas ia berkata: “Nabi SAW berbekam dan beliau memberikan kepada tukang bekam itu upahnya”.

(HR. Al-Bukhari)50

49Ahmad, Fiqh Muamalat, 319.

50 Ahmad, Fiqh Muamalat, 319.

(45)

iii. Hadits Ibnu Umar

ِوَّللا ُلْوُسَر َلاَق :َلاَقاَمُهْ نَع ُوَّللا َيِضَرَرَمُع ِنْبا ِنَع َو َّفَِيَ ْنَأ َلْبَ ق ُهَرْجَأَرْ يِجَلأْاْوُطْعَا :َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص .ُةَقَرَع

Dari Ibnu Umar ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda:

Berikanlah kepada tenaga kerja itu upahnya sebelum keringatnyaWealth does produce happiness, but perfect happiness is produced without wealth and only togetherness kering”. (HR. Ibnu Majah)51

iv. Imam Bukhari menyatakan bahwasanya Rasullah SAW.

Pernah memberi upah kepada seseorang laki-laki dari Bani Dil yang bernama Abdullah bin Ubaidah. Dia merupakan seseorang pemandu jalan yang berpengalaman.52

Menurut paparan penjelasan yang telah dikemukakan diatas bahwasanya para ulama menyetujui dengan sewa- menyewa dan upah dan tak ada seorang ulama satupun yang memprotes dengan kesepakatan atau ijma‟

tersebut.53 c. Rukun dan Syarat Upah

Adapun rukun upah (ijarah) menurut ulama Hanafiyah hanya ada 2 yaitu ijab dan qabul, dengan memakai kalimat al ijarah, al isti‟jar, al iktira, al ikra. Sedangkan menurut Jumhur Ulama rukun ijarah ada 4, diantaranya:

51 Ahmad, Fiqh Muamalat, 320.

52 Sayyid, Fiqih Sunnah, 260.

53 Sohari dan Ru‟fah, Fikih, 169.

(46)

31

a) Orang yang berakad Aqid, yakni mu‟jir atau musta‟jir yaitu orang yang menyewakan atau pemberi upah dan musta‟jir yaitu orang penerima upah.

b) Sighah, yakni ijab qabul antara mu‟jir dan musta‟jir.

c) Ujrah yaitu upah atau imbalan.

d) Manfaah atau Ma‟qud alaih yaitu manfaat atau barang yang disewakan/ sesuatu yang dikerjakan.54

Syarat-syarat upah (ijarah) yang patut diperhatikan diantarnya sebagai berikut:

a) Orang yang melakukan akad harus saling ridha.

b) Manfaat dari sesuatu yang diakad harus diketahui jelas agar tidak menimbulkan percekcokan.

c) Sesuatu yang diakadkan dapat diambil manfaatnya y

Gambar

Foto bersama bapak M. Sahri selaku Ustad yang berada di Desa Tarokan
Foto bersama ibu Maryam selaku warga yang biasa dalam memandikan dan  mengkafani jenazah di Desa Tarokan
Foto bersama ibu Jazilah selaku warga yang biasa dalam memandikan dan  mengkafani jenazah di Desa Tarokan
Foto bersama bapak Hoirul selaku warga yang biasa menggali kubur
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat Teoritis : Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya dibidang kesehatan anak dan pengembangan ilmu pengetahuan antara lain

a) Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta memperluas wawasan dalam menerapkan teori-teori yang peneliti

Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teori-teori, beserta analisis sehingga mampu memperluas wawasan mengenai kebahasaan

Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan para peneliti lain dalam bidang ilmu-ilmu sosial terutama dalam bidang manajemen lembaga

Manfaat teoritis/keilmuan, yaitu diharapkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah bacaan terkait dengan kualitas partai politik yang diharapkan oleh masyarakat

Manfaat teoritis penelitian ini antara lain adalah untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembel~aran khususnya yan&

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dalam bidang linguistik/ kebahasaan, memperkaya perkembangan ilmu pengetahuan terutama

Adapun manfaat praktis antara lain; 1 Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan ilmu bagi peneliti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan potensi diri sebagai calon pendidik yang