TANJUNG SAKTI PUMI KABUPATEN LAHAT SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S.Pd Dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
Oleh:
Anisyah Pertiwi NIM: 1811240090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI
SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2022
vi
vi Nama : Anisyah Pertiwi NIM : 18112490
Judul Skripsi : Upaya Guru Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika di Kelas II MI Al-Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat
ABSTRAK
Dalam pembelajaran matematika masih banyak siswa yang kurang memahami pelajaran matematika yang disampaikan oleh guru, masih banyak siswa kesulitan dalam mengerjakan latihan soal matematika yang diberikan oleh guru, masih banyak siswa yang tidak senang dalam pembelajaran matematika dan hasil belajar matematika belum tercapai dengan maksimal.
Dengan penelitian ini diharapkan guru bisa meningkatkan motivasi siwa dalam pembelajaran matematika. Skripsi ini disusun berdasarkan data lapangan yang menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, bahwasanya Upaya Guru Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika di Kelas II MI Al-Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat yaitu melakukan pengendalian kelas, metode yang bermacam-macam, suasana belajar yang menyenangkan, hadiah dan hukuman, media pembelajaran yang menarik, materi yang mudah dipahami dan melakukan evaluasi pembelajaran. Faktor pendukung guru memotivasi siswa adalah adanya dukungan dari warga sekolah, sarana dan prasaran yang baik dari seokolah dalam proses pembelajaran, sedangkan faktor penghambatnya adalah pengaruh dari teman sebaya dan dan kurangnya minat siswa pada pembelajaran matematika.
Kata kunci: Upaya Guru Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpah rahmat dan ridha-Nya kepada peneliti dapat menyusun skripsi yang berjudul “Upaya Guru Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika di Kelas II MI Al-Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat”.
Shalawat dan salam semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang mana telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, peneliti tidak akan mampu menyelesaikannya tanpa bantuan, bimbingan, dukungan semangat serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. KH. Zulkarnain Dali, M.Pd selaku Rektor UINFAS Bengkulu yang telah memberikan kesempatan
viii
kepada peneliti untuk menyelesaikan studi S I di UINFAS Bengkulu.
2. Bapak Prof Dr. Mus Mulyadi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Terbiyah Tadris UINFAS Bengkulu, selama peneliti mengikuti perkuliahan yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
3. Bapak Adi Saputra M.Pd. selaku sekretaris Jurusan Tarbiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris UINFAS Bengkulu, selama penulis mengikuti perkuliahan juga telah membimbing dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti.
4. Bapak Abdul Aziz Mustamin, M.Pd selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris UINFAS Bengkulu.
5. Bapak Dr. Suhirman, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan koreksi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ibu Masrifa Hidayani, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
ix
memberikan bimbingan, pengarahan dan koreksi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bapak Syahril S.Sos I, M. Ag selaku kepala Perpustakaan UINFAS Bengkulu beserta staff, yang telah memfasilitasi peneliti dalam pembuatan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Sukarno, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing peneliti dalam perkuliahan.
8. Bapak dan ibu dosen dan staf di prodi PGMI UINFAS Bengkulu yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.
9. MI Al-Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti PUMI Kabupaten Lahat yang telah mengizinkan untuk menjadi tempat penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada kedua orang tua ku, Bapak Ardiansyah dan ibu Distiana yang telah membesarkanku, mendidik, memotivasi,
x
mendo’akan dan mendukung semua perjuanganku. Keluarga yang tidak pernah bosan menasehatiku untuk tetap semangat menjalani perkuliahan hingga selesai.
11. Teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2018 dan khususnya PGMI kelas C yang turut berjuang dari awal kuliah.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, peneliti mengucapkan mohon maaf yang sebesarnya apabila dalam pembuatan skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, peneliti sampaikan terima kasih.
Bengkulu, 2022
Peneliti
Anisyah Pertiwi NIM. 1811240090
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
NOTA PEMBIMBING ... iv
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 18
1. Upaya Guru ... 18
xii
2. Motivasi Siswa ... 40
3. Pembelajaran Matematika ... 58
B. Kajian Pustaka ... 68
C. Kerangka Berpikir ... 73
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 76
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 78
C. Sumber Data ... 79
D. Fokus penelitian ... 80
E. Teknik Pengumpulan Data ... 81
F. Uji Keabsahan Data... 84
G. Teknik Analisis Data ... 87
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Wilayah ... 91
B. Hasil Penelitian ... 102
C. Pembahasan ... 122
D. Keterbatasan Penelitian ... 132
xiii BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 134 B. Saran ... 136 DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-lampiran
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tenaga Pendidik ... 99 Tabel 4.2 Peserta Didik ... 100 Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana ... 101
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 75
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dasar terpenting dalam bidang sains dan teknologi yang sangat perlu bagi pembangunan. Oleh karena itu pengajaran matematika di sekolah harus mendapat perhatian agar diperoleh hasil yang diharapkan. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan tersebut diperlukan rangsangan dan bimbingan yang baik dalam proses belajar mengajar.1
Matematika merupakan salah satu dari mata pelajaran pokok dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Mengingat pentingnya matematika maka setiap siswa diharapkan memiliki motivasi untuk belajar matematika.
Akan tetapi, sejauh ini matematika masih dipersepsikan sebagai pelajar
1 Rahmi, Upaya Dalam Memotivasi Pembelajaran Matematika, Jurnal Akademik, Vol. 11, No 1, 2007, Hal. 04.
yang membosankan, tidak disukai, sulit. Setiap siswa mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh motivasi dalam diri siswa tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis dalam menyelesaikan masalah- masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, maka siswa tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya.2
Matematika merupakan pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Kebanyakan siswa menganggap hahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit untuk
2 Wahyu Wijayanti, Usaha Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sma Negeri 1 Godean, skripsi. Pr ogram Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, 2010.
dijangkau serta tidak menyenangkan. Matematika juga dianggap sesagai pelajaran yang sangat membosankan karena hanya ada penjelasan dari guru dan setelah materi selesai guru memberikan ulangan dengan siswa mengerjakan soal yang diberikan. Matematika itu sendiri merupakan ilmu pengetahuan yang di organisasikan dengan sistematis dalam rangkaian urutan yang logis. Keterampilan dalam menguasai pelajaran yang tinggi terhadap matematika oleh siswa tentunya tidak terlepas dari keberhasilan seorang guru dan siswa sebagai peluku dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya ditentukan oleh ketepatan strategi guru yang mentransfer pengetahuannya, tetapi juga ditentukan peran serta aktif dari siswa pada proses pembelajaran. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka tugas guru tidak lagi hanya memberikan jumlah informasi dalam pemikiran siswa, tetapi juga harus bagaimana agar
konsep yang penting pada pelajaran matematika dapat tertanam kuat dalam pemikiran siswa.3
Dalam pembelajaran matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah cina mengatakan,
“Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”.4
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisaran antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piagnet, mereka berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan
3 Ahmad Yasir Rifa’i dkk, 28 cara senang belajar matematika, (Magelang: Pustaka Rumah C1nta, 2020), Hal. 28
4 Heruman, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008), Hal. 01-02.
pada proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada masa konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. Pembelajaran merupakan aktivitas utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah.
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada pada keefektifan proses pembelajaran berlangsung. Sementara pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap yang disebabkan oleh pengalaman dan melibatkan keterampilan kognitif dan sikap dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Pembelajaran efektif apabila interaksi antara pendidik dan peserta didik berlangsung aktif serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam rentang waktu yang telah ditentukan.5
Di sekolah-sekolah siswa paling tidak bersemangat ketika guru memberi tahu bawasannya pertemuan selanjutnya akan dilakukan ulangan harian. Mereka menganggap bahwa ulangan itu sangat susah dan harus berpikir serius dalam mengerjakan soal. Suasana yang sepi dan menakutkan sehingga membuat siswa justru tidak bisa berpikir tekanan yang ada. Yang awalnya siswa benar-benar paham hanya pikirannya tidak fokus dan tidak bisa berpikir tentang masalah yang dihadapi karena rasa takut dan keseriusan yang ada. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya peran aktif siswa pada proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, dapat mendukung proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Guru pada umumnya masih menggunakan metode ceramah, dimana pembelajaran hanya
5 Amna Emda, Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran,…Hal. 94.
berpusat pada guru sebagai sumber belajar (pusat guru) belum terpusat pada siswa sehingga nilai komunikasi yang terjadi satu arah dan hasil belajar siswa juga rendah.6
Guru merupakan faktor yang mempunyai peranan paling dominan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu guru haruslah berusaha agar siswa dapat memahami materi yang diajarkannya. Tugas utama guru mnatematika dalam pelaksanaan proses belajar mengajar matematika di sekolah bukan hanya sekedar menyampaikan materi tetapi juga bertanggung jawab menciptakan kondisi belajar rnengajar yang efektif dan dapat mnemotivasi siswa untuk belajar sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik.7
Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran, akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian
6 Ahmad Yasir Rifa’i dkk, 28 cara senang belajar matematika,…Hal. 28
7 Rahmi, Upaya dalam memotivasi pembelajaran matematika, jurnal akademik,…Hal. 04.
bantuan kepada siswa, perbedaan tersebut akan mempengaruhi si guru dalam kegiatan pembelajaran kepada siswa. Bila guru merasa bahwa mengajar itu adalah usaha pemberian bantuan kepada siswa untuk berhasil dalam belajar, maka guru akan berusaha membangkitkan motivasi siswa dalam belajar, tetapi bila guru merasa bahwa mengajar hanya menyampaikan materi pelajaran tidak akan ada usaha untuk membangun semangat yang lebih besar bagi siswa untuk belajar.8
Sebagai seorang guru, tentunya lebih banyak tahu tentang kondisi yang dihadapinya didalam kelas, guru seringkali menemukan siswa yang pasif saat pembelajaran matematika yang lebih menarik, kreatif dan bermakna.
Disamping itu, media pembelajaran matematika yang digunakan harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu dalam
8 Manner Tampubolon, Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, jurnal Sabilarrasyad, Vol. 01, No. 01, 2016, Hal. 100-101.
proses pembelajaran matematika pendidik hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai pola pikir peserta didik dengan menerapkan berbagai menggunakan media serta membimbing peserta didik untuk mengembangkan motivasi belajarnya.9
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mendorong siswa untuk mau belajar. Motivasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu motivasi instrinsik (keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar) dan motivasi ekstrinsik (keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar). Ada tidaknya motivasi belajar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan belajar akan
9 Shisy Yulia Cahyati dan Dea Rahma Rhosalia, upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media gambar pada pembelajaran matematika di sekolah dasar, jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 02, No. 01, 2020, Hal.02.
tercapai apabila pada diri adanya kemauan dan dorongan untuk belajar.10
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan selalu berusaha untuk lebih baik dan ingin selalu dipandang sebagai siswa yang berhasil dalam lingkungannya.
Sedangkan siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar akan tidak menunjukkan kesungguhan dalam belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak memuaskan.
Makin tinggi motivasi belajar peserta didik makin tinggi pula hasil belajar yang diperolehnya, dan begitu pula sebaliknya.11 Selain itu, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Seperti dalam salah satu ayat Al-Qur’an surah yakni, Al-Mujadalah ayat 11:
.. ت هجَرَد َمْلِعْلا اوُت ْوُا َنْيِذَّلاَو ْْۙمُكْنِم اْوُنَمها َنْيِذَّلا ُ هّاللّ ِعَفْزَي...
Artinya: …Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
10 Amna Emda, Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran, Jurnal Lantanida, Vol. 5, No. 2, 2017. Hal. 93.
11 Maryam Muhammad, Pengaruh Motivasi Dalam Pembelajaran, Jurnal Lantanida, Vol. 4, No. 2, 2016. Hal. 1-2.
diberi ilmu beberapa derajat… (Q.S Al- Mujadalah [58]: 11).12
Berkenaan ayat Al-Qur’an tersebut di atas menjelaskan tentang orang yang menuntut ilmu akan mendapatkan derajat yang tinggi. Oleh karena itu pentingnya untuk terus memiliki motivasi dalam belajar.
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuanya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga siswa tersebut tidak berusaha untuk menggerakkan kemampuanya untuk belajar.
Guru sebagai pembelajar berkewajiban untuk memotivasi siswa dalam belajar, prestasi belajar siswa dapat dikatakan tergantung pada bagaimana guru sebagai pendidik mampu memotivasi siswanya dalam belajar, sehingga siswa berusaha untuk meningkatkan prestasinya.
12 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:
PT Sygma Examedia Arkanleema. 2009), Hal. 543.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan. Begitu besarnya pengaruh motivasi terhadap pencapaian tujuan dari seseorang dimana motivasi itu dapat menimbulkan suatu kelakuan atau perbuatan misalnya dalam belajar, motivasi menjadi penggerak untuk mempercepat kegiatan dalam mengerjakan sesuatu misalnya belajar, motivasi menjadi pengarah bagi kegiatan seseorang sehingga tercapai tujuan yang di inginkan. Dalam hal ini sangat dibutuhkan upaya guru untuk menumbuhkan semangat belajar siswa melalui motivasi, bila motivasi itu tumbuh dan berkembang pada diri siswa karena merasa belajar itu adalah kebutuhan harapan besar prestasi belajar siswa akan semakin meningkat, karena siswa akan menggerakkan segala upaya yang ada pada dirinya untuk mencapai tujuan belajarnya.13
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 April 2021 di kelas II MI Al-Ikhlas
13Manner Tampubolon. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, jurnal Sabilarrasyad,...Hal. 101.
Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat. Dari hasil wawancara dengan Ibu Surmika,S.Pd selaku guru kelas IIA dan ibu Siti Khadijah, S.Si selaku guru kelas IIB sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa di dalam pembelajaran matematika guru telah berupaya untuk meningkatkan motivasi siswa diantaranya, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tugas kepada siswa dan juga menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran. Namun demikian masih membuat motivasi siswa dalam pembelajaran matematika rendah. Itu terlihat dari gejala-gejala di kelas IIA dan IIB seperti diberikan kesempatan bertanya oleh guru, hanya ada beberapa siswa yang ingin bertanya, terdapat beberapa siswa yang tidak dapat menanggapi setiap guru meminta pendapat, guru memberikan pertanyaan, hanya ada beberapa orang siswa yang mampu menjawab, ketika guru memberikan tugas,
hanya beberapa orang yang dapat mengerjakannya.14 Dalam pembelajaran matematika masih banyak siswa yang kurang memahami pelajaran matematika yang disampaikan oleh guru, masih banyak siswa kesulitan dalam mengerjakan latihan soal matematika yang diberikan oleh guru, masih banyak siswa yang tidak senang dalam pembelajaran matematika dan hasil belajar matematika belum tercapai dengan maksimal.
Agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian tidak meluas dan mendapatkan suatu pencapaian yang ingin dicapai dan sesuai sasaran maka peneliti memberikan batasan-batasan masalah yaitu cara guru memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sebagai upaya memotivasi terhadap pembelajaran dengan judul “Upaya Guru Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran
14Wawancara Dengan Surmika dan Siti Khodijah (Guru Kelas IIA Dan IIB) Pada Tanggal 5 April 2021 Di Ruang Guru
Matematika di Kelas II MI Al-Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya guru memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika di kelas II MI Al-Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat guru memotivasi siswa dalam pembelajaran matemataika di kelas II MI Al- Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui upaya guru memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika di kelas II MI Al-
Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru memotivasi siswa dalam pembelajaran matemataika siswa di kelas II MI Al-Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat.
b. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
a) Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi dan menambah wawasan mengenai upaya guru memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika.
b) Memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu pendidikan dan memperkuat wacana untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Manfaat Teoritis
a) Bagi Penulis
Sebagai rujukan dan sarana untuk menambah wawasan mengenai upaya guru memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika di kelas II MI Al-Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.
b) Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah untuk memperbaiki dan mengevaluasi kualitas pembelajaran matematika untuk kelas II MI Al- Ikhlas Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat.
c) Bagi Guru
Sebagai proses informasi dan referensi
dalam mengembangkan proses pembelajaran matematika.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1. Upaya Guru
a. Pengertian Upaya
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu yang dimaksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar. Menurut bahasa, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian usaha adalah seperti berikut ini:
1) Usaha adalah kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud.
2) Usaha adalah pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu.15 Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud. Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan.
Selanjutnya Anwar menyatakan bahwa upaya adalah usaha; akal; ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar.16
Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional Upaya adalah usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya.
Mengupayakan adalah mengusahakan,
15 Zulkifly Rusby dkk, Upaya Guru Mengembangkan Media Visual dalam Proses Pembelajaran Fiqih di MAN Kuok Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal Al-hikmah Vol. 14, No. 1, Tahun 2017. Hal. 20
16 Anggun Kumayang Sari dkk, Upaya Guru Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini di Gugus Hiporbia, Jurnal Ilmiah Potensia, Vol.
1, No. 1, Tahun 2016. Hal. 02.
mengikhtiarkan, melakukan sesuatu untuk mencari akal (jalan keluar) dan sebagainya.17
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pengertian upaya adalah usaha yang dilakukan dengan mencari jalan keluar dari permasalahan untuk mencapai suatu tujuan.
b. Pengertian Guru
Pengertian Guru Secara etimologis guru sering di sebut pendidik. Kata guru merupakan padanan dari kata teacher (bahasa Inggris). Kata teacher bermakna sebagai "the person who teach, especially in school" atau guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah/madrasah. Kata teacher berasal dari kata kerja to teach A. atau
17 Indah Devi Novitasari, Upaya Guru Meningkatkan Keberanian Siswa Untuk Bertanya Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, skripsi. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhmmadiyah Surakarta, 2014, Hal. 05.
teaching yang berarti mengajar. Jadi arti dari kata teacher adalah guru, pengajar.18
Guru atau disebut juga sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapal kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai invidu yang sanggup berdiri sendiri, Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik ialah guru. Kedua istilah tersebut bersesuaian artinya, bedanya ialah istilah guru seringkali dipakai di lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai dilingkungan formal, informal maupun non formal.19
18 Shilphy A.Oktavia, Etika Profesi Guru, (Yogyakarta: CV Budi Utama. 2020), Hal. 10-11.
19 Yohana AflianiLudo Buan, Guru dan Pendidikan Karakter, (Jawa Barat: CV Adanu Abimita. 2020, hal. 01
Menurut Imran, guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Pengertian-pengertian mengenai guru di atas sangat mungkin untuk dapat dirangkum. Jadi, guru adalah seseorang yang telah memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek.20
20 Asma Is Babuta, Abdul Rahmat, Peningkatan Kompetensi Pedagogik guru melalui pelaksanaan supervise klinis dengan teknik kelompok, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 03, No. 01, 2019. Hal. 6-7.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pengertian guru atau pendidik adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya yang bertanggung jawab dalam memberi bimbingan ataupun bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya.
c. Persyaratan Guru
Pekerjaan guru merupakan profesi dalam masyarakat, karena itu seorang guru sebelum menunaikan tugas mendidik dan mengajar dituntut untuk memiliki beberapa macam keterampilan yang merupakan pelengkap profesinya. Profesional tersebut biasanya diasosiasikan dengan ijazah yang memberikan kewenangan dan tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugasnya.21
21 Indahyati dan Fidye Aria Pratama, Etika profesi keguruan, (Yogyakarta: K-Media, 2016), hal. 71.
Suatu pekerjaan dapat menjadi profesi harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu yang melekat dalam pribadinya sebagai persyaratan melaksanakan profesi tersebut. Adapun persyaratan profesi antara lain:
1) Pekerjaan Penuh
Suatu profesi merupakan pekerjan penuh dalam pekerjaan yang diperlukan oleh masyarakat atau perorangan. Tanpa pekerjaan tersebut masyarakat akan menghadapi kesulitan. Profesi merupakan bidang yang mencakup tugas, fungsi, kebutuhan, aspek atau tertentu dari anggota masyarakat secara keseluruhan. Profesi guru mencakup khusus aspek pendidikan dan pengajaran di sekolah.
2) Ilmu Pengetahuan
Untuk melaksanakan suatu profesi yang diperlukan ilmu pengetahuan. Tanpa
menggunakan ilmu profesi tersebut tidak dapat dilaksanakan. Ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan profesi terdiri dari cabang ilmu utama dan cabang ilmu pembantu. Cabang ilmu utama adalah cabang ilmu yang menentukan suatu profesi. Contohnya profesi guru cabang ilmu utamanya adalah ilmu pendidikan dan cabang ilmu pembantunya masalah psikologi.
Salah satu persyaratan ilmu pengetahuan adalah adanya teori, bukan hanya kumpulan pengetahuan dan pengalaman. Fungsi dari suatu teori adalah untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Dengan mempergunakan teori ilmu pengetahuan, profesional dapat menjelaskan apa yang dihadapinya dan apa yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Teori ilmu pengetahuan juga mengarahkan profesional dalam mengambil
langkah-langkah yang diperlukan dalam melaksanakan profesi.
3) Aplikasi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada dasarnya mempunyai dua aspek yaitu aspek teori dan aspek aplikasi. Aspek aplikasi ilmu pengetahuan adalah penerapan teori-teori ilmu pengetahuan untuk membuat sesuatu, mengerjakan sesuatu atau memecahkan sesuatu yang diperlukan. Profesi merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk mengerjakan, menyelesaikan atau membuat sesuatu. Kaitan dengan profesi, guru tidak hanya ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh guru tetapi juga pola penerapan ilmu pengetahuan tersebut sehingga guru dituntut untuk mengusai keterampilan mengajar.
4) Lembaga Pendidikan Profesi
Ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh guru untuk melaksanakan profesinya harus dipelajari dari lembaga pendidikan tinggi yang khusus mengajarkan, menerapkan dan meneliti serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu keguruan. Sehingga peran lembaga pendidikan tinggi sebagai pencetak sumber daya manusia harus betul-betul memberikan pemahaman dan pengetahuan yang mantap pada calon pendidik.
5) Prilaku Profesi
Perilaku profesional yaitu perilaku yang memenuhi persyaratan tertentu, bukan perilaku pribadi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat atau kebiasaan pribadi. Prilaku profesional merupakan
prilaku yang harus dilaksanakan oleh professional ketika melakukan profesinya.22
Adapun syarat yang harus dimiliki seorang guru dalam rangka melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagai tugas pokokrnya, yaitu: syarat formal, syarat professional dan syarat non formal.
1) Syarat-syarat formal a) Memiliki ijazah guru
Sebagai bukti memiliki kemampuan pengetahuan dalam bidangnnya bisa dilihatkan dengan dimilikinya ijazah. Curu juga harus mempunyai pengalaman dalam mengajar, tidak semua orang mampu mentrasfer ilmu karena guru juga harus mempunyai kesenian dalam mengajarkan kepada peserta didik sehingga peserta didik senang dalam dunia pendidikan.
22 Darmadi, Membangun Paradigma Baru Kinerja Guru, (Indonesia:
Guepedia, 2018), hal.18-29.
b) Guru harus sehat jasmani dan rohani
Mempunyai ilmu tanpa daya atau kekuatan untuk mentrasfer ilmu maka tidak akan berhasil. begitu juga sebaliknya, maka kesehatan jasmani sebagai gerak yang akan dilihat oleh peserta didik. Selain sehat jasmani juga sehat rohani sebagai rangsangan untuk menggerakkan jasmani untuk bisa menenangkan fikiran dan mencari inovasi- inovasi baru untuk mengembangkan potensi dalam mengajar dengan baik.
c) Tidak cacat jasmani secara mencolok yang akan mengganggu jalannya tugas sehari-hari.
2) Syarat-syarat profesional, yaitu: menguasai ilmu yang akan diajarkan, mengerti ilmu didaktik dan metodik, dan mengerti ilmu jiwa.
3) Syarat-syarat non formal yaitu: memiliki loyalitas terhadap pemerintah yaitu kepribadian Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang 1945 berakhlak mulia serta menjalankan ajaran agama, memiliki dedikasi terhadap tugasnya, memilki sifat pemaaf, memahami dirinya, sanggup menahan kemarahan dan sabar serta tidak pendendam, paham terhadap tabiat murid, mempunyai sifat terbuka, dan bersikap zuhud dalam menjalankan tugas yang didasarkan kepada keridaan Tuhan.23
d. Tugas Guru
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan.24
23 Yohana Afliani Ludo Buan,…,Hal. 7-9.
24Sumiati, Peranan Guru Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Jurnal Tarbawi, Vol. 03, No. 02, 2018. Hal, 151.
Tugas guru dalam proses belajar meliputi tugas paedagogis dan tugas administrasi. Tugas paedagogis merupakan tugas membimbing dan memimpin.
1) Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
2) Tugas guru bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Sebagai orang yang lebih terhormat dilingkungan karena dari seorang guru diharpkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Tugas guru tidak hanya sebatas didalam masyarakat, bahkan guru
pada hakikatnya merupakn komponen strategi yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. 25
Sebagai yang dikemukakan di atas perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peran dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.
Gerstner mengatakan tugas guru tidak hanya sebagai pengajar, tapi guru harus berperan sebagai:
1) Pelatih, guru profesional yang berperan ibarat pelatih olahraga. Ia lebih hanyak membantu siswanya dalam permainan, bedanya per- mainan itu adalah belajar sebagai pelatih, guru mendorong
25 Maulana Akbar Sanjani, Tugas dan Peranan Guru Dalam Proses Peningkatan Belajar Mengajar, Jurnal Serunai Ilmu Pendidikan, Vol.6, No.1, 2020. Hal. 36.
siswa- nya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya..
2) Konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa, mencip- takan suasana di mana siswa belajar dalam kelompok kecil di ba- wah bimbingan guru.
3) Manajer belajar, guru akan bertindak ibarat manajer perusahaan, ia membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, mengelu- arkan ide terbaik yang dimilikinya. Di sisi lain, ia bertindak sebagai bagian dari siswn, ikut belajar bersama mereka sebagai pelajnr, guru juga harus belajar dari teman seprofesi. Sosok guru itu diibaratkan segalanya bisa.26
26 Muhammad Anwar, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018), Hal.34.
e. Peran Guru
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memiliki peran yang cukup penting untuk membuat ilmu-ilmu yang diajarkan dapat diterima oleh siswa- siswa yang ada. Tak hanya berperan untuk mengajarkan ilmu-ilmu saja, banyak sekali peran guru dalam proses pembelajaran. Mengenai peran guru di dalam proses kegaiatan belajar mengajar yaitu:
1) Guru Sebagai Pendidik
Guru merupakan pendidik, tokoh, panutan serta identifikasi bagi para murid yang di didiknya serta lingkungannya. Oleh sebab itu, tentunya menjadi seorang guru harus memiliki standar serta kualitas tertentu yang harus dipenuhi. Sebagai seorang guru, wajib untuk memiliki rasa tanggung jawab, mandiri, wibawa, serta kedisiplinan yang dapat dijadikan contoh bagi peserta didik.
2) Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar mengajar akan dipengaruhi oleh beragam faktor di dalamnya, mulai dari kematangan, motivasi, hubungan antara murid dan guru, tingkat kebebasan, kemampuan verbal, ketrampilan guru di dalam berkomunikasi, serta rasa aman. Jika faktor faktor tersebut dapat terpenuhi, maka kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Guru harus dapat membuat sesuatu hal menjadi jelas bagi murid, bahkan terampil untuk memecahkan beragam masalah.
3) Guru Sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sebuah sumber belajar akan sangat berkaitan dengan kemampuan guru untuk menguasai materi pelajaran yang ada.
Sehingga saat siswa bertanya sesuatu hal, guru dapat dengan sigap dan tanggap menjawab
pertanyaan murid dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti.
4) Guru Sebagai Fasilitator
Peran seorang guru sebagai fasilitator adalah dalam memberikan pelayanan agar murid dapat dengan mudah menerima dan memahami materi-materi pelajaran. Sehingga nantinya proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan efisien.
5) Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat dikatakan sebagai pembimbing perjalanan, yang mana berdasar pengetahuan serta pengalamannya dan memiliki rasa tanggung jawab dalam kelancaran perjalanan tersebut.
Perjalanan ini tidak hanya sola fisik namun juga perjalanan mental, kreatifitas, moral, emosional dan spritual yang lebih kompleks dan dalam.
6) Guru Sebagai Demonstrator
Guru memiliki peran sebagai demonstator adalah memiliki peran yang mana dapat menunjukkan sikap-sikap yang bisa menginspirasi murid untuk melakukan hal-hal yang sama bahkan dapat lebih baik.
7) Guru Sebagai Pengelola
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru memiliki peran dalam memegang kendali atas iklim yang ada di dalam suasana proses pembelajaran. Dapat diibaratkan jika guru menjadi nahkoda yang memegang kemudi dan membawa kapal dalam perjalanan yang nyaman dan aman. Seorang guru haruslah dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif dan nyaman.
8) Guru Sebagai Penasehat
Guru berperan menjadi penasehat bagi murid-muridnya juga bagi para orang tua,
meskipun guru tidak memiliki pelatihan khusus untuk menjadi penasehat. Murid-murid akan senantiasa akan berhadapan dengan kebutuhan dalam membuat sebuah keputusan dan dalam prosesnya tersebut membutuhkan bantuan guru.
Agar guru dapat memahami dengan baik perannya sebagai penasehat serta orang kepercayaan yang lebih dalam maka sudah seharunya guru mendalami mengenai psikologi kepribadian.
9) Guru Sebagai Inovator
Guru menerjemahkan pengalaman yang didapatkannya di masa lalu ke dalam kehidupan yang lebih bermakna untuk murid-murid didikannya. Karena usia guru dan murid yang mungkin terlampau jauh, maka tentu saja guru lebih memiliki banyak pengalaman dibandingkan murid. Tugas guru adalah untuk menerjemahkan pengalaman serta kebijakan yang berharga ke
dalam bahasa yang lebih modern yang mana dapat diterima oleh murid-murid.
10) Guru Sebagai Motivator
Proses kegiatan belajar mengajar akan berhasil jika murid-murid didalamnya memiliki motivasi yang tinggi. Guru memiliki peran yang penting untuk menumbuhkan motivasi serta semangat di dalam diri siswa dalam belajar.
11) Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan serta pembelajaran tentunya membutuhkan latihan ketrampilan, entah itu dalam intelektual ataupun motorik. Dalam hal ini guru akan bertindak sebagai pelatih untuk mengembangkan ketrampilan tersebut. Hal ini lebih ditekankan dalam kurikulum 2004 yang mana memiliki basis kompetensi. Tanpa adanya latihan maka tentunya seorang guru tidak akan mampu dalam menunjukkan penguasaan
kompetensi dasar serta tidak mahir dalam ketrampilan ketrampilan yang sesuai dengan materi standar.
12) Guru sebagai Evaluator
Setelah proses pembelajaran berlangsung, tentunya seorang guru harus melakukan evaluasi pada hasil yang telah dilakukan selama kegiatan pembelajaran tersebut. Evaluasi ini tidak hanya mengevaluasi keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun juga menjadi evaluasi bagi keberhasilan guru di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.27
2. Motivasi Siswa
a. Pengertian Motivasi Siswa
27 Dea Kiki Yestiani dan Nabila Zahwa, Peran Guru dalam Pembelajaran Pada Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1, 2020. Hal 42-44.
Kata "motif", diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (ke- siapsiagaan). Berawal dari kata
"motif" itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan unfuk mencapai dirasakan/mendesak.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. 28
Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar.
Di sekolah sering kali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos dan sebagainya.
Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberi motivasi yang tepat untuk mendorong siswa belajar denagn segenap tenaga dan pikirannya.
Menurut Djamarah motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu. 29
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pengertian motivasi siswa adalah dorongan dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan
28 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Perseda, 2010), Hal. 73-75.
29 Endang Titik Lestari, Cara Praktis Meningkatkan Motivasi Siswa Sekolah Dasar, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), Hal. 4.
dalam rangka mencapai harapan dan tujuan sehingga mendapatkan hasil yang baik dan optimal.
b. Macam-Macam Motivasi Siswa
Secara garis besar ada dua jenis motivasi, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang (intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Berikut penjelasan lebih lanjut mengensi motivasi intrinsik dan ekstrinsik:
1) Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memertukan motivasi dari luar dirinya.
Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus.
Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.
Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Gemar belajar adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan anak didik yang memiliki motivasi intrinsik. Dan memang diakui oleh semua pihak, bahwa belajar adalah suatu cara
untuk mendapatkan sejumlah ilmu pengetahuan.
Belajar bisa dikonotasikan dengan membaca.
Dengan begitu, membaca adalah kunci inovasi dalam pembinaan pribadi yang lebih baik. Tidak ada seorang pun yang berilmu tanpa melakukan aktivitas membaca. Evolusi pemikiran manusia yang semakin maju dalam rentangan masa tertentu karena membaca, yang hal itu tidak terlepas dari masalah motivasi sebagai pendorongnya, yang berhubungan dengan kebutuhan untuk maju, berilmu pengetahuan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar
faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi. diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan, motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk maju.
Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan anak didik.
Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak didik menjadikan anak didik malas belajar. Karena itu, guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi
ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di kelas.30
c. Fungsi Motivasi Siswa
Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan.
Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar. Untuk itu ketiga fungsi motivasi dalam belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan
30 Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), Hal. 69.
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari munculah minatnya untuk helajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Disini, anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga, Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya.
3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
Seorang anak didik yang ingin mendapatkan
sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.31
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
31 Afi Parnawi, Psikologi Belajar,…, Hal. 70-71.
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.32
d. Cara Menumbuhkan Motivasi Siswa di Sekolah Motivasi dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah penting baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melaksanakan belajar.
Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu diketahui bagaimana cara dan jenis menumbuhkan motivasi yang bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang- kadang tidak sesuai. Dengan demikian seorang guru
32 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar…, Hal. 85-86.
harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi dalam kegiatan belajar siswa. Sebab bisa saja maksudnya memberi motivasi tapi ternyata malah tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.33
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain:
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai - nilai pada raport angkanya baik baik.
33 Endang Titik Lestari, Cara Praktis Meningkatkan Motivasi Siswa Sekolah Dasar,…,Hal. 12.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak lah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan , mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut . Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak di manfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga
sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena
itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis.
Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
6. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu
diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu
kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik .
10. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
11. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Di samping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan. untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.34
3. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari
"learning" yang berasal dari kata belajar atau "to
34 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar…, Hal. 92-95.
learn”. Pembelajaran menggambarkan suatu proses yang dinamis karena pada hakikatnya perilaku belajar diwujudkan dalam suatu proses yang dinamis dan bukan sesuatu yang diam dan pasif. Secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Secara psikologis, pengertian pembelajaran dapat dirumuskan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku secara menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu dengan lingkungannya.35
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
35 Zubaidah Amir dan Risnawati, Psikologi Pembelajaran Matematika, ((Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2016), Hal. 4.
pembelajaran secara efektif dan efisien. Terdapat dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran yaitu belajar dan mengajar. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan siswa, sedang mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru.36
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dipandang sebagai individu yang unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya memiliki kemampuan berbeda seperti kemampuan akademik, minat, dan latar belakang.37
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pengertian pembelajaran adalah proses
36 Silviana Nur Faizah, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 01, No. 02, 017, Hal. 179.
37 Arsad Bahri dan Nurazizah Musmuliadi, Muhiddin Palennari, Pembelajaran Efektif: Meningkatakan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Penggunaan Lembar Kerja Berbasis Penemuan Terbimbing, Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Vol. 20, No. 02, 2017, Hal. 73.
interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar, dengan adanya pembelajaran peserta didik memiliki perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman atau pelatihan.
b. Pembelajaran Matematika di MI
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkon struksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun murid bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.
Kualitas pembelajaran dapat dari segi proses dan segi hasil. Pertama, dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan semangat belajar yang tinggi dan percaya diri. Kedua, dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku ke arah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu menjadi tahu konsep matematika, dan mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran metematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realitas.
Dengan demikian, matematika merupakan cara