• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Gambaran Dukungan Sosial Pada Keluarga Korban Kekerasan Seksual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Gambaran Dukungan Sosial Pada Keluarga Korban Kekerasan Seksual"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Diversita

Available online https://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita

Gambaran Dukungan Sosial pada Keluarga Korban Kekerasan Seksual Overview of Social Support to Families of Victims of Sexual Violence

Rahmia Dewi(1*), Safuwan(2), Cut Ita Zahara(3), Nur Afni Safarina(4), Rahmawati(5), Nurafiqah (6)

Prodi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh, Indonesia

Disubmit: 20 Januari 2023; Diproses: 15 Maret 2023; Diaccept: 08 Juni 2023; Dipublish: 09 Juni 2023

*Corresponding author: [email protected] Abstrak

Kekerasan seksual semakin sering terjadi dan didengar melalui media massa. Keluarga korban merupakan orang terdekat yang terkadang ikut disalahkan apabila kasus kekerasan seksual terjadi. Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat bagaimana gambaran dukungan sosial pada keluarga korban kekerasan seksual. Sampel penelitian ini ialah masyarakat yang didapatkan berdasarkan tehnik simple random sampling dengan jumlah sebanyak 386 subyek.

Adapun hasil penelitian yang didapatkan ialah mayoritas dukungan sosial yang diberikan adalah rendah. Namun apabila dilihat berdasarkan aspek bahwa dukungan Intrumental merupakan dukungan yang paling tinggi diberikan masyarakat kepada keluarga korban kekerasan seksual, ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki keinginan untuk membantu keluarga secara langsung, saat keluarga korban membutuhkan pendampingan berupa bantuan kesehatan, hukum, maupun keuangan dan diikuti oleh dukungan informasi diberikan masyarakat kepada keluarga korban, agar lebih mengerti terkait kasus kekerasan seksual, pentingnya mengawasi anak dan melindungi anak serta memberi informasi terkait pendampingan yang dibutuhkan apabila terjadi kasus kekerasan serta dukungan emosi dan penghargaan yang diberikan masyarakat dengan tetap peduli, membangun rasa empati terhadap kesulitan keluarga korban dalam menghadapi cobaan ini. Dukungan persahabatan menunjukkan masyarakat belum menumbuhkan rasa persahabatan dengan keluarga korban kekerasan seksual karena tidak memiliki hubungan kelekatan, baik sebagai keluarga maupun sebagai saudara.

Kata Kunci: Dukungan Sosial; Keluarga; Korban Kekerasan Seksual.

Abstract

Sexual violence often occurs and is heard through the mass media. The victim's family is the closest person to be blamed if a sexual violence case occurs. The purpose of this study was to see how the description of social support for families of victims of sexual violence. The sample of this research is the community which is obtained based on simple random sampling technique with a total of 386 subjects. The research results obtained are most of the social support provided is low. However, if viewed based on the aspect that support is the highest support given to the community of victims of sexual violence, this shows that the community has a desire to help the family directly, when the victim's family needs assistance in the form of health, legal assistance, or is followed by support for community information to the family. victims, in order to better understand related to cases of sexual violence, the importance of monitoring children and protecting children as well as providing information related to companions needed in cases of violence as well as emotional support and appreciation given by the community while still caring, building empathy for the difficulties of the victim's family in facing this ordeal. Friendship support shows that the community has not developed a sense of friendship with the families of victims of sexual violence because they do not have a close relationship, both as brothers.

Keywords: Social Support; Family; Sexual Violence Victims,

How to Cite: Dewi, R., Safuwan, S., Zahara, C. I., Safarina, N. A., Rahmawati, R. & Nurafiqah, N. 2023.

Gambaran Dukungan Sosial pada Keluarga Korban Kekerasan Seksual, Jurnal Diversita, 9 (1): 104-112.

(2)

105 PENDAHULUAN

Kekerasan seksual seolah mulai tidak terkendali di bumi Serambi Mekkah.

Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual yang merupakan salah satu bentuk kejahatan yang tidak hanya hanya menimpa perempuan dewasa, namun juga perempuan di bawah umur (anak-anak).

Kejahatan kekerasan seksual ini juga tidak hanya berlangsung di lingkungan perusahaan, perkantoran, atau di tempat- tempat tertentu yang memberikan peluang lawan jenis dapat saling berkomunikasi, namun juga dapat terjadi di lingkungan keluarga. Salah satu modusnya adalah penipuan yang melibatkan anak-anak perempuan di bawah umur. Adakalanya diantara mereka yang tidak mengetahui kalau dirinya akan dijadikan obyek yang akan dicabuli, perkosaan, atau diperdagangkan. Tidak sedikit mulai anak-anak di bawah umur sampai perempuan dewasa yang menjadi korban kejahatan kekerasan seksual (Kristiani, 2014).

Tabel 1. Data Kasus Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2018- 2022

Kasus Tahun

2018 2019 2020 2021 2022/

Februari Pemerkosaan

anak 24 6 22 22 10

Pelecehan

Seksual Anak 11 9 18 5 2

Pelecehan Seksual

Dewasa 2 3 4 3 1

Pemerkosaan 4 6 7 5 2

Sodomi 1 0 0 0 0

Incest 0 2 1 0 0

Total 42 26 52 35 15

Pada korban kekerasan seksual, dampaknya sangat berpengaruh pada harga diri, terlebih pada korban yang masih anak-anak, sehingga akan memani- festasikan perilaku dan sikapnya dalam lingkungan sosial seperti tidak percaya

orang lain, sikap citra diri yang negatif, perilaku pasif dan merasa tidak adanya keadilan sosial (Hardjo & Novita, 2015).

Sedangkan pada remaja korban kekerasan seksual membutuhkan dukungan dari sosialnya untuk mengatasi dampak fisik maupun psikologis (Nazmi, 2017).

Keluarga korban merasakan dampak social akibat kekerasan seksual yang terjadi, diantaranya aktivitas keseharian orang tua juga terpengaruhi oleh persepsi negatif dari lingkungan terutama masya- rakat yang memberikan dampak sosial (Dewi et al., 2022).dampak sosial ialah bagaimana masyarakat memberikan sikap kepada korban dan juga keluarganya.

Masyarakat terkadang memberikan label bahwa kelurga dari korban kekerasan seksual merupakan keluarga yang telah gagal mendidik anaknya ataupun memberikan salah asuhan. Sehingga seringkali kasus kekerasan seksual masih dianggap merupakan hal yang tabu dan juga aib, padahal hidup harus kembali ditata dan juga berlanjut. Namun menurut Ariefah, Riasih, & Marbun (2019), masyarakat juga merupakan subjek sosialisasi pencegahan dan juga salah satu pengawasan dalam kasus kekerasan sek- sual, sehingga dengan adanya masyarakat memberikan sanksi sosial terhadap si pelaku, jika fungsi ini tidak berlaku dengan baik maka kasus kekerasan seksual akan marak misalnya dalam kasus kekerasan seksual pada anak. Pentingnya membe- rikan dukungan sosial berupa bantuan nyata kepada individu-individu terhadap tersedianya perhatian kasih sayang, atau rasa kelekatan terhadap kelompok sosial yang dihargai. (Dianto, 2017).

Penelitian ini penting untuk dilakukan dimana memberikan insight dan

(3)

juga informasi yang baru untuk mening- katkan fungsi masyarakat dalam menang- gapi kasus kekerasan seksual yang ada ditingkat terkecil seperti desa, sehingga hal ini dapat memberikan dukungan sosial yang maksimal baik kepada korban maupun keluarga sehingga dapat terciptanya lingkungan yang kondusif bagi penyintas.

Dukungan sosial adalah interaksi sosial atau hubungan yang memberikan suatu bantuan nyata kepada individu- individu terhadap tersedianya perhatian kasih sayang, atau rasa kelekatan terhadap kelompok sosial yang dihargai. (Dianto, 2017). Menurut Rif’ati dkk (2018) dukungan sosial adalah dukungan yang mengacu pada persepsi seseorang yang diberikan oleh suatu jejaring, komunitas, sosial maupun mitra konfidensial sehingga dapat membantu menyelesaikan perma- salahan. Sarafino (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan suatu bentuk penerimaan dari seseorang ataupun kelompok terhadap individu yang dapat menimbulkan persepsi dalam diri individu tersebut bahwa ia disayangi, dihargai, diperhatikan, dan ditolong. Dari pengertian-pengertian sebelumnya dapat diketahui bahwa dukungan sosial adalah dukungan dalam bentuk memberikan atau menyampaikan suatu perasaan dari sikap personal maupun suatu kelompok terhadap orang lain sehingga membuat orang tersebut merasa disayangi, dihargai, serta munculnya perasaan kelekatan sehingga dapat membantu menyelesaikan permasalahannya di masa sulit.

Sarafino (2011) menyatakan bahwa beberapa aspek yang harus dipenuhi sehingga tercipta dukungan sosial yang baik:

a. Emosional atau dukungan harga diri (emotional or esteem support), ukungan yang menyampaikan empati, kepedulian, perhatian, penghargaan positif, dan dorongan terhadap orang tersebut. Ini memberikan kenyamanan dan kepastian dengan rasa memiliki dan dicintai pada saat stress dan keadaan sulit, seperti merasa akan diterima dari keluarga dekat dan keluarga besarnya.

b. Dukungan nyata atau instrumental (Tangible or instrumental support), dukungan yang melibatkan langsung bantuan (nyata wujud ataupun aksi), seperti ketika orang memberi atau meminjamkan uang kepada orang tersebut atau membantu dengan tugas-tugas di saat stres. Ex: kerabat Will membantu orang tuanya menda- patkan pekerjaan dan mendirikan rumah baru.

c. Dukungan informasional (informational support), dukungan yang meliputi pada pemberian nasehat, arahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dapat dilakukan orang tersebut dalam mengatasi permasalahnnya. Misalnya, orang yang sakit mungkin mendapatkan suatu informasi dari keluarga ataupun dokter tentang cara mengobati penyakit yang dialaminya.

d. Dukungan persahabatan (companionship support), dukungan yang mengacu pada ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktu dengan orang tersebut, sehingga memberikan perasaan keanggotaan baginya dalam suatu kelompok (merasa menjadi bagian dari suatu kelompok) seperti orang yang

(4)

107 memiliki minat dan kegiatan sosial yang sama dengannya.

Sarafino (2011) mengemukakan bahwa sumber-sumber dukungan sosial dapat berasal dari beberapa hal, yaitu:

1. Orang-orang sekitar individu atau significant other seperti: keluarga, teman dekat, atau rekan. Hubungan- hubungan ini menempati bagian ter- besar dari kehidupan seorang individu serta menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial.

2. Kalangan profesional seperti psikolog, konselor atau dokter, yang memiliki kemampuan menganalisa secara klinis maupun psikis.

3. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group)

Kekerasan, pelecehan, dan eks- ploitasi seksual yang merupakan salah satu bentuk kejahatan yang tidak hanya hanya menimpa perempuan dewasa, namun juga perempuan di bawah umur (anak- anak). Kejahatan kekerasan seksual ini juga tidak hanya berlangsung di lingkungan perusahaan, perkantoran, atau di tempat-tempat tertentu yang membe- rikan peluang lawan jenis dapat saling berkomunikasi, namun juga dapat terjadi di lingkungan keluarga (Kristiani, 2014).

Menurut Deprince (Faizah, 2015) ada beberapa faktor yang dapat meminimalisir efek dari kekerasan seksual, yaitu.

a. Dukungan sosial, dukungan sosial dapat membantu pemulihan korban dan juga memanajemen kembali dirinya secara bersamaan dalam proses pemulihan.

b. Pemaafan, berdasarkan literature yang ada pemaafan seringkali dikaitkan dengan kondisi psikis seseorang serta bagaiman level

depresi yang ada. Pemaafan merupakan salah satu terapi terbaik untuk korban kekerasa seksual.

c. Strategi coping, strategi coping yang baik dapat kembali memulihkan korban dalam bergaul baik dengan lingkungan dan juga kembali membangun hubungan dengan lawan jenis sehingga dapat memulai kehidupan yang positif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif dengan menggunakan analisis data univariat.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara dengan jumlah 791.506 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Non-Probability yaitu Simple Random Sampling. Adapun sampel yang didapat adalah sebanyak 386 orang ditentukan berdasarkan rumus Isaac &Michael.

Penelitian ini mengukur dukungan sosial menggunakan alat ukur yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek- aspek menurut Sarafino (2011), yaitu dukungan emosi atau dukungan penghargaan, dukungan instrumental atau nyata, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan. yang berbentuk skala Likert dengan 4 pilihan jawaban (SS, S, TS & STS).

Adapun sebanyak 43 aitem yang valid dengan nilai reliabilitas 0.940. Metode analisis dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, dan univariat.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data penelitian tersebut dapat dijadikan batasan kategorisasi subjek penelitian yang terdiri dari dua kategori untuk skala kekerasan seksual, yaitu tinggi & rendah. Dalam penelitian ini rumusan tinggi, dan rendahnya pada subjek penelitian menggunakan rumus kategorisasi fluktuasi menurut Azwar (2012).

Tabel 2. Rumus Kategorisasi Dukungan Sosial Rumus kategorisasi Kategorisasi

X > M + fluktuasi

X < M – fluktuas) Tinggi Rendah

Tabel 3. Kategorisasi Dukungan Sosial Skor Kategori Jumlah Persentase X > 132

X < 128 Tinggi

Rendah 171

182 44.3 % 47.2 % Sumber :SPSS 22.0. for windows

Berdasarkan hasil kategorisasi dukungan sosial pada keluarga korban kekerasan seksual dapat dilihat lebih banyak terdapat pada kategorisasi rendah yaitu 182 orang dengan jumlah persentase 47.2 %. Sedangkan kategorisasi rendah terdapat 171 orang dengan jumlah persentase 44.3 %, dan 33 orang (8,5%) ialah missing.

Tabel 4. Hasil Berdasarkan Aspek Dukungan Sosial

Aspek Persentase

Dukungan Sosial Tinggi Rendah Dukungan Emosi dan

Penghargaan 52.6 % 47.4 %

Dukungan Instrumental 56.7 % 43.3 % Dukungan Informasi 54.4 % 45.6 % Dukungan Persahabatan 46.1 % 53.9 % Sumber :SPSS 22.0. for windows

Berdasarkan kategorisasi diatas dapat dilihat perbedaan hasil antara aspek dukungan sosial, aspek yang paling tinggi persentasenya dalam mengukur variabel tersebut adalah aspek dukungan instru- mental 56.7% dan aspek yang terendah adalah aspek dukungan persahabatan yaitu dengan persentase 46.1 %.

Tabel 5. Kategorisasi Dukungan Sosial berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Persentase Dukungan Sosial

Tinggi Rendah

Laki-laki 37.1 % 54.3 %

Perempuan 45.9 % 50.0 %

Sumber :SPSS 22.0. for windows

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dukungan sosial lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki yaitu pada perempuan sebanyak 45.9 % dibandingkan laki-laki yang hanya 37.1 %.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan Gambaran Dukungan Sosial Pada Keluarga korban kekerasan seksual. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menggunakan univariat menunjukan bahwa mayoritas dukungan sosial yang dimiliki oleh masyarakat ialah rendah yaitu sebanyak 44.3 %. Dukungan sosial merupakan suatu bentuk penerimaan dari seseorang ataupun kelompok terhadap individu yang dapat menimbulkan persepsi dalam diri individu tersebut bahwa ia disayangi, dihargai, diperhatikan, dan ditolong (Sarafino, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Ariefah, Riasih & Merbun (2019) melakukan penelitian tentang sikap masyarakat terhadap kekerasan seksual anak di desa Tarisi Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap yang mendapatkan hasil bahwa masyarakat sangat menolak adanya kekerasan seksual berupa kasus seksual sodomi yang terjadi di lingkungannya.

Secara umum diketahui bahwa gambaran dukungan sosial pada keluarga korban kekerasan seksual ialah mayoritas rendah sebanyak 47.2 %%. Hal ini dapat terjadi karena bisa saja masyarakat belum

(6)

109 pernah mengalami atau berhadapan secara langsung dengan permasalahan kekerasan seksual. Sehingga merasa tidak dapat membayangkan jika peristiwa tersebut terjadi di lingkungannya. Hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan oleh Sarafino & Smith (2011) dimana tidak semua orang dapat mendapatkan dukungan sosial yang mereka butuhkan, salah satu faktor yang membuat dukungan sosial dapat terpenuhi berkaitan dengan si pemberi dukungan (providers).

Pemberi dukungan (providers) mengacu pada orang terdekat individu yang diharapkan dapat menjadi sumber pemberi dukungan sosial pada penelitian ini mayarakat ialah sebagai pemberi dukungan sosial pada keluarga korban, tetapi ketika individu tidak mendapatkan dukungan sosial, bisa saja si pemberi dukungan sedang dalam kondisi yang kurang baik seperti tidak memiliki jenis dukungan yang diperlukan oleh si penerima dukungan (recipienis) ataupun kurang cocok (Sarafino & Smith, 2011).

Dukungan sosial yang diberikan masyarakat sebagai penyedia dukungan (providers) memberikan dukungan yang rendah kepada keluarga kekerasan seksual dapat disebabkan karena mereka mungkin tidak memiliki sumber daya (dukungan) yang dibutuhkan, atau mungkin mereka sendiri sedang berada di bawah tekanan dan membutuhkan bantuan untuk diri mereka sendiri, atau mungkin tidak peka terhadap kebutuhan orang lain (Sarafino & Smith, 2011).

Dukungan sosial yang diberikan juga berhubungan dengan calon penerima dukungan (pada penelitian ini ialah keluarga korban kekerasa seksual).

Orang tidak mungkin menerima dukungan jika mereka tidak membantu orang lain sebelumnya, tidak ramah, serta tidak memberi tahu orang lain bahwa mereka membutuhkan bantuan. Beberapa orang tidak cukup asertif untuk meminta bantuan, atau merasa bahwa mereka harus mandiri dan tidak membebani orang lain, ataupun terkadang mereka merasa tidak nyaman untuk menceritakan perma- lasahan yang dialaminya kepada orang lain, ataupun terkadang tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Apakah orang menerima dukungan sosial juga tergantung pada ukuran, keintiman, dan frekuensi kontak individu dalam suatu jaringan sosial serta ia adalah orang-orang yang dikenal dan dihubungi oleh seseorang.

Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa dukungan sosial pada keluarga korban kekerasan seksual lebih tinggi pada perempuan yaitu sebanyak 45.9 % dibandingkan laki-laki yang hanya 37.1 %. Sarafino & Smith (2011) menjelaskan bahwa dukungan sosial berbeda dari segi jenis kelamin ialah karena laki-laki sering mendapatkan dukungan sosial contohnya seperti dari pasangannya sedangkan perempuan mendapatkan dukungan yang lebih sedikit atau jarang dari pasangannya. Perbedaan jenis kelamin juga mencerminkan bahwa perempuan menanggapi stres mereka sendiri dan orang lain dengan perhatian yang lebih besar pada suatu hubungan pribadi (Taylor et al. dalam Sarafino &

Smith, 2011). Sehingga dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa laki-laki mengalami kesulitan dalam memberikan perhatian dan

(7)

dukungan kepada orang yang mengalami kekerasan seksual.

Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan yang paling banyak di berikan oleh masyarakat kepada keluarga korban ialah dukungan instrumental atau dukungan nyata sekitar 56.7%, menjadi dukungan yang sering diberikan kepada keluarga korban keke- rasan seksual. Dukungan instrumental merupakan dukungan nyata yang dibe- rikan masyarakat kepada keluarga keke- rasan seksual, seperti berupa material, bantuan pendampingan kesehatan, hukum ataupun bantuan yang dapat menghi- langkan kesusahan yang sedang diala- minya dengan menjadi teman sharing atau curhat yang baik.

Dukungan informasi ialah merupakan dukungan tertinggi ke dua yang diberikan oleh masyarakat kepada keluarga korban, dimana dukungan informasi yang diberikan seperti memberikan arahan dan bagaimana cara mengatasi permasalahan yang dialami oleh keluarga korban, baik dari pengetahuan terkait kasus kekerasan seksual, dampaknya, pemulihan psikologis, hal- hal yang penting dilakukan orang tua, agar kegiatan kekerasan seksual tidak terulang kembali. Informasi terhadap instansi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang dapat memberikan pedampingan. informasi ini sangat membantu keluarga korban dalam menyelesaikan permasalahannya dengan tepat. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 54.4 % masyarakat paham dan mengerti terkait penyelesaian yang dapat dilakukan jika ada suatu kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungannya.

Dukungan ke tiga yang tinggi adalah dukungan emosi dan penghargaan yang diberikan berupa kata-kata yang positif untuk memberikan semangat kepada keluarga korban agar dapat menghadapi dan menerima keadaan yang dialami dan kepedulian masyarakat membantu dengan tulus, memberikan rasa empati kepada keluarga korban kekerasan seksual terhadap kasus yang sedang dialami oleh anaknya. Namun berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dukungan emosi yang diberikan adalah 52.6 %. Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan oleh Abdul Hadi (2018) bahwa ketika seseorang mendapatkan dukungan emosi maka ia akan bersikap lebih tenang, karena merasa dapat bersandar dalam mengahadapi suatu hal atau permasalahan sehingga ia merasa tidak sendiri dan dapat merasa sejahtera secara subjektif

Dukungan yang ke empat atau dukungan yang paling rendah diberikan ialah dukungan persahabatan dimana hanya sekitar 46.1 % dukungan diberikan kepada keluarga korban kekerasan seksual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat belum menumbuhkan rasa persahabatan dengan keluarga korban kekerasan seksual karena tidak memiliki hubungan kelekatan, baik sebagai keluarga maupun sebagai saudara, sehingga saat mengetahui atau mendengar ada kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan mereka dari media social atau pembicaraan dari lingkungannya tidak memiliki rasa persahabatan, kemudian masyarakat dalam menyikapi kasus- kasus yang terjadi lebih kepada instrumental, informasi dan emosi, karena kasus yang terjadi tidak dialami langsung orang terdekat mereka. Hal ini sejalan

(8)

111 dengan keadaan dan situasi yang dialami oleh keluarga korban, dimana keluarga korban ada yang mendapatkan cemoohan dari tetangga karena dipandang telah gagal menjadi orang tua. Orang tua dianggap telah gagal dalam mendidik serta mengawasi anaknya. Masyarakat merasa emosional kepada keluarga korban, karena dianggap telah membuat aib kepada lingkungannya.

Adapula hasil penelitian yang telah didapatkan berdasarkan aspek-aspek dari dukungan sosial menunjukkan suatu dinamika masyarakat Lhokseumawe dan Aceh Utara memiliki perasaan menolong kepada keluarga korban kekerasan seksual didukung dengan adanya budaya masyarakat Aceh yang memiliki kepe- dulian untuk mendukung keluarga korban.

Bantuan yang diberikan dapat berupa instrumental (material) maupun infor- masi. Informasi yang didapatkan baik melalui media mupun mulut ke mulut (misalnya saat bertukar di warung kopi ataupun perkumpulan lainnya) sehingga membuat masyarakat mulai terbuka ter- hadap berbagai kasus kekerasan seksual.

Setelah penelitian ini dilakukan tanpa luput dari kekurangan, Adapun kekurangan dalam penelitian ini ialah: a) skala hanya terdiri dari jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju) sehingga subjek yang belum mengalami ataupun menghadapi peristiwa tersebut merasakan kebingungan sehingga diperlunya jawaban N (Netral) untuk menjadi pilihan jawaban. b) Kondisi dan situasi yang kurang kondusif saat pengisian skala, yaitu timbulnya faktor tambahan seperti keadaan subjek yang sedang kelelahan setelah melakukan

aktivitasnya. c) Subjek kurang menguasai media seperti saat pengisian skala melalui google form. d) tidak dapat mengontrol bias yang telah tertanam dalam pemikiran subjek bahwa kasus kekerasan yang dialami korban murni karena salah korban yang mengundang hawa nafsu meskipun terkadang kekerasan seksual terjadi dengan spontan dan pada individu yang dianggap “baik” dalam pandangan masyarakat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Dukungan sosial pada keluarga korban kekerasan seksual adalah mayoritas rendah. Hasil penelitian berdasarkan aspek menunjukkan bahwa dukungan sosial yang paling banyak diberikan kepada keluarga korban kekerasan seksual adalah dukungan intrumetal. Aspek dukungan persahabatan merupakan dukungan yang paling rendah yang diberikan oleh masyarakat sebagai providers kepada keluaraga kekerasan seksual dan dukungan yang paling rendah diberikan diantara yang lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian yang berasal dari daerah dan tempat yang berbeda, usia, dan pekerjaan yang berbeda sehingga memberikan dukungan pada keluarga korban berbeda- beda. Dukungan yang diberikan sangat bervariatif, karena subyek penelitian ini ada yang mendengar dan menghadapi langsung keluarga korban kekerasan seksual sehingga reaksi dan respon yang diberikan lebih subyektif, berbeda dengan masyarakat yang hanya mendengar kasus atau kejadian kekerasan seksual, mereka lebih realistis dalam memberikan dukungan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ariefah, Riasih & Merbun. (2019). Sikap Masyarakat Terhadap Kekerasan Seksual Anak Di Desa Tarisi Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilaca. Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial, 01(1).

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. (2th ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dianto, N. (2017). Profil Dukungan Sosial Orangtua Siswa Di Smp Negeri Kecamatan Batang Kapas Pesisir Selatan. Jurnal Counseling Care. 1(1).

Dewi, R., Safuwan, Zahara, C. I., & Safarina, N. A.

(2022). Analisis Strategi Coping Orang Tua Yang Memiliki Anak Korban Kekerasan Seksual. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi, Dan Kesehatan, 3(1), 29–37.

Faizah, N. (2015). Pengaruh Dukungan Sosial dan Forgiveness Terhadap Kekerasan Seksual Pada Remaja. Skripsi.Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Farahdika, A., & Azam, M. (2015). Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Penyakit Jantung Koroner pada Usia Dewasa Madya (41-60 Tahun) Studi Kasus di RS Umum Daerah Kota Semarang). Unnes Journal of Public Health, 4(2). 117-123.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/uj ph/article/view/5188

Hadi, A. (2018). Pengaruh Dukungan Sosial dan Modal Psikologis Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pegawai Bank X. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Syarif Hidayatullah:

Jakarta.

Kristiani, N.M.D. (2014). Kejahatan Kekerasan Seksual (Perkosaan) Ditinjau Dari Perspektif Kriminologi. Jurnal Megister Hukum Udayana. 7(3).

Rif’ati.et.al. (2018). Konsep Dukungan Sosial.

Program Studi Magister Sains Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga:

Surabaya.

Sarafino, E.P, & Smith, T.W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.

(7th ed.). United States of America. Library of Congress Cataloging-in- Publication Data.

Referensi

Dokumen terkait

(2) proses konseling dengan menggunakan teknik Reframing dalam komunikasi inklusi sebagai upaya penanganan anak korban kekerasan seksual di UPTD Dinas Sosial

Wanita korban kekerasan seksual pada masa kanak- kanak yang berusaha melepaskan diri dari belenggu trauma masa lalunya menghadapi banyak masalah dalam menjalin hubungan dengan

Gambaran Kepribadian yang dimiliki oleh ketiga subjek yang merupakan anak korban dari tindakan kekerasan seksual, dalam penelitian ini terlihat bahwa dua orang subjek yaitu

Adapun hasil dari penelitian ini adalah perlindungan terhadap anak perempuan korban kekerasan seksual di kabupaten Sumbawa belum berjalan optimal, dikarenakan oleh

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pertama pengaturan tentang perlindungan terhadap kekerasan yang terjadi pada anak korban kekerasan seksual

124 Muhammad Resha Tenribali Siregar, ”Peran Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK) Dalam Melindungi Saksi Korban Kekerasan Seksual Yang Dilakukan Keluarga Sendiri

Pelaksanaan Perlindungan Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual Oleh DP3ADALDUKKB Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Jawa

Selain hak korban kekerasan seksual, dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 juga mengatur hak keluarga korban yaitu yang terdapat dalam Pasal 71 yaitu: 1 Hak Keluarga Korban meliputi: