• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peluang dan Tantangan Pembangunan Benua Maritim Indonesia

N/A
N/A
Andi Muhammad Idzam Algifarie

Academic year: 2023

Membagikan "Peluang dan Tantangan Pembangunan Benua Maritim Indonesia"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM (WSBM)

“Peluang dan Tantangan Pembangunan Benua Maritim Indonesia”

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Konsep Negara Kepulauan (Nusantara) memberikan kita anugerah yang luar biasa. Letak geografis kita strategis, di antara dua benua dan dua samudra dimana paling tidak 70% angkutan barang melalui laut dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik, dan sebaliknya, harus melalui perairan kita. Wilayah laut yang demikian luas dengan 17.500-an pulau-pulau yang mayoritas kecil memberikan akses pada sumber daya alam seperti ikan, terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi, wilayah wisata bahari, sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi, mineral langka dan juga media perhubungan antar pulau yang sangat ekonomis.

Panjang pantai 81.000 km (kedua terpanjang di dunia setelah Canada ) merupakan wilayah pesisir dengan ekosistem yang secara biologis sangat kaya dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara metereologis, perairan nusantara menyimpan berbagai data metrologi maritim yang amat vital dalam menentukan tingkat akurasi perkiraan iklim global. Di perairan kita terdapat gejala alam yang dinamakan Arus Laut Indonesia (Arlindo) atau the Indonesian throughflow yaitu arus laut besar yang permanen masuk ke perairan Nusantara dari samudra Pasifik yang mempunyai pengaruh besar pada pola migrasi ikan pelagis dan pembiakannya dan juga pengaruh besar pada iklim benua Australia.

Karena memiliki sejarah kemaritiman dan potensi sumberdaya kemaritiman yang besar maka muncullah gagasan pembangunan Benua Maritim Indonesia. BMI adalah bagian dari system planet bumi yang merupakan satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan udara diatasnya, tertata secara unik, menampilkan cirri – ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta tatanan social budayanya yang menjadi yuridiksi NKRI yang secara langsung maupun tidak langsung akan menggugah emosi, perilaku dan sikap

(3)

mental dalam menentukan orientasi dan pemanfaatan unsur – unsur maritim di semua aspek kehidupan.

Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana pembangunan Benua Maritim Indonesia. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu : a) Bagaimana konsep pembangunan Benua Maritim Indonesia?

b) Bagaimana peluang pembangunan benua maritim di Indonesia?

c) Bagaimana tantangan pembangunan benua maritim di Indonesia?

I.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :

a) Untuk mengetahui konsep pembangunan Benua Maritim Indonesia.

b) Untuk mengetahui peluang pembangunan benua maritim di Indonesia.

c) Untuk mengetahui tantangan pembangunan benua maritim di Indonesia.

I.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :

a) Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai pembangunan Benua Maritim Indonesia, meliputi konsep pembangunan, berbagai peluang pembangunan maritim, serta tantangan pembangunan maritim Indonesia.

b) Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan makalah

(4)

BAB II PEMBAHASAN

II. 1 Benua Maritim Indonesia

Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan segala pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu di Kepulauan Nusantara yang merupakan satu keutuhan geografis. Ketika rakyat Indonesia, terutama para pemudanya, melancarkan gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dimulai dengan menyatakan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, banyak pihak yang mengatakan bahwa kebangsaan Indonesia adalah satu illusi belaka. Di antara mereka tidak hanya terdapat kaum politik kolonialis yang tidak sudi melihat Indonesia merdeka, tetapi juga pakar ilmu sosial yang melihat persoalannya dari segi ilmiah. Malahan ada pula orang Indonesia yang terpengaruh oleh sikap dan pandangan kolonial itu dan turut berpikir serta berbicara seperti pihak penjajah.

Memang Indonesia adalah satu kenyataan dan diteguhkan oleh ridho Illahi dalam wujud kehidupan bangsa merdeka yang pada tahun 1945 telah berlangsung 50 tahun. Kenyataan itu semua menolak segala kesangsian, baik yang bersifat ilmiah maupun politik, bahwa Indonesia hanya mungkin ada karena dan kalau dijajah.

Dalam 50 tahun bangsa Indonesia berhasil mengatasi segala usaha pihak lain yang hendak merontohkan Indonesia, dari luar maupun dari dalam. Bangsa Indonesia pun berhasil memperoleh pengakuan eksistensinya dari semua bangsa di dunia, termasuk dari bekas penjajahnya. Selain itu bangsa Indonesia berhasil memperoleh pengakuan bahwa wilayah Republik Indonesia yang meliputi Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan geografi. Dunia internasional mengakui eksistensi satu Benua Maritim Indonesia.

Namun demikian bangsa Indonesia sepenuhnya pula sadar bahwa bangsa Indonesia terdiri dari sekian banyak suku dan golongan, masing-masing dengan kebudayaannya sendiri. Demikian pula adanya kemungkinan bahwa rakyatnya melihat perairan yang ada antara pulau-pulau bukan sebagai penghubung melainkan sebagai pemisah pulau satu dengan yang lain. Sebab itu bangsa Indonesia mengambil

(5)

sebagai semboyan nasionalnya Bhinneka Tunggal Eka atau Kesatuan dalam Perbedaan. Timbul pula kesadaran bahwa dapat timbul kerawanan nasional kalau tidak ada pendekatan secara tepat. Pihak lain yang tidak mau melihat bangsa Indonesia maju pasti akan memanfaatkan kerawanan demikian.

Maka untuk menjamin agar kesatuan Indonesia selalu terpelihara, bangsa Indonesia melahirkan Wawasan Nusantara. Pandangan itu adalah satu konsepsi geopolitik dan geostrategi yang menyatakan bahwa Kepulauan Nusantara yang meliputi seluruh wilayah daratan, lautan dan ruang angkasa di atasnya beserta seluruh penduduknya adalah satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan-keamanan. Agar bangsa Indonesia mencapai tujuan perjuangannya, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara harus diaktualisasikan dan tidak tinggal sebagai semboyan atau potensi belaka.

Untuk memperoleh aktualisasi Wawasan Nusantara ada tiga kendala utama, yaitu :

Satu, Indonesia belum menjalankan manajemen nasional yang memungkinkan perkembangan seluruh bagian dari Benua Maritim itu. Meskipun pada tahun 1945 para Pendiri Negara telah mewanti-wanti agar Republik Indonesia sebagai negara kesatuan memberikan otonomi luas kepada daerah agar dapat berkembang sesuai dengan sifatnya, namun dalam kenyataan selama 50 tahun merdeka Indonesia menjalankan pemerintahan sentralisme yang ketat. Akibatnya adalah bahwa pulau Jawa dan lebih-lebih lagi Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia, mengalami kemajuan jauh lebih banyak dan pesat ketimbang bagian lain Indonesia, khususnya Kawasan Timur Indonesia. Kalau sikap demikian tidak segera berubah maka tidak mustahil kerawanan nasional seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dapat menjadi kenyataan yang menyedihkan. Rakyat yang tinggal di luar Jawa kurang berkembang maju dan merasa tidak puas dengan statusnya. Apalagi melihat kondisi dunia yang sedang bergulat dalam persaingan ekonomi dan menggunakan segala cara untuk unggul dan memenangkan persaingan itu.

Dua, meskipun segala perairan yang ada di Benua Maritim Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia, namun dalam kenyataan mayoritas bangsa Indonesia lebih berorientasi kepada daratan saja dan

(6)

kurang dekat kepada lautan. Itu dapat dilihat pada rakyat di pulau Jawa yang merupakan lebih dari 70 persen penduduk Indonesia. Tidak ada titik di pulau Jawa yang melebihi 100 kilometer dari lautan. Dalam zaman dulu sampai masa kerajaan Majapahit dan Demak mayoritas rakyat Jawa adalah pelaut. Akan tetapi sejak sirnanya kerajaan Majapahit dan Demak rakyat Jawa telah menjadi manusia daratan belaka yang mengabaikan lautan yang ada di sekitar pulaunya. Titik berat kehidupan adalah sebagai petani tanpa ada perimbangan sebagai pelaut. Juga dalam konsumsi makanannya ikan dan hasil laut lainnya tidak mempunyai peran penting. Gambaran rakyat Jawa itu juga terlihat pada keseluruhan rakyat Indonesia, yaitu orientasi ke daratan jauh lebih besar ketimbang ke lautan. Untung sekali masih ada perkecualian, yaitu rakyat Bugis, Buton dan Madura dan beberapa yang lain, yang dapat memberikan perhatian sama besar kepada daratan dan lautan. Menghasilkan tidak saja petani tetapi juga pelaut yang tangguh. Gambaran keadaan umum rakyat Indonesia amat bertentangan dengan kenyataan bahwa luas daratan nasional adalah sekitar 1,9 juta kilometer persegi, sedangkan wilayah perairan adalah sekitar 3 juta kilometer persegi. Apalagi kalau ditambah dengan zone ekonomi eksklusif yang masuk wewenang Indonesia. Selama pandangan mayoritas rakyat Indonesia terhadap lautan belum berubah, bagian amat besar dari potensi nasional tidak terjamah dan karena itu kurang sekali berperan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Malahan yang lebih banyak memanfaatkan adalah bangsa lain yang memasuki wilayah lautan Indonesia untuk mengambil kekayaannya.

Tiga, kurangnya pemanfaatan ruang angkasa di atas wilayah Nusantara untuk kepentingan nasional, khususnya pemantapan kebudayaan nasional. Mayoritas rakyat Indonesia belum cukup menyadari perubahan besar yang terjadi dalam umat manusia sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan besar itu terutama menyangkut teknologi angkutan dan komunikasi. Khususnya komunikasi elektronika sekarang memungkinkan manusia berhubungan dengan cepat dan tepat melalui telpon, televisi, komputer yang menghasilkan E-Mail dan Internet. Letak kepulauan Nusantara sepanjang khatulistiwa amat menguntungkan untuk penempatan satelit yang memungkinkan komunikasi yang makin canggih dengan memanfaatkan ruang angkasa yang terbentang di atas wilayah Nusantara.. Ini sangat

(7)

penting untuk pembangunan dan pemantapan kebudayaan nasional, khususnya melalui televisi. Namun untuk itu diperlukan biaya yang memadai.

Jelas sekali bahwa masa depan Benua Maritim Indonesia berada pada sikap dan tindakan rakyat Indonesia sendiri, baik yang duduk dalam pemerintahan, dalam dunia akademis dan ilmu pengetahuan maupun dalam dunia swasta untuk mengadakan perubahan terhadap dua kendala ini. Selama pemerintahan yang dilakukan kurang mewujudkan desentralisasi dan otonomi daerah yang memungkinkan setiap daerah berkembang maju dan rakyat pada umumnya belum dapat diubah pandangannya terhadap kelautan, maka Benua Maritim Indonesia hanya akan menunjukkan kemajuan yang terbatas dan tidak sesuai dengan potensinya. Juga aktualisasi Wawasan Nusantara sangat dipengaruhi kemampuan kita memanfaatkan komunikasi dan angkutan secara lebih luas untuk mengembangkan budaya nasional Indonesia atau budaya Nusantara.

Pemerintah juga harus mendorong dan memberikan peluang timbulnya usaha swasta yang bersangkutan dengan laut. Mengingat kondisi Kawasan Indonesia Timur, maka perlu diberikan prioritas kepada perkembangan itu di wilayah tersebut.

Apalagi di wilayah tersebut luas laut dan kekayaan yang terkandung di dalamnya cukup besar.

Adalah aneh sekali bahwa perairan berupa sungai besar, selat dan lautan yang luas dan penuh kekayaan tidak kita manfaatkan dengan baik. Selain menghasilkan makanan berupa ikan dan hasil laut lainnya, perairan kita sangat berguna sebagai sarana untuk angkutan dan gerakan. Hingga kini kita lebih memperhatikan jalan di darat yang tidak murah pembuatan dan pemeliharaannya. Sedangkan perairan sebagai jalan tidak perlu dibuat dan pemeliharaannya relatif sedikit. Banyak bangsa lain sudah memberikan contoh tentang pemakaian perairan sebagai sarana angkutan dan gerakan. Juga lautan kita banyak mengandung bahan tambang yang sekarang baru kita manfaatkan dalam aspek minyak dan gas bumi saja. Dengan teknologi yang maju kita nanti juga dapat memperoleh energi dari laut, apalagi kalau teknologi nuklir sudah mencapai tingkat kemajuan besar dalam teknologi zat air. Yang tidak kalah pentingnya adalah peran kelautan untuk parawisata, terutama di Kawasan Timur Indonesia. Diperlukan usaha swasta yang jauh lebih aktif untuk memanfaatkan perairan Indonesia, termasuk swasta di daerah.

(8)

Apabila hal-hal di atas dapat kita laksanakan maka aktualisasi Wawasan Nusantara sungguh-sungguh berjalan. Terbentuknya kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial-budaya dan kesatuan pertahanan-keamanan menjadi kenyataan. Maka boleh dikatakan bahwa terwujudnya Benua Maritim Indonesia yang kokoh kuat, maju dan sejahtera serta aman sentosa sangat tergantung pada perkembangan pikiran dan perasaan rakyat Indonesia. Sebagaimana pada permulaan terwujudnya sikap kebangsaan adalah hasil perjuangan pemuda Indonesia, maka hendaknya juga dalam membentuk kesadaran akan makna Benua Maritim Indonesia bagi masa depan bangsa pemuda Indonesia memegang peran utama. Namun kalau dulu pemuda Indonesia bangkit sendiri, sekarang di samping kebangkitan pemuda atas prakarsa sendiri, sebaiknya diadakan pendidikan dan pembinaan pemuda Indonesia menuju ke kondisi yang paling baik buat bangsa Indonesia. Sebab makin banyak terjadi pengaruh terhadap pemuda Indonesia, seperti meluasnya materialisme, yang menarik perhatian pemuda ke arah yang berbeda dari kepentingan negara dan bangsa.

II.2 Peluang Pembangunan Benua Maritim di Indonesia

Laut telah dimanfaatkan oleh manusia sejak jaman batu. Di era globalisasi, teknologi sama sekali tidak membuat peran laut menjadi kuno. Kepentingan strategis laut tidak berkurang sedikitpun karena seiring dengan terus meningkatnya standar hidup global, arti laut bagi kehidupan manusia di era globalisasi justru semakin vital.

Sam Tangredi, seorang ahli strategi yang menyoroti relasi antara globalisasi dan kekuatan maritim, mengatakan bahwa “the dominant facilitator of the process of globalization has always been the sea.” Hal ini tidak terlepas dari empat sifat laut itu sendiri, yaitu (i) laut sebagai media transportasi dan pertukaran (barang), (ii) laut sebagai media informasi dan penyebaran ide, (iii) laut sebagai sumber, dan (iv) laut sebagai media pertahanan. Sifat laut ini disadari atau tidak berkontribusi besar dalam menunjang proses globalisasi. Bagi Indonesia, relasi antara globalisasi dan bagaimana aktor-aktor Hubungan Internasional, terutama negara, memanfaatkan sifat laut ini penting diperhatikan untuk mengetahui gejala dan kemungkinan apa yang sedang dan akan Indonesia hadapi. Ancaman, resiko, dan kesempatan yang ditimbulkan dari perkembangan tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk

(9)

memperhitungkan kira-kira peluang dan tantangan apa saja yang dihadapi Indonesia dalam rangka mencapai Poros Maritim Dunia.

1. Laut Sebagai Media Transportasi.

Aktivitas manusia yang banyak dihabiskan di darat terkadang membuat kita menyepelekan nilai penting dari laut bagi kelangsungan hidup manusia dan negara. Seringkali manusia taken for granted barang-barang yang berada di sekelilingnya. Listrik yang kita nikmati, makanan yang dikonsumsi, maupun barang-barang elektronik yang kita gunakan, tidak disediakan oleh negara itu sendiri, atau berasal dari satu negara saja. Misalnya, minyak yang digunakan untuk menerangi kota dan menggerakkan aktivitas industri dominannya disuplai dari negara-negara di Timur Tengah, komponen telepon genggam bisa berasal lebih dari tiga negara, bagian-bagian untuk membuat mobil diproduksi hingga lebih dari lima negara kemudian proses penyatuannya dikerjakan di negara lain, dan bahkan, rambut, pakaian, pigmen, atau plastik yang menjadi komponen untuk membuat Barbie berasal dari negara yang berbeda-beda sebelum akhirnya dipajang di toko-toko mainan seluruh dunia.

Dunia terbagi atas lima benua berpenghuni, masing-masing benua dipisahkan oleh lautan. Pasar-pasar atraktif (emerging markets)seperti Brazil, Russia, India, China, Indonesia, dan berada jauh dari negara-negara industri yang didominasi oleh negara Barat. Di sisi lain, negara berkembang dan negara maju umumnya tidak dikaruniai minyak atau gas alam di wilayah kedaulatannya. Kalaupun memiliki cadangan minyak, jumlah tersebut tidak mampu untuk menopang seluruh kegiatan ekonomi dan kebutuhan masyarakat tanpa pasokan dari negara-negara produsen minyak. Sedangkan, ladang minyak dan gas alam berada jauh di seberang benua, di lepas pantai, atau di laut dalam. Ketiga situasi tersebut memperlihatkan bahwa, faktor geografi telah mendikte manusia untuk selalu mengandalkan laut untuk saling berinteraksi. Seandainya pun ekonomi berkembang dan pusat pertumbuhan bergeser ke belahan dunia lainnya, benua yang dibatasi oleh laut luas tidak bisa mengingkari kenyataan bahwa laut merupakan penghubung yang menyatukan daratan-daratan di dunia.Bahkan negara land-locked sekalipun pasti membutuhkan laut untuk mengakses pasar dan sumber daya alam atau

(10)

energi. Sehingga, kebutuhan manusia akan transportasi laut bukanlah suatu kebetulan atau sementara, melainkan hal alamiah dan permanen.

Karena telah tersedia oleh alam, sehingga pembangunan dan pemeliharaan laut sebagai “jalan raya” tidak memakan biaya sebesar jalur darat, kecuali beberapa manajemen yang perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Keunggulan ini terefleksi dalam tulisan Kapten Mahan pada tahun 1900. Jalur komunikasi melalui laut, darimanapun titik pangkal dan arahnya, membentang sepanjang kapal dapat mengapung dan bernavigasi.

Hamparan laut yang luas tidak memerlukan pelebaran jalan atau penambahan rute sebagaimana yang dibutuhkan moda transportasi darat. Hanya jika tidak ada perhubungan laut, atau ketika jarak yang ditempuh melalui laut lebih jauh, baru jalur darat dapat menandingi kemurahan dan kemudahan transportasi laut.

2. Laut Sebagai Media Pernyebaran Informasi

Selain berperan sebagai nadi perdagangan internasional, laut di era globalisasi juga berperan sebagai media informasi.Ketika menyebutkan kata

“informasi”, hal pertama yang muncul dalam benak barangkali adalah barang-barang atau aplikasi high-tech seperti iphone, tab, google, youtube, flipboard, dan banyak lagi.Disadari atau tidak, pada dasarnya laut masih berperan besar sebagai sarana penyedia informasi.Dahulu, pelayaran telah membuka pengetahuan manusia bahwa mereka tidak terisolasi di daratan yang sempit. Ada kehidupan lain di seberang lautan sana. Masa-masa berikutnya, ekspedisi laut terus dilakukan yang mana kemudian mengarahkan pada penemuan lain, termasuk berkontribusi terhadap perkembangan peradaban manusia, seperti penyebaran agama, pengenalan budaya, dan pertukaran barang dan sumber kekayaan alam. Di era globalisasi, jangankan agama dan budaya, pertukaran informasi mengenai kehidupan sosial, urusan keuangan hingga politik, dapat dilakukan dengan internet.Membayangkan pertukaran informasi dilakukan melalui laut terdengar “purba”.Mengapa membutuhkan laut jika internet memfasilitasi segalanya? Menarik, karena

(11)

jaringan internet itu sendiri bertumpu pada laut sebagai media untuk mengirimkan data dan sinyal lintas benua.

Begitu pentingnya internet hingga mampu menentukan stabilitas dan instabilitas keamanan nasional negara. Namun selama ini terdapat kesalahpahaman yang umum berlaku yaitu, komunikasi internet ditransfer melalui satelit.Padahal, 95% lalu lintas telekomunikasi dunia justru ditopang oleh kabel bawah laut. Bukan berarti satelit tidak penting.Namun, volume data yang dibawa oleh kabel bawah laut jauh melampaui kapasitas satelit yang lebih terbatas. Jika kabel bawah laut mampu mengirim data terabit per detik, kecepatan satelit hanya megabit per detik. Kecepatan transfer data ini tidak hanya efektif bagi kepentingan komersial dan finansial, tetapi juga sosial, politik, dan militer. Di Amerika, hampir seluruh komunikasi pemerintah, termasuk perintah diplomatik dan militer yang sensitif sekalipun mengandalkan kabel komunikasi bawah laut. Jika kabel yang menghubungkan Amerika dengan dunia tersebut putus, diestimasikan gabungan semua satelit dilangit hanya dapat memikul 7% dari total volume lalu lintas saat ini.

Keuntungan lainnya yang diberikan laut tentu tidak sebatas infrastruktur kabel bawah laut.Penelitian mengenai permukaan, dalam, dan bawah laut sama pentingnya bagi keberlangsungan hidup manusia, misalnya untuk pengetahuan perubahan iklim dan keseimbangan lingkungan, atau untuk mencari informasi baru mengenai sumber pangan dan energi, potensi alternative devisa negara, kepentingan medis, hingga strategi militer.70%

planet ini terdiri dari lautan, namun hanya 5% dari lautan yang sudah dieksplorasi. 95% sisanya masih menjadi misteri. Dengan penemuan yang bahkan tidak sampai sepertiga itu saja manusia sudah diuntungkan dari segi kecukupan pangan, penemuan obat-obatan baru, mineral berharga, dan lainnya. Jika penelitian terus dilakukan, bayangkan apa lagi yang mungkin bisa ditemukan manusia dari laut.

3. Laut sebagai Sumber

(12)

Masalah kelaparan bukan hal baru dalam Hubungan Internasional. Sejak masa kekaisaran Romawi, Perang Dunia, hingga era globalisasi, kelaparan merupakan tantangan bagi stabilitas sosial dan politik. Disamping ekonomi global yang disebut-sebut terus tumbuh, peningkatan produksi makanan, dan kecanggihan teknologi, masalah kelaparan masih melanda banyak negara di dunia, terutama negara berkembang. Pada tahun 2008, terjadi kerusuhan di negara-negara Afrika, seperti Burkina Faso, Senegal, Yaman, Cameroon akibat meroketnya harga pangan. Di Haiti, krisis pangan mendorong masyarakat turun ke jalan dan menuntut Rene Preval turun dari kursi kepresidenan. Rakyat Tunisia, Mesir, dan Libia yang merasakan kesulitan serupa melakukan demonstrasi sebagai bentuk protes terhadap rezim pemerintahan. Masalah pangan di negara-negara Arab tersebut kemudian menjadi salah satu pemicu Arab Spring.

Terdapat banyak faktor yang membuat penyelesaian masalah ini sulit. Tapi yang pasti, jika kita berupaya mengatasi masalah kelaparan, maka kita tidak dapat hanya berfokus ke darat dan mengabaikan arti penting laut yang mewakili sebagian besar dari planet ini. Ketika sumber pangan di darat semakin langka dan ruang semakin terbatas, manusia pada akhirnya akan bergantung kepada laut untuk memenuhi kebutuhan pangannya sebagaimana yang telah dilakukan selama ini.Protein dari laut, baik hewan maupun sayur laut, sangat tinggi dan sehat untuk kecukupan nutrisi manusia. Sumber pangan dari laut juga tidak pernah habis, kecuali jika manajemen eksploitasi mengancam kesehatan ekosistem dan keseimbangan laut. Sumber pangan di laut tidak butuh disiram air, diberi pupuk, diberi makan, ataupun membutuhkan lahan tertentu, cukup dengan pengelolaan yang tepat sehingga pemeliharaan sumber kekayaan hayati tidak terancam oleh eksploitasi berlebihan.Bagi Indonesia yang diekspektasikan menjadi salah satu dari tujuh negara yang mewakili setengah kepadatan penduduk dunia di tahun 2050, solusi sumber pangan yang bergizi berada tepat di depan batas pantai Indonesia.

4. Laut sebagai Media Pertahanan

(13)

Pada dasarnya laut tidak dapat dihuni, namun laut bisa dimanfaatkan. Untuk dapat memanfaatkan ketiga sifat laut diatas, negara harus memiliki akses;

akses menuju pasar, akses untukmendapat bahan mentah, akses untuk melakukan perdagangan, dan akses untuk mendapatkan informasi dan komunikasi tanpa hambatan. Akses yang dimaksud disini adalah kebebasan untuk menggunakan laut sebagai jalan raya perdagangan, atau dikenal dengan sea lanes. Jika akses ini ditutup, industri China tidak akan berkembang, perekonomian Jepang runtuh, orang-orang Afrika kelaparan, mereka yang berada di belahan Eropa kedinginan, Korea Selatan gelap gulita.

Agar menjamin akses ini tetap terbuka, negara menggunakan angkatan laut untuk menyelenggarakan pengendalian laut.

Semakin negara terlibat dalam industri dan bergantung pada perdagangan internasional, terjaminnya keamanan jalur perdagangankian dibutuhkan.

Mengetahui bahwa keberlangsungan globalisasi erat kaitannya dengan industri dan perdagangan internasional, maka dapat dipahami bahwa interaksi internasional bertumpu pada keamanan laut.Ketika masa damai, pengendalian laut dibutuhkan untuk memastikan operasi militer dan kepentingan komersial tidak terhambat sehingga tidak mengancam kelangsungan hidup di darat.

Sedangkan pada masa krisis, pengendalian laut digunakan untuk melindungi komunikasi maritim atau mencegat komunikasi maritim lawan, sehingga dapat memaksa lawan merubah sikap atau kebijakannya tanpa harus melakukan penyerangan ke darat.Komunikasi maritim disini berbeda dengan komunikasi dalam arti yang biasa kita gunakan untuk kegiatan sehari-hari, maupun komunikasi yang digunakan pada saat perang di darat. Komunikasi yang dimaksud memiliki arti lebih luas dimana bagian dari kehidupan bangsa ada di dalamnya. Jika kelangsungannya diputus di laut, maka akan berdampak pada kekacauan di darat.

Indonesia terletak di tengah perlintasan perdagangan dunia dan center of gravity.Saat ini ketiga Alur Laut Kepulauan Indonesia telah dipadati dengan kepentingan, militer maupun ekonomi, selain kepentingan nasional Indonesia sendiri. Kepentingan pihak luar di perairan Indonesia akan semakin tebal jika

(14)

dalam beberapa waktu mendatang kapal-kapal Malaccamax semakin banyak digunakan. Meskipun Selat Sunda – yang saat ini pun telah padat – mungkin kurang dijadikan alternative bagi perlintasan kapal-kapal raksasa tersebut, namun Selat Lombok dipastikan akan menjadi rute penting bagi perekonomian dunia.Ini perlu menjadi perhatian Indonesia oleh karena bukan tidak mungkin jika kepentingan pihak luar terhadap perairan Indonesia berpengaruh bagi kelancaran life line nasional.

II. 3 Tantangan Pembangunan Benua Maritim di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi besar untuk menjadi poros maritim dunia. Poros maritim merupakan sebuah gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektivitas antar pulau, perbaikan infrastruktur maritim, pengembangan industri manufaktur maritim serta ketahanan dan keamanan maritim. Pemerintahan Presiden Joko Widodo fokus pada sektor maritim Indonesia sebagai pilar perekonomian dan pertahanan bangsa Indonesia.

Poros maritim diharapkan dapat memperkuat identitas negara Indonesia sebagai negara maritim, sehingga dapat meningkatkan kualitas perekonomian dan pertahanan negara.

Sebagai negara maritim, Indonesia menghadapi beberapa tantangan sebagai berikut:

1. Tantangan Geografi

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, wilayah Indonesia terdiri atas 13.487 dan 81.000 km garis pantai. Jumlah dan lokasi provinsi kepulauan Indonesia relatif banyak sehingga diperlukan konektivitas antar pulau. Tabel berikut ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki wilayah perairan terluas dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

(15)

Dari tabel di atas terlihat bahwa Indonesia memiliki luas wilayah 5,180,053 km², dengan luas daratan 1,922,570 km² (37.11%) dan luas perairan 3,257,483 km² (62.89%). Data tersebut jelas memperlihatkan bahwa 62,89%

wilayah Indonesia terdiri dari perairan.

Selain itu, terdapat delapan provinsi yang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut, yaitu: Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Maluku. Di provinsi- provinsi tersebut, pembangunan sektor maritim menjadi sangat penting.

2. Lautan dan dasar lau sebagai sumber bahan dasar dan sumber energy.

Berbagai mineral dan bahan baku industri letaknya pada laut yang kedalamannya lebih dari 200 m. masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan laut sebagi sumber bahan baku dan sumber energy adalah kurangnya tenaga ahli dan terampil yang mampu mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber- sumber tersebut di dalam , disamping masalah permodalannya

3. Lautan sebagai medan kegiatan industri. Pemanfaatan laut sebagai medan kegiatan industri belum efektif dan efesien. Masalahnya antara lain adalah belum meratanya kegiatan industri

4. Laut sebagai tempat bermukim dan bermain. Pemanfaatan laut sebagai tempat bermukim bagi sebagian suku laut seperti suku Badjo, suku anak lau, belumlah diatut dan dikelola dengan baik. Demikian halnya laut sebagai tempat bermain/ olahraga seperti selancar, diving, dsb.

(16)

5. Laut sebagai medan hamkamnas. Bidang hamkamnas sangan dominan pada laut sebagai media penting dalam kegiatan hamkamnas. Permasalahan yang dihadapi adalah terbatasnya sarana untuk pertahanan dan keamanan di laut.

6. Laut sebagai zona ekonomi ekslusif Indonesia. Dengan diberlakukannya konvensi PBB tentang hukum laut tahun 1982 (UNCLOS 82) maka Indonesia sebagai salah satu Negara yang diuntungkan, masalahnya adalah semua potensi sumberdaya yang terdapat di ZEEI yang hak pengelolaannya diberikan kepada Indonesia belum bisa diketahui secara pasti, apalagi dimanfaatkan sebagai sumber pambangunan.

II. 4 Pembangunan Maritim Indonesia Jangka Panjang (Peluang)

Saat ini dapat diidentifikasikan bahwa sedikitnya terdapat 12 unsur pembangunan maritim yang terdiri atas : perikanan, perhubungan laut, industri maritim, pertambangan dan energy, pariwisata bahari , tenaga kerja kelautan, pendidikan kelautan, masyarakat bahari dan desa pantai, hukum tata kelautan, penerangan bahari, survey pemetaan dan iptek kelautan, dan sumber daya alam dan lingkungan hidup laut dan pantai. Namun didasarkan pada asa maksimal, lestari, daya saing, prioritas, bertahap, berlanjut dan konsisten, maka hanya terdapat lima elemen utama yang dijadikan sebagai focus pembangunan maritim, yaitu: perikanan, perhubungan laut, industri maritim, pertambangan dan energy, serta pariwisata bahari. Untuk mewujudkan hal tersebut maka disusunlah pembangunan maritim Indonesia jangka panjang, dalam Pembangunan jangka panjang II Maritim Indonesia dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun) pentahapannya dilakukan sebagai berikut

1. Pelita VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari dengan tanpa mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia dan iptek maritim yang sesuai

2. Pelita VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan pariwisata bahari seiring dengan pengembangan iptek dan SDM yang diperlukan

3. Pelita IX penenkannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata bahari seiring dengan peningkatan iptek dan SDM

(17)

4. Pelita X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring dengan pengembangan SDM dan iptek yang diperlukan

5. Khusus pada pelita VII kelima elemen pembangunan maritim Indonesia diarahkan pada sektor perikanan, daya saing dalam globalisasi, perhubungan laut, industri maritim, pertambangan dan energy, pariwisata bahari yang diproyeksikan dengan kebutuhan SDM dan IPTEK yang sesuai.

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

a) Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan segala pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu di Kepulauan Nusantara yang merupakan satu keutuhan geografis. Konsep BMI muncul sebagai salah satu cara untuk mengekplorasi berbagai sumber daya alam yang ada di Indonesia khususnya sumber daya kemaritiman.

b) potensi maritim belum mendapatkan prioritas penanganan secara proporsional sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan pembangunan.

Pembangunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan.

(18)

c) Terdapat berbagai kendala umum yang muncul dalam rangka pemanfaatan laut wilayah nusantara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terkait dengan fungsi dan kedudukan laut, seperti kurangnya tenaga ahli, belum meratanya kegiatan industri, maupun belum adanya pengaturan dan pengelolaan yang baik/

d) Pembangunan maritim Indonesia jangka panjang diwujudkan dalam Pembangunan jangka panjang II Maritim Indonesia yang dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun).

III.2 Saran

Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam mengenai pembangunan Benua Maritim Indonesia, meliputi konsep pembangunan, berbagai keadaan dan masalah kemaritim, serta pembangunan maritim Indonesia jangka panjang

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kemaritiman Indonesia. http://sayidiman.suryohadiprojo.com/.

Diakses pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 02.00 wita

Anonim. 2011. Kendala Pengelolaan Kelautan. Http://wahyuan.wordpress.com Diakses pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 02.00 wita

Dahuri, Rokhmin dan Jacob Rais. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita Guan, John. 1997. Keahlian Pelaut dan Ilmu Pelayaran.

Bandung : Tarsito

Tim Pengajar WSBM Universitas Hasanuddin. 2012. Himpunan Materi Kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum, Universitas Hasanuddin, Makassar.

(19)

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA

(20)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9

M. ASFAR SYAFAR i111 12 286 IRENE F PASINO i111 12 296 MISWAR YAKUB i111 12 282 AGUS MAULANA i111 12 266

IBRAHIM i111 12 278

MUHAMMAD AQIL i111 12 307

UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pembangunan Benua Maritim Indonesia

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena

(21)

itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 8 Mei 2013

Kelompok 9

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “ Penerapan Metode Teams Game Tournament untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar IPS Mengenai Perjuangan Bangsa Indonesia

Ketika implementasi kebijakan poros maritim dengan pembangunan tol laut yang berada di wilayah Indonesia yang berbatasan dengan negara lain maka akan timbul suatu perubahan

dalam meningkatkan hasil belajar IPS materi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah kelas V SDN 6 Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus?.Sedangkan

Budaya maritim bangsa indonesia belum tumbuh kembali, baik ditataran masyarakat (Civil Society), maupun juga pada tataran pembuat kebijaksanaan. Hal ini menjadi

Nenek moyang bangsa Indonesia pernah mencapai abad keemasan sebagai negara maritim pada saat Kerajaan Mataram dan Sriwijaya serta kerajaan lainnya di Nusantara

Karakteristik berikut yang diperoleh yaitu pergerakan MCC di benua maritime Indonesia yang cenderung menunjukan pergerakan ke arah barat, baik pada saat periode

Dalam mewujudkan Visi Poros Maritim Dunia, Indonesia mengajak semua Negara untuk menghilangkan sumber konflik di laut seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah,

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:  Teori dan model keperawatan adalah suatu usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam