BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan. (1a) Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk SD/MI/SDLB. Hal ini juga disampaikan oleh anggota Badan StandarNasionalPendidikan (BSNP) Teuku Ramli Zakaria ketika dikonfirmasi Media Indonesia, Selasa sore (14/5). (MetroNews) ”Ya, tahun ini UN SD/MI merupakan yang terakhir jadi tidak lagi ada UN tahun depan namun UN SMP dan SMA tetap ada,“ ungkapnya. Masih menurut Teuku Ramli, payung hukum perubahan PP itu adalah UU Sistem PendidikanNasional (UU Sisdiknas). Penghapusan UN di jenjang SD/MI/SDLB ini sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 yang akan diimplementasikan tahun ajaran 2013-2014, mulai Juli mendatang. Sedangkan pertimbangan penghapusan UN SD/MI, kata Teuku, terkait dengan kerangka dasar wajib belajar (Wajar) 9 tahun. Pengamat pendidikan Romo Baskoro menilai penghapusan UN SD merupakan suatu keharusan sebab ada program wajar 9 tahun dan akan masuk program wajar 12 tahun. “Kalau kita mau konsisten UN SD memang harus tidak ada sebab akan memotong program wajar. Jadi ditiadakan UN SD bukan hal istimewa…,” kata pembina kolese Kanisius itu.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pendidikannasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan tersebut, Pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan standarnasionalpendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang StandarNasionalPendidikan. Standarnasionalpendidikan adalah kriteria minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam Peraturan Pemerintah Bab I ayat 1 disebutkan bahwa StandarNasionalPendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10 StandarNasionalPendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikannasional yang bermutu. Sesuai dengan fungsinya, StandarNasionalPendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikannasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam hal ini StandarNasionalPendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. 11
Dalam Peraturan Pemerintah Bab I ayat 1 disebutkan bahwa StandarNasionalPendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10 StandarNasionalPendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikannasional yang bermutu. Sesuai dengan fungsinya, StandarNasionalPendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikannasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam hal ini StandarNasionalPendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. 11
Latar Belakang Standar Penilaian Pendidikan
Pengantar
Kita semua telah mengetahui bahwa standarnasionalpendidikan yang dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pada dasarnya merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan pemerintah ini lahir dalam rangka melaksanakan ketentuan yang diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. Pada beberapa pasal dari Undangundang Sistem PendidikanNasional (sisdiknas) diamanahkan perlunya standarnasionalpendidikan, seperti pada Pasal 35 dijelaskan tentang standarnasionalpendidikan yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Pada Pasal 35juga dijelaskan bahwa standarnasionalpendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan, selanjutnya ditegaskan bahwa pengembangan standarnasionalpendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 ayat (3) dan Pasal 54 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang StandarNasionalPendidikan Tinggi;
Observasi dan wawancara untuk standarnasionalpendidikan (SNP) dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ciamis, SMP Negeri 1 Ciamis merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama terbaik di Kabupaten Ciamis, SMP Negeri 1 Ciamis merupakan sekolah model 8 Sekolah StandarNasional yang sebelumnya merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), karena kebijakan RSBI dicabut sehingga sekarang sekolah tersebut menjadi sekolah standarnasional (SSN). SMP Negeri 1 Ciamis memiliki kepala sekolah yang kompeten dibidangnya, Dr. Agus Somantri, M.Pd., selain itu juga telah memiliki penjamin mutu sekolah tersendiri, penanggungjawab mutu oleh wakil kepala sekolah, Amar, M.Pd.. Menurut beliau SMP Negeri 1 Ciamis ini memang mengutamakan mutu guna menjamin pendidikan terbaik, khususnya di Kabupaten Ciamis, umumnya di Indonesia. Stuktur organisasi penjamin mutu sekolah disusun berdasarkan pada 8 standarnasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang StandarNasionalPendidikan, 8 standar tersebut diantaranya adalah standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
StandarNasionalPendidikan yang terkonsep dan pakem diharapkan akan mampu menghasil output siswa yang lebih baik. Sehingga sekolah akan saling bersaing mem- perbaiki kualitas hasil belajar siswa. Komponen dalam sekolah terdiri dari Input, proses dan output. Pada pembahasan penelitian ini, peneliti menitik beratkan pada hubungan input dan output sekolah. Keluaran Satuan Pendidikan pada konteks penelitian ini adalah hasil akhir belajar siswa yaitu Ujian Nasional. Lauren Kaluge (2000:1) dalam kuliah on line Unesa, mengartikan output adalah hasil langsung dan segera dari pendidikan. Per- nyataan tersebut dikuatnkan oleh NEA (2000:1) kuliah on line Unesa yang menyebutkan output dapat diukur dengan menggunakan istilah volume (banyaknya). Keluaran satuan pendidikan dideinisikan sebagai suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu ob- jek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya uku- ran atau kriteria. Selanjutnya Sudjana (2005;25) menyatakan dengan demikian penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Atas dasar tersebut maka dalam kegiatan proses belajar mengajar itu selalu ada objek/program, ada kriteria, dan ada interpretasi (judgment). Interpretasi dan judgement merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dengan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar tersebut maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program, kriteria, dan interpretasi/judgement.
Dalam UU Nomor 20 tahun 2003, pasal 35 Ayat (3) dijelaskan bahwa pengembangan standarnasionalpendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaianya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan, yang kemudian eksistensi dari badan tersebut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, pada pasal 73 sampai pasal 77, badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan tersebut, disebut dengan Badan StandarNasionalPendidikan (BSNP). Pasal 76, PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa tugas utama BSNP adalah membantu Menteri dalam mengembangkan, memantau, dan mengendalikan standarnasionalpendidikan. Ditegaskan pada ayat berikutnya semua satuan yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat semua satuan pendidikan secara nasional setelah ditetapkan dengan peraturan Menteri. Ketentuan tentang tugas dan wewenang BSNP tertuang pada ayat (3) yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas – tugasnya BSNP mempunyai wewenang untuk :
“Standarnasionalpendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standarnasionalpendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.”
StandarNasionalPendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. StandarNasionalPendidikan itu sendiri terdiri dari 8 poin yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan yang ada di Indonesia:
SNP dalan prosesnya memiliki badan tersendiri yaitu Badan standarnasionalpendidikan (BNSP) atau lembaga yang dibentuk berdasarkan dan amanah dari UU sistem pendidikannasional dengan misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standarnasionalpendidikan. BSN menilai pelaksanaan Standarisasi Nasionalpendidikan telah dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya sampai saat ini. Walaupun begitu, tetap menimbulkan pro dan kontra dalam kebijakan SNP, sala satu alas an kelompok pro adalah standarisasi berfungsi sebagai penuntun bagi guru di dalam mengadakan perubahan global, sedangkan orang yang kontra memaparkan bahwa standarisasi pendidikan banyak dipengaruhi oleh keputusan-keputusan bisnis dan politik.
•• Biaya Personal Biaya Personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. •• Biaya[r]
Antara 10 - 18 orang mewakili regional NKRI (Barat, Tengah dan Timur) dengan mengupayakan keragaman ‘school of thought’ pada objek/topik standar.
Kriteria umum tim ahli kegiatan standar adalah:
Memiliki keahlian yang relevan dengan pengalaman lapangan yang memadai pada bidang standar yang akan dilaksanakan (ditunjukkan dalam CV)
(2) Interaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih dengan mengutamakan proses interaksi dua arah antara mahasiswa dan dosen.
(3) Holistik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa proses pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikir yang komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan dan kearifan lokal maupun nasional.
Biaya operasi : gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.