Keywords: Knowledge, Self-medication, Cough, Drug Selection.
PENDAHULUAN
Dorongan untuk merawat diri sendiri dipandang sebagai kesempatan untuk membangun kepercayaan diri untuk mengelola kesehatan dan juga awal langkah yang positif dalam hubungan antara pasien dan tenaga medis. Swamedikasi merupakan sebuah tahap pembangunan kesehatan dimana setiap orang memiliki hak dalam menentukan kualitas selfcare-nya sehingga dapat memanajemen keuangansen diri dengan keuntungan mampu menghindarkan dari perawatan yang tidakr asional(Gupta et al,. 2011). Faktor lain yang mempengaruhi tindakan swamedikasi diantaranya yaitu mendesaknya perawatan yang dibutuhkan, penanganan pertama pada pasien sakit, kekurangannya pelayanan kesehatan, ekonomi yang rendah, ketidakpercayaan terhadap tenagamedis, pengaruh informasi dari iklan, ketersediaan obat yang melimpah di toko-toko atau warung, dan salah satu faktor yang sering dialami oleh masyarakat yaitu karena terbatasnya keterjangkauan akses kesehatan di daerah pedesaan atau terpencil (Phalke et al, 2006). Peran pengobatan sendiri adalah untuk mengatasi dan menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban biaya dan meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan medis (Supardi & Notosiswoyo, 2005).
4. Peraturan Periklanan .......................................................... B. Swamedikasi ............................................................................ C. Informasi Umum Obat ............................................................. 1. Penggolongan Obat ............................................................ 2. Cara Pemilihan Obat .......................................................... 3. Cara Penggunaan Obat ....................................................... 4. Cara Penyimpanan Obat ..................................................... D. Persepsi ....................................................................................
Pembeli obat OTC biasanya sudah ada dalam benaknya merek tertentu.
Sedangkan pada sisi lain, ada juga konsumen yang belum tahu acuan merek obat OTC yang akan dibelinya. Preferensi konsumen dalam memilih obatbatuk OTC juga sangat dipengaruhi informasi yang diterima. Informasi kepada konsumen itu bisa berasal dari media cetak, elektronik, brosur, dan berkomunikasi dengan penjaga toko (Sartono, 1996).
Menurut Weinberger (2005) batuk bisa diinisiasi sama ada secara volunter atau refleks. Sebagai refleks pertahanan, ia mempunyai jaras aferen dan eferen. Jaras aferen termasuklah reseptor yang terdapat di distribusi sensori nervus trigemineus, glossopharingeus, superior laryngeus, dan vagus. Jaras eferen pula termasuklah nervus laryngeus dan nervus spinalis. Batuk bermula dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma dan kontraksi otot terhadap penutupan glotis. Tekanan intratorasik yang positif menyebabkan penyempitan trakea. Apabila glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antar atmosfer dan saluran udara disertai penyempitan trakea menghasilkan kadar aliran udara yang cepat melalui trakea. Hasilnya, tekanan yang tinggi dapat membantu dalam mengeliminasi mukus dan benda asing.
Berdasarkan Survei pendahuluan tersebut maka pengetahuan tentang obatbatuk dibutuhkan dalam pemilihan pengobatan itu sendiri supaya masyarakat dapat memilih obat yang sesuai dengan batuk yang diderita (Kristina et al., 2007).
Pengobatan sendiri dimasa yang akan datang akan meningkat seiring dengan meningkatnya aspek sosial ekonomi dan aspek pendidikan formal maupun informal yang berasal dari tenaga medis atau informasi dalam sosial media dewasa ini (Hermawati, 2012), meningkatnya tindakan swamedikasi juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan pada mahasiswa bidang kesehatan di Universitas Muhammmadiyah Surakarta (UMS) menunjukkan rata-rata nilai tingkat pengetahuan dalam kategori baik, kerasionalan penggunaan obat sebesar 77,59%, yaitu sebesar 270 responden dari 348 responden rasional dalam memilih obat (Lestari, 2014), hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan yang berperan penting dalam pengambilan keputusan pada ketepatan dan kerasionalan pemilihan pengobatan.
Saat ini tidak ada informasi terbaru terkait keamanan PPA dalam obatbatuk dan influenza. Obat flu dan batuk yang mengandung PPA di Indonesia telah mendapat izin edar dan aman dikonsumsi sesuai aturan pakai yang ditetapkan. Di Indonesia PPA hanya disetujui sebagai obat untuk menghilangkan gejala hidung tersumbat dalam obat flu dan batuk. Dengan ketentuan, komposisi obatbatuk dan influenza yang mengandung pheylpropanolamine dosisnya tidak melampaui 15 mg. Jumlah kandungan ini dianggap masih aman dikonsumsi. Konsumen harus membaca peringatan yang tercantum pada bungkus obat (label). Selain itu, harus juga diperhatikan bahwa tidak boleh diminum melebihi dosis maksimal 75 mg per hari (dewasa) (Vivin, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh dan faktor yang memiliki pengaruh terbesar terhadap rasionalitas perilaku swamedikasi obatbatuk pada masyarakat Kelurahan Sukatani, Tapos, Depok.
Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 20 responden dengan perilaku swamedikasi obatbatuk yang rasional (52,63%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan rasionalitas perilaku swamedikasi obatbatuk, yaitu penghasilan keluarga tiap bulan (0,024), dukungan petugas kesehatan (0,009), dan pengetahuan (0,005), serta terdapat lima faktor yang tidak berhubungan dengan rasionalitas perilaku swamedikasi obatbatuk, yaitu usia (0,632), jenis kelamin (0,463), pendidikan terakhir (0,358), sumberinformasi (0,304), dan sikap (0,474).
Iklan obat telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun pada kenyataannya tidak sedikit iklan obat yang memberikan informasi yang tidak lengkap. Biasanya di dalam iklan obat tersebut hanya disebutkan khasiatnya dan tidak menyebutkan zat aktif yang ada di dalamnya, maupun dampak samping dari obat tersebut. Padahal obat mempunyai dua sisi yaitu manfaat dan risiko, terkadang justru kontra indikasinya yang dipromosikan, bila demikian maka jelas nampak adanya manipulasi. 5 Seperti contoh pada iklan obat flu dan batuk merek Bodrex yang disiarkan di televisi , pada iklan tersebut dikatakan bahwa obat Bodrex Flu dan Batuk dapat mengatasi flu dan batuk dengan cepat. 6 Seharusnya dalam iklan tersebut dijelaskan lebih lanjut mengenai indikasi dan petunjuk pemakaian. Tidak ada penyakit yang dapat disembuhkan dengan cepat, tanpa memerlukan istirahat. Iklan Bodrex Flu dan Batuk PE ini bertentangan dengan peraturan yang ada, karena berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 386/ Men. Kes/ SK/ IV/ 1994 tentang Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan- Minuman, yang dalam ketentuan umumnya dinyatakan bahwa iklan obat hendaknya dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk pemilihan penggunaan obat bebas secara rasional.
masyarakat dengan mempergunakan media yang dibayar berdasarkan tarif tertentu. 35 Salah satu ketentuan yang memuat pengaturan periklanan, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan menjelaskan pengertian iklan pangan sebagai setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran dan/atau perdangan pangan. 36 Pengertian yang diatur dalam PP 69 Tahun 1999 ini menekankan aspek penyebaran atau pemberian informasi produk kepada konsumen, sehingga iklan bukan hanya semata menjadi sarana promosi untuk meningkatkan penjualan tetapi dapat juga diandalkan oleh konsumen untuk memperoleh informasi suatu produk yang sesuai dengan kebutuhannya. 37
Pengetahuan Masyarakat Desa Bakung, Jogonalan, Klaten, berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa paling dominan adalah masyarakat yang berpendidikan akhir menangah atau dapat dikatakan berpendidikan SMA/ Sederajat. Dalam hal ini pendidikan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa lainnya (Budiman dan Riyanto, 2013). Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan Masyarakat Desa Bakung, Jogonalan, Klaten tentang asam jawa untuk menyembuhkan batuk, menunjukkan bahwa dari keseluruhan masyarakat desa Bakung, Jogonalan, Klaten, paling banyak berpendidikan menengah atau berpendidikan SMA/sederajat dalam kategori berpengetahuan baik. Hal ini dikarenakan pada tingkat SMA atau sederajat masyarakat termasuk pada taraf perkembangan pola pikir yang lebih dewasa sehingga pola pikir yang dihasilkan juga lebih baik. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah, berlangsung seumur
Pengetahuan Masyarakat Desa Bakung, Jogonalan, Klaten, berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa paling dominan adalah masyarakat yang berpendidikan akhir menangah atau dapat dikatakan berpendidikan SMA/ Sederajat. Dalam hal ini pendidikan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa lainnya (Budiman dan Riyanto, 2013). Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan Masyarakat Desa Bakung, Jogonalan, Klaten tentang asam jawa untuk menyembuhkan batuk, menunjukkan bahwa dari keseluruhan masyarakat desa Bakung, Jogonalan, Klaten, paling banyak berpendidikan menengah atau berpendidikan SMA/sederajat dalam kategori berpengetahuan baik. Hal ini dikarenakan pada tingkat SMA atau sederajat masyarakat termasuk pada taraf perkembangan pola pikir yang lebih dewasa sehingga pola pikir yang dihasilkan juga lebih baik. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah, berlangsung seumur
71
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ini dianggap efektif dalam kaitannya menekan jumlah penyalahgunaan obatbatuk cair yang terus meresahkan masyarakat, kegiatan tersebut dilakukan bukan tanpa alasan, semata-mata sebagai langkah untuk setidaknya mengurangi penyalahgunaan obatbatuk cair yang terjadi, karena tidak dapat dipungkiri lagi apabila kegiatan yang dilakukan tersebut tidak dibarengi dengan tindakan yang sama dari semua masyarakat akan sangat sulit dalam mengurangi penyalahgunaan obatbatuk cair tersebut, peran institusi lain seperti BNN, BPOM, Dinas Kesehatan harus senantiasa bekerja beriringan bersama Kepolisian sangat diperlukan tak luput dari pemerintah sekalipun, bahkan ruang lingkup seperti keluarga perannya sangat dibutuhkan apabila berkaitan dengan penyalahgunaan obatbatuk cair, maka dari itu Kepolisian harus berupaya dengan optimal untuk memerangi penyalahgunaan obatbatuk cair dengan melakukan beberapa agenda tiap tahunnya berkaitan dengan upaya preventif ini. untuk membentuk dan menambah pengetahuan masyarakat tentang penyalahgunaan obat khususnya obatbatuk cair apa saja yang sering digunakan dan kandungan apa yang membahayakan apabila obatbatuk cair tersebut dikonsumsi tidak sesusai dosis.
Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh seseorang untuk mengobati keluhan sakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri dan beberapa penyakit kronis yang pernah didiagnosis dokter. Tujuan kajian adalah mendapatkan informasi tentang permasalahan dan peran institusi farmasi dalam informasiobat dan pelayanan obat yang mendukung pengobatan sendiri di masyarakat. Rancangan penelitian menggunakan studi deskriptif berupa kajian kebijakan dan peraturan perundang-undangan terkait informasiobat dan pelayanan obat dalam pengobatan sendiri. Hasil kajian menunjukkan permasalahan pengobatan sendiri adalah belum ada peraturan perundangan yang khusus mengatur pengobatan sendiri beserta petunjuk teknis peran masing-masing institusi farmasi. Permasalahan dalam informasiobat adalah program pemerintah pusat dalam pemberian informasiobat belum ditindaklanjuti oleh semua Dinas Kesehatan kabupaten/kota; masyarakat cenderung membeli obat secara eceran di sarana pelayanan obat ilegal, sehingga tidak dapat membaca informasi pada kemasan obatnya; dan masih banyak iklan obat di media massa yang belum memberikan informasiobat yang objektif dan lengkap. Permasalahan dalam pelayanan obat adalah kurangnya pengawasan, sehingga banyaknya sarana pelayanan obat ilegal di masyarakat dan kurangnya kehadiran tenaga kefarmasian dalam informasi dan pelayanan obat di apotek dan toko obat. Disarankan agar Kementerian Kesehatan menetapkan peraturan perundangan-undangan dan norma, standar, prosedur, dan kriteria tentang pengobatan sendiri sebagai dasar bagi institusi farmasi pemerintah, swasta, dan organisasi profesi mendukungnya.
Bab ini menjelaskan tentang metoda penelitian, populasi dan sampel, metoda pengambilan sampel, jenis dan sumber data, metoda pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian, pengujian instrumen penelitian, dan metode analisis data.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan obatbatuk cair dikalangan remaja belum berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat dari setiap tahunnya dalam penyalahgunaan obatbatuk cair ini semakin marak terjadi dan menyebar terhadap kota – kota yang sedang berkembang seperti dalam objek penelitian penulis yaitu di Kota Jember dan Kota Cimahi. Terdapat beberapa faktor kendala dalam penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan obatbatuk cair di kalangan remaja yaitu: Faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor Lingkungan, dan faktor masyarakat. Saran dalam penelitian ini adalah Pemerintah hendaknya melakukan perubahan atau menambahkan peraturan hukum (undang-undang) dan melakukan sosialisasi yang menarik tentang penyalahgunaan obat, khususnya dalam kasus obatbatuk cair. Perlunya penerapan hukum yang tegas dan pengwasan extra dari berbagai pihak mulai dari Pemerintah, Kepolisian , instansi – instansi terkait seperti BPOM dan Dinas Kesehatan serta masyarakat dan keluarga harus lebih proaktif dalam menanggulangi penyalahgunaan obatbatuk cair ini.
xiii INTISARI
Berdasarkan penelitian perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala penyakit yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI, didapat data kuantitatif yaitu memakai obat dijual bebas (63%). Persentase penderita sakit yang melakukan pengobatan sendiri cukup besar. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi batuk dan seberapa besar pengaruh tingkat pengetahuan terhadap tindakan swamedikasi batuk pada masyarakat di Kelurahan Grobogan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya bagi kita semua sehingga terselesaikannya dengan baik Tugas Akhir yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Obat pada Swamedikasi Batuk di Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2014”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Obat Tradisional Dalam Menyembuhkan Penyakit BatukObat tradisional untuk mahasiswa - Batuk berperan dalam pembersihan iritasi dan infeksi tubuh, tetapi batuk dapat terus-menerus tentu mengganggu. Pengobatan terbaik untuk batuk akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Ada banyak kemungkinan penyebabnya yaitu infeksi, alergi dan refluks asam. Beberapa pengobatan alami dapat membantu meredakan batuk. Namun, penting untuk
Pilek biasanya berlangsung selama satu minggu, namun jika pilek muncul disertai batuk bisa bertahan hingga tiga minggu. Pada tahap awal munculnya penyakit ini akan terasa berat. Gejala yang muncul pertama ialah nyeri pada tenggorokan yang kemudian disusul dengan gejala lain seperti iritasi dan nyeri pada hidung, bersin – bersin, hidung beringus dan akhirnya tersumbat.Lalu setelah itu tubuh merasa lemas, batuk dan suara parau. Selain virus pilek juga bisa dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan juga alergi yang diderita pasien. Namun sebenarnya gejala – gejala yang ditimbulkan oleh penyakit pilek merupakan tanda bahwa tubuh sedang mengalami proses penyembuhan dari penyakit ini. Bahkan gejala – gejala yang timbul tanpa diobati pun akan hilang
Konsumen memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam mengkonsumsi suatu produk dari berbagai macam merek yang beredar di pasar. Salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan adalah segmentasi pasar. Selain segmentasi pasar, penelitian ini pun menelaah citra produk obatbatuk. Citra produk digunakan untuk melihat persepsi konsumen mengenai gambaran terhadap produk. Salah satu pendekatan statistik untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menggunakan analisis korespondensi. Hasil analisis yang diterapkan pada riset pemasaran ini memperlihatkan adanya kesamaan segmen antara merek B dan merek C. Kesamaan segmen tersebut menunjukkan adanya persaingan yang sangat kuat antar kedua merek tersebut dalam merebut minat konsumen di pasar. Selain itu, hasil analisis citra produk juga memperlihatkan adanya kesamaan citra produk antara merek B dan merek E.