Metode Pengujian Hipotesis
Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mengungkap gambaran data lapangan secara deskriptif dengan cara menginterpretasikan hasil pengolahan melalui tabulasi untuk memaparkan kecenderungan data empirik dan deskriptif seperti nilai rata-rata.
Analisis Sign Test (Uji Tanda)
Uji Tanda dilakukan dengan melihat perbedaan frekuensi tanda plus (+) dan tanda minus (-) pada data skor observasi yang berpasangan (alokasi anggaran pembangunan infrastruktur dan daya saing ekonomi daerah) dari waktu ke waktu. Nilai data skor yang tidak mengalami perubahan (tidak berbeda) diberi nilai nol. Pasangan data skor observasi yang bernilai 0 diabaikan dalam pengujian ini.
Uji Tanda terdiri dari dua, yaitu uji tanda untuk sampel kecil dan uji tanda untuk sampel besar. Uji Tanda untuk sampel kecil menggunakan distribusi binomial, sedangkan uji tanda untuk sampel besar menggunakan distribusi normal. Kriteria sampel kecil tidak terikat dengan banyaknya anggota sampel. Jika Uji Tanda masih dimungkinkan menggunakan rumus distribusi binomial, maka Uji Tanda dapat menggunakan distribusi binomial. Namun, jika anggota sampel sudah tidak memungkinkan lagi menggunakan rumus distribusi binomial, maka Uji Tanda menggunakan distribusi normal.
Hipotesis nol (Ho) dalam pengujian ini menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan frekuensi tanda plus dan tanda minus, atau H0:
π
= 0,5, sedang Hipotesis alternatif (Ha) menyatakan bahwa terdapat perbedaan frekuensi tanda plus dan tanda minus, atau Ha:π=
0,5. Apabila dalam pengujian statistika terdapatperbedaan, maka (1) terjadi kenaikan alokasi anggaran pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun dan (2) terjadi kenaikan daya saing ekonomi daerah dari tahun ke tahun.
Analisis Korelasi Rangking Spearman
Korelasi ranking Spearman dapat digunakan untuk mengetahui korelasi (hubungan) antara dua variabel dengan cara membuat ranking dari masing-masing variabel tersebut. Ukuran keeratan hubungan antara dua variabel tersebut dapat diketahui melalui koefisien korelasi ranking.Besarnya koefisien korelasi ranking
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
(rs) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: di mana:
rs : koefisien korelasi ranking Spearman n : banyaknya pasangan data
Σ
: notasi jumlahNo. Nama Daerah 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata 1 Kab. Bangkalan 97.229.360.436 145.124.881.428 117.779.711.587 95.994.889.870 165.272.250.684 124.280.218.801 2 Kab. Banyuwangi 147.749.722.811 135.986.910.269 221.439.857.786 137.553.898.675 145.684.678.639 157.683.013.636 3 Kab. Blitar 115.992.864.500 169.107.159.316 112.601.396.862 100.610.993.024 95.144.493.331 118.691.381.407 4 Kab. Bojonegoro 171.791.967.757 186.704.306.067 187.443.597.370 135.719.902.397 122.164.698.024 160.764.894.323 5 Kab. Bondowoso 46.347.370.240 37.314.698.450 85.382.392.630 45.550.037.100 36.839.556.200 50.286.810.924 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebijakan transfer ke daerah dilaksanakan melalui sistem pendanaan yang lebih memperhatikan aspek kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah dan antardaerah. Tujuan transfer ke daerah adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal, meningkatkan kualitas dan pelayanan publik antardaerah, pengembangan potensi dan daya saing ekonomi daerah, efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional, sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional dan daerah, serta mendukung kesinambungan fiskal dalam kebijakan ekonomi makro. Sistem pendanaan tersebut dilakukan dalam bentuk alokasi dana transfer ke daerah. Salah satu sumber dana transfer ke daerah adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Ketiga komponen dana perimbangan tersebut merupakan trilogi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya mengingat tujuan dari ketiganya adalah saling melengkapi (trilogi dana perimbangan).
Jenis dana perimbangan yang berkaitan dengan studi ini adalah DAK yang berfungsi membantu keuangan daerah dan wujud intervensi pemerintah pusat terkait dengan prioritas nasional. Dengan demikian, DAK dialokasikan untuk tujuan memeratakan ketimpangan layanan publik antardaerah yang meliputi 19 bidang di antaranya bidang infrastruktur, yang tidak mampu diselesaikan walaupun daerah sudah menerima DBH dan DAU(www.slideshare.net/pramudjo). Berikut disajikan Tabel 1 tentang perkembangan rata-rata DAK dari tahun ke tahun berdasarkan kabupaten, kota, provinsi, Jawa, dan luar Jawa.
Berdasarkan Tabel 1, tampak jumlah DAK dari tahun 2008-2012 mengalami perubahan rata-rata yang fluktuatif naik turun dan tidak berpola, baik DAK kabupaten, kota, provinsi, Jawa, dan luar Jawa. Satu-satunya alokasi DAK yang perubahan rata-ratanya naik terus menerus selama tahun 2008-2012 adalah DAK untuk wilayah kota. Bahkan, pada tahun 2011 dan 2012, rata-rata alokasi DAK untuk kota lebih besar daripada rata-rata alokasi DAK untuk kabupaten. Padahal luas wilayah kabupaten berlipat ganda daripada luas wilayah kota.
DAK dialokasikan untuk tujuan memeratakan ketimpangan layanan publik antardaerah yang meliputi 19 bidang di antaranya bidang infrastruktur. Pada Tabel 2 disajikan alokasi DAK untuk bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2007-2011. Berdasarkan Tabel 2, tampak rata-rata alokasi DAK untuk bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 tertinggi sebesar Rp737.051.191.993,- (Kota Surabaya), dan terendah Rp19.298.708.158,- (Kota Blitar).
Tabel 1
Perkembangan Rata-Rata DAK, Tahun 2008-2012 (Rupiah)
Tahun Kabupaten Kota Provinsi Jawa Luar Jawa
2008 37.857.615,192 20.648.019.120 42.158.363.972 38.165.294.809 33.959.171.897 2009 40.751.377,529 32.505.847.765 56.100.080.837 33.716.533.900 42.157.204.875 2010 47.079.013,082 39.911.158.282 37.849.831.673 51.350.785.250 43.294.006.910 2011 37.314.081,904 43.930.207.776 35.578.383.030 25.406.004.224 42.406.948.665 2012 47.100.984,622 49.017.636.398 36.970.780.391 43.104.217.954 47.960.921.078 Rata-rata 42.020.614,466 37.202.573.868 41.731.487.981 38.348.567.227 41.955.650.685
Sumber: www.depkeu.go.id. Data diolah.
Tabel 2
Alokasi DAK Bidang Infrastruktur per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2007-2011 (Rupiah)
Sumber: www.depkeu.go.id. Data diolah.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dihitung pertumbuhan alokasi DAK untuk bidang infrastruktur di 38 kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 yang hasilnya disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, tampak pertumbuhan alokasi DAK untuk bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 mengalami fluktuasi pertumbuhan. Rata-rata pertumbuhan tertinggi dicapai Kabupaten Ngawi sebesar 53,95% sedang terendah dicapai Kabupaten Sumenep sebesar -11,41%.Hal ini menunjukkan bahwa 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 tidak setiap tahun mempunyai kepastian memperoleh kenaikan alokasi DAK dari pusat, sehingga besarnya alokasi DAK dari pusat yang diterima di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 daerah dapat meningkat, menurun, atau tetap.
6 Kab. Gresik 69.719.695.837 91.200.355.370 117.448.080.482 81.027.639.350 95.040.180.650 90.887.190.338 7 Kab. Jember 141.907.458.406 130.107.393.228 240.558.874.915 123.091.382.728 173.960.307.534 161.925.083.362 8 Kab. Jombang 111.020.073.913 102.774.398.089 142.936.404.107 61.222.987.794 68.639.579.398 97.318.688.660 9 Kab. Kediri 223.120.706.175 267.767.630.925 179.207.245.565 127.292.236.050 129.094.961.950 185.296.556.133 10 Kab. Lamongan 84.470.352.000 110.105.768.000 66.613.408.955 57.030.617.500 87.559.827.900 81.155.994.871 11 Kab. Lumajang 77.339.500.986 101.691.219.028 43.179.423.705 48.490.174.736 108.851.134.904 75.910.290.672 12 Kab. Madiun 76.970.414.035 76.787.099.282 83.672.654.135 80.614.948.323 103.334.958.326 84.276.014.820 13 Kab. Magetan 87.576.546.722 61.546.320.322 61.341.354.454 36.086.169.325 77.747.300.500 64.859.538.265 14 Kab. Malang 264.539.300.000 174.571.582.000 205.264.389.000 189.334.142.000 205.365.655.200 207.815.013.640 15 Kab. Mojokerto 49.628.357.750 109.641.648.650 73.952.703.530 46.954.547.530 96.906.688.016 75.416.789.095 16 Kab. Nganjuk 95.380.677.067 86.681.090.225 130.578.083.376 65.925.971.650 79.464.028.745 91.605.970.213 17 Kab. Ngawi 101.668.883.392 19.094.518.000 76.595.219.945 78.807.183.100 73.300.484.200 69.893.257.727 18 Kab. Pacitan 55.743.944.340 65.009.674.369 66.710.834.171 33.772.323.493 37.829.934.160 51.813.342.107 19 Kab. Pamekasan 29.209.317.013 71.047.672.854 55.181.558.603 65.649.927.012 110.937.555.634 66.405.206.223 20 Kab. Pasuruan 112.232.534.529 91.402.501.636 130.371.482.341 125.654.552.085 124.324.527.768 116.797.119.672 21 Kab. Ponorogo 82.577.024.710 66.760.379.900 71.663.072.622 54.079.050.769 81.838.326.100 71.383.570.820 22 Kab. Probolinggo 107.036.245.000 74.658.063.000 88.596.469.000 72.711.978.000 110.738.528.000 90.748.256.600 23 Kab. Sampang 66.828.457.183 79.964.124.868 107.653.401.107 87.901.104.865 64.041.075.435 81.277.632.692 24 Kab. Sidoarjo 175.050.485.426 174.431.644.785 178.154.845.875 133.745.558.050 139.007.161.216 160.077.939.070 25 Kab. Situbondo 88.426.595.721 75.651.998.940 80.790.500.567 74.591.732.348 96.883.736.215 83.268.912.758 26 Kab. Sumenep 213.323.035.396 89.975.033.441 126.985.188.793 76.792.659.188 84.925.065.526 118.400.196.469 27 Kab. Trenggalek 63.075.417.000 120.835.275.200 92.632.442.730 45.641.457.285 47.197.448.413 73.876.408.126 28 Kab. Tuban 106.313.540.750 134.632.283.600 145.813.948.510 131.411.453.856 130.918.442.044 129.817.933.752 29 Kab. Tulungagung 61.101.754.160 110.826.100.210 72.693.880.116 114.871.510.013 80.536.540.102 88.005.956.920 30 Kota Batu 56.527.431.512 47.307.600.000 40.274.866.000 85.923.334.584 103.213.666.308 66.649.379.681 31 Kota Blitar – 28.006.980.700 23.840.263.775 20.141.219.014 24.505.077.300 19.298.708.158 32 KotaKediri 43.067.489.251 27.077.615.176 49.075.746.310 65.679.345.750 43.759.868.715 45.732.013.040 33 Kota Madiun 51.298.460.000 25.276.721.000 43.099.175.000 77.275.698.000 50.264.814.000 49.442.973.600 34 KotaMalang 88.580.546.725 118.149.001.000 139.218.769.284 106.318.891.048 81.135.623.251 106.680.566.262 35 Kota Mojokerto 27.155.414.000 32.112.664.600 36.125.879.750 39.091.938.950 40.834.634.850 35.064.106.430 36 Kota Pasuruan 38.717.372.894 45.033.690.250 48.812.380.719 28.463.218.155 47.943.678.796 41.794.068.163 37 Kota Probolinggo 59.463.555.930 61.016.925.751 66.739.886.732 50.860.747.000 47.495.069.776 57.115.237.038 38 KotaSurabaya 461.827.316.948 447.767.004.999 784.062.963.247 1.030.180.673.943 961.418.000.828 737.051.191.993 Tabel 3
Pertumbuhan Alokasi DAK Bidang Infrastruktur per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2007-2011 Persentase)
No. Nama Daerah 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 Rata-Rata Pertumbuhan
1 Kab. Bangkalan 49.26 -18.84 -18.5 72.17 21.02 2 Kab. Banyuwangi -7.96 62.84 -37.88 5.91 5.73 3 Kab. Blitar 45.79 -33.41 -10.65 -5.43 -0.93 4 Kab. Bojonegoro 8.68 0.4 -27.59 -9.99 -7.13 5 Kab. Bondowoso -19.49 128.82 -46.65 -19.12 10.89 6 Kab. Gresik 30.81 28.78 -31.01 17.29 11.47 7 Kab. Jember -8.32 84.89 -48.83 41.33 17.27 8 Kab. Jombang -7.43 39.08 -57.17 12.11 -3.35 9 Kab. Kediri 20.01 -33.07 -28.97 1.42 -10.15 10 Kab. Lamongan 30.35 -39.5 -14.39 53.53 7.5 11 Kab. Lumajang 31.49 -57.54 12.3 124.48 27.68 12 Kab. Madiun -0.24 8.97 -3.65 28.18 8.31 13 Kab. Magetan -29.72 -0.33 -41.17 115.45 11.06 14 Kab. Malang -34.01 17.58 -7.76 8.47 -3.93 15 Kab. Mojokerto 120.93 -32.55 -36.51 106.38 39.56
Berdasarkan Tabel 2, dapat dihitung bagian alokasi DAK untuk bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 yang hasilnya disajikan pada Tabel 4.Berdasarkan Tabel 4, tampak bagian alokasi DAK untuk bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 mengalami fluktuasi bagian dan nilainya relatif rendah. Rata-rata bagian tertinggi dicapai Kota Surabaya sebesar 34,12% sedang terendah dicapai Kota Blitar sebesar -10,09%.
16 Kab. Nganjuk -9.12 50.64 -49.51 20.54 3.14 17 Kab. Ngawi -81.22 301.14 2.89 -6.99 53.95 18 Kab. Pacitan 16.62 2.62 -49.38 12.01 -4.53 19 Kab. Pamekasan 143.24 -22.33 18.97 68.98 52.21 20 Kab. Pasuruan -18.56 42.63 -3.62 -1.06 4.85 21 Kab. Ponorogo -19.15 7.34 -24.54 51.33 3.75 22 Kab. Probolinggo -30.25 18.67 -17.93 52.3 5.7 23 Kab. Sampang 19.66 34.63 -18.35 -27.14 2.2 24 Kab. Sidoarjo -0.35 2.13 -24.93 3.93 -4.8 25 Kab. Situbondo -14.45 6.79 -7.67 29.89 3.64 26 Kab. Sumenep -57.82 41.13 -39.53 10.59 -11.41 27 Kab. Trenggalek 91.57 -23.34 -50.73 3.41 5.23 28 Kab. Tuban 26.64 8.31 -9.88 -0.38 6.17 29 Kab. Tulungagung 81.38 -34.41 58.02 -29.89 18.78 30 Kota Batu -16.31 -14.87 113.34 20.12 25.57 31 Kota Blitar - -14.88 -15.52 21.67 -2.91 32 KotaKediri -37.13 81.24 33.83 -33.37 11.14 33 Kota Madiun -50.73 70.51 79.3 -34.95 16.03 34 KotaMalang 33.38 17.83 -23.63 -23.69 0.97 35 Kota Mojokerto 18.26 12.5 8.21 4.46 10.86 36 Kota Pasuruan 16.31 8.39 -41.69 68.44 12.86 37 Kota Probolinggo 2.61 9.38 -23.79 -6.62 -4.6 38 KotaSurabaya -3.04 75.11 31.39 -6.67 24.19
Sumber: Tabel 2. Data diolah.
Tabel 4
Bagian Alokasi DAK untuk Bidang Infrastruktur per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2007-2011 Persentase)
No. Nama Daerah 2007 2008 2009 2010 2011Rata-Rata Bagian
1 Kab. Bangkalan 48.97 31.6 15.61 12.71 14.3 24.64 2 Kab. Banyuwangi 23.76 20.57 16.83 10.59 10.5 16.44 3 Kab. Blitar 21.33 25.31 11.91 10.42 8.22 15.44 4 Kab. Bojonegoro 37.09 29.92 17.88 12.99 8.84 21.34 5 Kab. Bondowoso 16.01 12.21 12.38 6.52 4.88 10.4 6 Kab. Gresik 21.17 21 11.82 7.77 7.74 13.9 7 Kab. Jember 20.72 17.09 18.65 8.8 9.59 14.97 8 Kab. Jombang 23.68 19.18 15.57 6.43 6.31 14.23 9 Kab. Kediri 37.52 81.62 17.28 11.57 10.1 31.62 10 Kab. Lamongan 18.75 20.48 7.38 6.05 7.21 11.98 11 Kab. Lumajang 20.47 23.41 5.5 5.91 9.76 13.01 12 Kab. Madiun 23.38 17.81 12.61 11.64 11 15.29 13 Kab. Magetan 22.75 13.63 8.45 4.95 9.05 11.77 14 Kab. Malang 38.73 20.97 13.6 12.04 11.3 19.32 15 Kab. Mojokerto 17.94 23.79 9.55 5.83 10.3 13.48 16 Kab. Nganjuk 20.71 15.76 14.13 7.26 7.54 13.08 17 Kab. Ngawi 27.51 24.43 10.09 9.57 33.8 21.09 18 Kab. Pacitan 19.15 35.06 10.35 5.46 5.02 15.01 19 Kab. Pamekasan 22.48 40.49 8.03 8.35 11.3 18.13 20 Kab. Pasuruan 24.75 16.56 12.8 11.16 8.79 14.81 21 Kab. Ponorogo 20.85 25.34 8.92 6.32 7.39 13.77 22 Kab. Probolinggo 31.22 19.59 11.97 9.47 10.6 16.56 23 Kab. Sampang 31.25 19.49 13.62 11.83 8.55 16.95 24 Kab. Sidoarjo 46.3 41.88 13.17 8.63 7.62 23.52 25 Kab. Situbondo 29.95 23.09 13.15 10.8 11.2 17.63 26 Kab. Sumenep 43.5 19.07 13.6 8.32 7.77 18.45 27 Kab. Trenggalek 16.77 25.04 13.44 6.35 5.06 13.33 28 Kab. Tuban 60.92 27.04 16.73 13.38 11.1 25.84 29 Kab. Tulungagung 16.96 21.41 8.39 11.29 7.56 13.12
Berdasarkan data sampel daya saing ekonomi daerah di Provinsi Jawa Timur diperoleh rangking daya saing seperti disajikan pada Tabel 5. Tampak pada Tabel 5, rangking daya saing ekonomi daerah yang menjadi sampel menunjukkan bahwa semua daerah mengalami kenaikan rangking daya saing, kecuali Kabupaten Banyuwangi yang rangkingnya daya saingnya tetap pada rangking 75. Daya saing daerah meliputi Ekonomi Daerah; Faktor Kelembagaan; Infrastruktur Fisik; Keamanan, SosPol, dan Budaya; serta Ketenagakerjaan. Berdasarkan 5 unsur daya saing daerah, rata-rata kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur mempunyai kelemahan di daya saing infrastruktur fisik. Daya saing ekonomi daerah mempunyai kelemahan di efisiensi barang, efisiensi tenaga kerja, dampak peraturan perundangan, hambatan perdagangan, ongkos bisnis kejahatan dan kekerasan (Nasich, 2011).
30 Kota Batu 46.19 36.41 10.46 20.64 22.9 27.32 31 Kota Blitar 0 32.21 7.08 5.73 5.44 10.09 32 KotaKediri 16.25 9.92 7.99 10.3 6.36 10.16 33 Kota Madiun 29.63 13.3 10.98 17.96 10.2 16.42 34 KotaMalang 3.69 51.38 17.76 12.59 8.03 18.69 35 Kota Mojokerto 36.6 16.24 8.62 9.78 9.58 16.16 36 Kota Pasuruan 25.94 42.52 11.08 6.96 10.6 19.42 37 Kota Probolinggo 30.69 28.19 14.56 10.76 8.19 18.48 38 KotaSurabaya 70.11 37.92 19.46 24.61 18.5 34.12
Sumber: Tabel 2. Data diolah.
Tabel 5
Sampel Rangking Daya Saing Ekonomi Daerah di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2009-2010
Daerah 2009 2010 Kab.Banyuwangi 75 75 Kab.Blitar 84 72 Kab.Kediri 82 66 Kab.Magetan 112 92 Kab.Mojokerto 76 68 Kab.Pamekasan 118 98 Kab.Pasuruan 118 103 Kab.Sidoarjo 23 18 Sumber: www.kppod.go.id.
Pengujian dengan Uji Tanda untuk membuktikan hipotesis penelitian bahwa 1) H1: terjadi kenaikan alokasi anggaran pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun; 2) H2: terjadi kenaikan daya saing ekonomi daerah dari tahun ke tahun; dan 3) H3: peningkatan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur mempunyai korelasi searah dengan kenaikan alokasi DAK bidanginfrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Hasil pengujian hipotesis ditunjukkan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, maka H1 yang menyatakan bahwa terjadi kenaikan alokasi anggaran pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun diterima, karena nilai p value 0,035 < 0,05 (alpha). Demikian juga, H2 yang menyatakan bahwa terjadikenaikan daya saing ekonomi daerah dari tahun ke tahun diterima, karena nilai p value 0,004 < 0,05 (alpha).
Tabel 6
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis P value Z hitung Pengujian
1 0,035 *) - Signifikan
2 0,004 *) - Signifikan
3 - 5,99 **) Signifikan
Sumber: Tabel 2 dan Tabel 5.
Keterangan: *) signifikan karena p value<a = 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dengan Uji Tanda maka nampak bahwa peningkatan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur searah dengan kenaikan alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Untuk menguji hipotesis (H3) bahwa peningkatan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur mempunyai korelasi searah dengan kenaikan alokasi DAK bidanginfrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, maka dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan koefisien korelasi ranking Spearman (rs).Berdasarkan olah data Tabel 2 dan Tabel 5, maka dapat ditentukan nilai-nilai yang diperoleh dari hasil olah perhitungan data tersebut ke dalam rumus untuk menentukan koefisien korelasi ranking Spearman, yaitu sebagai berikut:
rs = 1 – (6 Σd2) / n(n2 – 1) = 1 – 6(16) / 38(382 – 1) = 1 – 96/54834 = 1 – 0,0017 = 0,9983
Koefisien korelasi sebesar 0,9983 antara skor alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur menunjukkan hubungan yang positif (searah). Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) bertanda positif (lebih besar daripada 0). Artinya, semakin tinggi skor alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, maka ada kecenderungan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, maka ada kecenderungan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur rendah. Arti angka rs = 0,9983 atau 99,83% menunjukkan bahwa hubungan antara alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur terjadi hubungan yang sangat erat (sempurna) karena angka 99,83% mendekati angka 100%.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang disajikan pada Tabel 6, maka peningkatan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur mempunyai korelasi searah dengan kenaikan alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, apabila alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur mempunyai pertumbuhan yang berfluktuatif dan nilai persentase alokasi DAK bidang infrastruktur terhadap alokasi DAK total yang relatif rendah maka capaian daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur juga rendah.
Penjelasan tersebut tampak pada Tabel 3, bahwa pertumbuhan alokasi DAK untuk bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 mengalami fluktuasi pertumbuhan. Rata-rata pertumbuhan tertinggi dicapai Kabupaten Ngawi sebesar 53,95% sedang terendah dicapai Kabupaten Sumenep sebesar -11,41%. Sedang penjelasan pada Tabel 4, tampak bagian alokasi DAK untuk bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 mengalami fluktuasi bagian dan nilainya relatif rendah. Rata-rata bagian tertinggi dicapai Kota Surabaya sebesar 34,12% sedang terendah dicapai Kota Blitar sebesar -10,09%. Hal ini menunjukkan bahwa 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 tidak setiap tahun mempunyai kepastian memperoleh kenaikan alokasi DAK dari pusat, sehingga besarnya alokasi DAK dari pusat yang diterima di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011 daerah dapat meningkat, menurun, atau tetap.
Ketidakpastian kenaikan alokasi DAK yang diterima daerah disebabkan 1) tidak ada pagu DAK seperti halnya DAU (26%) sehingga menjadi tidak pasti besaran alokasi DAK per tahun, 2) perubahan bobot kriteria teknis pada penentuan besaran DAK menjadi 80% yang sebelumnya 50% berdampak terhadap banyaknya daerah yang tidak akan menerima alokasi DAK seperti tahun-tahun sebelumnya, 3) alokasi DAK untuk tunjangan-tunjangan sehingga mengakibatkan pembangunan infrastruktur menjadi tidak optimal dalam pencapaiannnya, dan 4) perolehan 19 bidang yang terlalu banyak sehingga DAK per wilayah yang diterima menjadi tidak bermakna (bagian DAK menjadi relatif rendah persentasenya).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka untuk meningkatkan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Timur agar mampu bersaing dengan daerah lain dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015, maka pemerintah harus berhasil dalam pembangunan infrastruktur seperti pembangunan infrastruktur fisik untuk transportasi massal yang terintegrasi dan infrastruktur transportasi
umumnya di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan keseluruhan wilayah Indonesia. Kegagalan pembangunan infrastruktur akan berdampak pada high cost economy dan lemahnya daya saing ekonomi daerah. Pembiayaan pembangunan infrastruktur dapat dipenuhi dengan mengoptimalkan alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan keseluruhan wilayah Indonesia berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa:
1. Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan terhadap penguatan daya saing ekonomi daerah Provinsi Jawa Timur. Peranan tersebut ditunjukkan pada i) Kenaikan alokasi anggaran pembangunan DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan ii) Kenaikan peringkat daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.
2. Peningkatan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur mempunyai korelasi searah dengan kenaikan alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Artinya, semakin tinggi skor alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, maka kecenderungan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tinggi. Dan sebaliknya, semakin rendah skor alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, maka kecenderungan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur rendah.Arti angka rs = 0,9983 atau 99,83% menunjukkan bahwa antara alokasi DAK bidang infrastruktur di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur terjadi korelasi yang sangat erat (sempurna) karena angka 99,83% mendekati angka 100%.
Berdasarkan simpulan tersebut, maka disampaikan saran yang diharapkan berguna untuk kepentingan praktis dan penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Untuk meningkatkan daya saing ekonomi daerah di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur agar mampu bersaing dengan daerah lain dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015, maka pemerintah harus berhasil dalam pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu menyediakan sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur yang berupa alokasi DAK bidang infrastruktur sebagai dana transfer dari pemerintah pusat kepada daerah yang terkelola dengan benar dan baik. Prioritas bidang infrastruktur yang dipilih adalah bidang jalan/jembatan, ketenagalistrikan, dan transportasi.
2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah unit analisis sebagai lokasi penelitian sehingga obyek penelitian menjadi lebih ragam dan luas. Lebih ragam dan luasnya obyek penelitian akan menjadikan hasil penelitian menjadi lebih robust.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Agus, (2012), “Peran Infrastruktur Dalam Pengembangan Wilayah”, staffsite.gunadarma.ac.id/ agus_dh, download 6 Juni 2013.
Hidayatika, Meiningtyas Dwi, (2007), “Kaitan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi”, Tesis, download 6 Juni 2013.
Hartono, Ocktavianus, (2011), “Aspek Hukum Penataan Ruang dalam Mendukung Pembangunan Infrastruktur Bisnis, Dialogia Iuridica, 3(1):90-100.
Hofman, B., Kadjatmiko, Kaiser, K., dan Sjahrir, B.S. (2006), “Evaluating Fiscal Equalization in Indonesia. World Bank Policy Research Working Paper 3911, May 2006.
Jedawi, Murtir, (2012), “The Role of Bureucracy Increasing Competitiveness and Local Invesment”, Mangkau, 1:9-16.
Ma’ruf, Ahmad dan Latri Wihastuti, (2008), “Pertumbunan Ekonomi Indonesia: Determinan dan Prospeknya”,Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, 9(1):44 – 55.
Nasich, M. (2011), “Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015”. Seminar Nasional di Jombang, Oktober 2011, download26 Agustus 2013.
Nursini, (2012), “Implementation of Fiscal Decentralization in Indonesia: 2001-2009”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 13(1):1-17.
Pramuka, Bambang Agus, (2010), “Flypaper Effect pada Pengeluaran Pemerintah Daerah di Jawa”, Jurnal Ekonomi Pembangunan,11(1):1-12.
Prasetyo, Adi, (2011), “Peningkatan Daya Saing Daerah Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN”, Diplomasi: Media Komunikasi dan Interaksi, 4(49):4.
Ramadhan, Alvian, (2012), “Interaksi Kepentingan Eksekutif dan Legislatif (Studi tentang Proses Penyusunan dan Penetapan APBD Bidang Pembangunan Tahun 2012, di Kabupaten Malang)”, Jurnal Politik Muda, 1(1):94-107.
Samiadji, Bambang Tata, (2009), “Skenario Global Pengembangan Infrastruktur Bagi Peningkatan Daya Saing Nasional”, Water Forum, 30 Maret 2009.
Sriyana, Jaka, (2011), “Disparitas Fiskal Antardaerah di Provinsi Jawa Tengah”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 12(1):56-66.
Tjahayana, Agus, (2010), “Peningkatan Daya Saing Industri Indonesia Guna Menghadapi Asean-China FTA dalam Rangka Memperkokoh Ketahanan Nasional”, Jurnal Kajian Lemhannas RI, 14:41-73. [http://www.bi.go.id]
[http://www.depkeu.go.id] [http://www.kppod.go.id] [http://www.kronline.co.id]