• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan daya saing di tingkat nasional , yang perlu difokuskan pada beberapa hal sebagai berikut:

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

TAHUN NEGARA

E. Upaya Ke Depan

1. Perbaikan daya saing di tingkat nasional , yang perlu difokuskan pada beberapa hal sebagai berikut:

a. Menjaga stabilitas ekonomi makro

Indonesia perlu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang saat ini masih tumbuh dengan laju yang cukup tinggi, walaupun di tengah situasi perekonomian global. Namun demikian, momentum pertumbuhan ekonomi ini perlu diimbangi dengan upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi makro, yang antara lain dengan menjaga: stabilitas harga (inflasi), stabilitas nilai tukar, dan makroprudensial sektor keuangan. Stabilitas ekonomi makro yang lebih terjaga tentunya akan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia, yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap daya saing perekonomian nasional.

b. Meningkatkan peran kelembagaan ekonomi dalam perekonomian nasional.

Kelembagaan ekonomi yang diharapkan berperan penting untuk mendukung daya saing ekonomi nasional dalam menghadapi AEC 2015 dapat dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan fungsinya, yaitu kelembagaan terkait dengan: (i) persaingan usaha; (ii) standar kompetensi kerja; (iii) standarisasi produk; dan (iv) perlindungan konsumen.

Gambar 15. Peranan Kelembagaan Ekonomi

c. Mengurangi defisit neraca perdagangan dengan negara ASEAN.

Penyebab utama defisit neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN adalah besarnya impor minyak Indonesia dari Singapura dan Malaysia. Oleh sebab itu, upaya Pemerintah ke depan perlu juga difokuskan pada: (i) peningkatan diversifikasi energi (terutama pengembangan energi terbarukan), sehingga tingkat kebergantungan pada impor minyak menjadi berkurang; serta (ii) memudahkan prosedur dan perijinan investasi sektor migas. 2. Perbaikan daya saing di tingkat daerah, yang perlu difokuskan pada beberapa hal sebagai

berikut:

a. Peningkatan pemahaman masyarakat daerah terhadap AEC 2015. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha di daerah terhadap pelaksanaan AEC 2015 akan menjadi salah satu faktor penghambat pemanfaatan AEC secara optimal. Untuk itu, Pemerintah Daerah perlu untuk melakukan sosialisasi dan edukasi masyarakat yang lebih intensif dan tepat sasaran, melalui berbagai media komunikasi yang dapat menjangkau lapisan

masyarakat yang lebih luas. Selain itu, komunikasi dan koordinasi antara pemerintah daerah dan swasta daerah menjadi suatu hal yang penting. Salah satunya adalah dengan penyelenggaraan Forum Dialog AEC antara pemerintah dan swasta daerah yang perlu dilakukan secara rutin, agar pemerintah dapat segera mengantisipasi pemberian fasilitas yang diperlukan untuk dunia usaha memanfaatkan peluang AEC dan pihak dunia usaha pun dapat segera memperoleh informasi dari pemerintah daerah terkait dengan perkembangan kebijakan terkini.

b. Perbaikaniklim investasi dan iklim usaha daerah. Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan daerah lainnya secara bersama-sama perlu meningkatkan iklim investasi dan iklim usaha agar daerahnya dapat menjadi tempat berinvestasi yang lebih menarik dan sebagai tempat pengembangan usaha yang kondusif. Hal ini sangat penting karena peningkatan investasi akan mendorong penciptaan kesempatan kerja yang lebih besar, sehingga dapat mencegah terjadinya kekosongan (hollow out) tenaga kerja terampil di masing-masing daerah. Untuk itu, upaya strategis yang perlu segera dilakukan adalah: (i) mempermudah pelayanan perijinan usaha, (ii) meningkatkan transparansi proses dan biaya perijinan, serta (iii) menghapuskan berbagai regulasi/peraturan daerah yang tumpang tindih dan yang terlalu membatasi dunia usaha untuk berkembang.

c. Peningkatan infrastruktur daerah. Salah satu faktor yang meningkatkan daya tarik investasi di daerah adalah ketersediaan infrastruktur yang sangat penting untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah, sehingga tingkat kesenjangan antar daerah dapat berkurang. Untuk itu, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Pemerintah Pusat agar dapat memfokuskan pembangunan daerahnya pada upaya peningkatan infrastruktur, terutama: infrastruktur jalan, energi, pelabuhan, dan telekomunikasi. Ketersediaan infrastruktur yang lebih baik secara otomatis akan mengurangi biaya produksi dan biaya transportasi.

d. Peningkatan daya saing produk ekspor unggulan daerah. Masing-masing daerah memiliki produk unggulan ekspor yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan pasar ASEAN yang lebih terbuka, masing-masing daerah memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memasarkan produk unggulan ekspornya di kawasan ASEAN. Untuk itu, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing produk ekspor daerahnya adalah: (i) pemberian fasilitasi pengembangan industri berorientasi ekspor di daerah, terutama usaha kecil dan menengah, (ii) pendirian pusat layanan informasi pasar ASEAN agar para pengusaha dapat memperoleh informasi peluang pasar ASEAN secara cepat dan akurat, (iii) peningkatan kualitas dan standar produk; serta (iv) perluasan akses UKM daerah terhadap modal dan teknologi.

e. Peningkatan kualitas SDM daerah. Aliran bebas tenaga kerja terampil saat pelaksanaan AEC 2015 akan menyebabkan pasar tenaga kerja menjadi lebih kompetitif. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah perlu merumuskan kebijakan dan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas SDM di daerahnya. Beberapa hal perlu dilakukan antara lain adalah: (i) Penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja untuk menghasilkan kualitas tenaga kerja sesuai dengan standar kompetensi tenaga kerja tingkat ASEAN; (ii) peningkatan kerjasama dengan negara ASEAN lainnya (terutama dengan negara ASEAN yang lebih maju) untuk memberikan pelatihan kepada tenaga kerja terampil sesuai dengan standar dan kualifikasi ASEAN; (iii) peningkatan kerjasama Pemerintah Daerah dan Dunia Usaha untuk meningkatkan link and match antara pendidikan dan pasar tenaga kerja, sehingga lulusannya dapat mudah terserap di pasar tenaga kerja

f. Penciptaan iklim ketenagakerjaan daerah yang lebih kondusif. Kekakuan pasar tenaga kerja (labour market rigidity) dapat mengakibatkan industri padat karya tidak berkembang, dan bahkan dapat mendorong industri padat karya bertransformasi menjadi industri padat modal. Akhirnya, kondisi ini dapat mengakibatnya berkurangnya kesempatan kerja dan penurunan daya beli masyarakat. Dilain pihak, fleksibilitaspasar tenaga kerja yang meningkat

juga perlu diimbangi dengan kebijakan jaminan sosial yang memadai, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat tetap terjaga. Untuk itu, beberapa hal yang perlu menjadi perhatian daerah adalah: (i) meninjau ulang pengaturan upah minimum provinsi/kabupaten/ kota agar sesuai dengan laju inflasi tetapi tidak memberatkan dunia usaha; (ii) mendorong komunikasi bipartit yang lebih baik antara pengusaha dan pekerja, terutama dalam penentuan upah dan penyelesaian permasalahan perburuhan lainnya; (iii) mempermudah perusahaan di daerah melakukan rekruitmen tenaga kerja dan melaksanakan rasionalisasi jumlah pekerja; serta (iv) memberikan edukasi kepada asosiasi/serikat buruh di daerah untuk menjaga iklim ketenagakerjaan yang lebih baik dan menghindari gerakan buruh yang bersifat radikal dan anarkis.

F. Kesimpulan

ASEAN Economic Community (AEC) merupakan realisasi dari integrasi ekonomi kawasan ASEAN, dengan menciptakan kawasan ASEAN menjadi pasar tunggal dan basis produksi atau yang sering disebut sebagai single market and production base. Dengan harapan bahwa ASEAN akan menjadi kawasan yang lebih dinamis dan kompetitif. Namun demikian, konsekuensi dari terbentuknya AEC ini adalah bebasnya pergerakan arus barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil di antara sesama negara ASEAN.

Pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN yang cukup tinggimenunjukkan besarnya potensi ekonomi kawasan dan diharapkan akan semakin kuat dengan adanya AEC 2015. Namun demikian, Indonesia masih perlu bekerja keras untuk menyusun upaya-upaya yang terintegrasi agar AEC 2015 dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian Indonesia. Hal ini karena masih banyaknya tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi pelaksanaan AEC 2015, yang antara lain: defisit neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN yang cenderung meningkat, belum berfungsinya kelembagaan ekonomi secara optimal, serta bervariasinya kondisi ekonomi dan tingkat pembangunan daerah yang menjadi salah satu penyebab perbedaan tingkat kesiapan daerah dalam menghadapi AEC 2015.

Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan perlu bersama-sama meningkatkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, makalah ini merekomendasikan berbagai upaya strategis yang dikelompokkan menjadi: upaya peningkatan daya saing tingkat nasional dan upaya peningkatan daya saing tingkat daerah. Dengan demikian diharapkan setiap pemangku kepentingan pusat dan daerah dapat segera menyelaraskan langkahnya agar Indo-nesia dapat lebih siap dalam menghadapi AEC 2015.

Daftar Pustaka

Abdulah, Piter., et.al (2002). Daya Saing Daerah: Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, BPFE, Yogyakarta.

ASEAN (2008),ASEAN Economic Community Blue Print, The ASEAN Secretariat, Indonesia.

Baldwin, Richard E(2007),Managing the Noodle Bowl: The Fragility of East Asian Regionalism, ADB Working Paper Series on Regional Economic Integration No. 7.

Benny, Guido and Kamarulnizam Abdullah (2011),Indonesian Perceptions and Attitudes toward the ASEAN Community, Journal of Current Southeast Asian Affairs, 30, 1, 39-67.

Djaafara, Rizal, et.al (2012), Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Proses Harmonisasi di Tengah Persaingan, Bank Indonesia.

IFC (2012), Doing Business in Indonesia, Bank Dunia.

Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi (2013), Kondisi dan Upaya Peningkatan Daya Saing Ketenagakerjaan Indonesia dalam Menghadapi AEC 2015, Tinjauan Ekonomi dan Keuangan, Vol. 3, No. 6.

Kementerian Luar Negeri (2013), Optimisme Masyarakat Sulawesi Selatan Menyambut Komunitas Ekonomi ASEAN, Buletin Komunitas ASEAN, Edisi Kedua, Juli 2013. SMERU (2003), Penerapan UpahMinimum diJabotabek danBandung, Jakarta.

Winantyo, R dan Usmanti Rohmadyati (2008), Aliran Bebas Tenaga Kerja Terampil dalam MEA 2015, dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, Bank Indonesia.

LAMPIRAN A

Jadwal Penurunan Tarif Skema CEPT-AFTA

1. Tahun 2003 : 60% produk dengan tarif 0% 2. Tahun 2007 : 80% produk dengan tarif 0% 3. Tahun 2010 : 100% produk dengan tarif 0% a. Tahun 2006 : 60% produk dengan tarif 0% b. Tahun 2010 : 80% produk dengan tarif 0% c. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0% 1. Tahun 2008 : 60% produk dengan tarif 0% 2. Tahun 2012 : 80% produk dengan tarif 0% 3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0% 1. Tahun 2010 : 60% produk dengan tarif 0% 2. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%

Negara Anggota

AFTA Jadwal Penurunan/Penghapusan

ASEAN - 6

Vietnam

Laos dan Myanmar

Kamboja

LAMPIRAN B

Hasil Lengkap Kuesioner Kementerian Luar Negeri

a. Belum memahami secara mendalam, meski pernah mendengar AEC dari berbagai sumber (54%) b. Telah mengetahui dan memahami AEC (26%) c. Belum mengetahui adanya AEC (20%) a. Kegiatan sosialisasi/seminar (40%) b. Media elektronik (32%) c. Media cetak (16%) d. Media online (12%) a. Mendukung (88%) b. Netral (11%) c. Tidak mendukung (1%) a. Optimis (80%) b. Netral (18%) c. Pesimis (2%)

a. Daya saing Indonesia yang lemah (36%)

b. Kurangnya dukungan yang diberikan pemerintah kepada pelaku usaha (40%)

c. Lemahnya infrastruktur (17%)

d. Peraturan nasional yang tidak harmonis (7%)

Pertanyaan Jawaban Responden

Pemahaman masyarakat Sulsel terhadap AEC

Sumber informasi AEC

Dukungan masyarakat Sulsel terhadap AEC

Tantangan paling besar dihadapi oleh Indonesia dalam perwujudan AEC

Sikap masyarakat Sulsel menghadapi AEC

Keterangan:

Survei ini dilakukan oleh Ditjen Kersama ASEAN, Kementerian Luar Negeri pada Bulan Maret 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan terhadap 153 responden. Adapun profil respondennya adalah: 50% pelaku usaha, 15% pegawai negeri, 7% mahasiswa, dan 18% lain-lain.

Kesiapan Indonesia

menghadapi saingan di AEC

a. Sudah siap (64%) b. Belum siap (36%)

a. Masih tertinggal dari negara ASEAN lainnya (43%) b. Setingkat dengan negara ASEAN lainnya (38%) c. Melebih negara ASEAN lainnya (19%)

a. Menarik investasi asing ke Sulawesi Selatan (40%) b. Memberikan perluasan pangsa pasar proudk lokal

(24%)

c. Menjaga kestabilan ekonomi(19%)

d. Meningkatkan produksi serta ekspor Sulsel (17%) Bagaimana daya saing Indonesia

dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya

Manfaat AEC bagi masyarakat Sulsel

LAMPIRAN C

Komposisi Tenaga Kerja di Setiap Provinsi Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

LAMPIRAN D

Perbandingan Iklim Ketenagakerjaan di Lima Negara ASEAN, China, dan India

Sumber: JETRO (2006)

Thailand Malaysia Indonesia Philippines

Regulations concerning employment contracts Regulations concerning dismissal Systems related to temporary employees Current status concerning labor disputes Main issues concerning labor

Contracts with fixed terms are difficult in principle.

However, dismissal is possible anytime during the trial period (119 days).

No restrictions

Few labor strikes have occurred (1 or 2 annually over the last few years). However, there appears to be an increase in petitions being submitted and unions established

Rising wages. Personnel shortage (engineers, etc.), job-hopping. Prohibition on salary reductions ( impediment to introduction of merit pay)

Contracts with fixed terms are difficult in principle.

It is required that the proper dismissal procedures be complied with, and documentations be prepared indicating the basis.

Even for temporary employees dispatched by an agency, the company that engages the employee has to verify whether or not the person is an illegal worker.

Few labor strikes have occurred (2~4 annually over the last few years).

Rising wages. Restrictions on bringing in foreign workers. Personnel shortage (engineers, mid-level managers), job-hopping.

Contracts with fixed terms are prohibited except for temporary works or seasonal works

Under current law, the approval of the Ministry of Labor and Employment must be obtained whenever an employer dismisses an employee. Dispatched employeel are permitted only for supplementary works or not directly related to the production lines

The number of strikes is increasing from 96 for 2005 (whole year) to 169 for Jan-May 2006

Rising wages.

Radical labor movements. Overprotective labor laws.

An employee who has worked continuously for 6 months or longer must be made a regular employee.

In order to dismissal, the employer have to give a warning letter to the employee and submit evidences to the lawyer at least twice.

Dispatching unskilled workers is prohibited.

Although the occurrence of labor strikes is tending to decrease, union activities led by a radical central organization are a cause for concern.

Rising wages. Radical union activities. Unpredictable “non-work special holidays,” low levels of English and education, prohibition on salary reductions.

LAMPIRAN D (lanjutan)

Vietnam China India

Regulations concerning employment contracts Regulations concerning dismissal System related to temporary employees Current status concerning labor disputes Main issues concerning labor

Even with fixed period contracts, a permanent contract must be concluded with the third contract renewal.

Depending on the kinds of contracts, the employer notified the employee the discharge of a contract 45, 30, 3 days before.

No restractions

Labor disputes have occurred in the South since the second half of 2005 to the beginning of 2006.

Rising wages, personnel shortage (engineers, mid-level managers), job-hopping.

Contracts are ordinarily for 1~3 years. However, a permanent contract must be concluded in the event employment exceeds 10 years.

Dismissal is possible by not renewing the contract. Trial period may be established up to 6 months.

No restractions

Labor disputes are on the rise. Labor strikes are also increasing. In 2004, collective labor disputes, including strikes, increased 72.7% to 19,000 cases.

Rising wages, job-hopping.

When 180 days of the employment period pass, the

employee will be given the right to become a formal employee.

Other than in cases of misconduct, companies with 100 or more employees are required to receive approval in advance from the state government for instances of dismissal.

The Contract Labour (Regulation and Abolition) Act requires the company who is receiving workers to register.

The number of labor strikes that occurred in 2004, 2004 reached 236, 243, respectively. But the number from January to May in 2006 decreased to only 76.

Rising wages, rigid employee protections laws, labor disputes.

I. PENDAHULUAN

Perbandingan indikator ekonomi kelompok negara di dunia ditunjukkan pada data berikut ini:

PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH DALAM