• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Bayu Krisnamurthi

Wakil Menteri Perdagangan

I. PENDAHULUAN

erdagangan Bebas (Free Trade Area atau FTA) dilakukan karena 1) perundingan WTO/ multilateral–Doha Development Agenda (DDA) belum dapat diselesaikan dan terus tertunda sejak dideklarasikan 2002; 2) makin banyak negara dan kelompok negara di suatu kawasan yang mengikatkan diri pada perjanjian FTA (bilateral & regional) untuk pertukaran preferensi khusus yang tidak diberikan kepada non-party; 3) data empirik membuktikan bahwa biaya yang harus dikeluarkan lebih mahal apabila suatu negara tidak bergabung dalam FTA; dan 4) “Engagement” dapat meningkatkan posture negara dalam tata pergaulan dunia dan efeknya adalah kepercayaan dunia (bisnis) usaha pada Indonesia, selain meningkatkan status bangsa di mata dunia. Perjalanan ASEAN di pilar ekonomi ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini:

P

Gambar 1

Perjalanan Asean di Pilar Ekonomi

Kronologi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ditunjukkan dengan di mulainya pertemuan ASEAN Vision 2020, dimana stabil, makmur, berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata, dan tingkat kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang menurun. Hal ini diselenggarakan pada KTT ASEAN, Kuala Lumpur, Desember 1997. Kemudian pertemuan Bali Concord II 2003, di mana 3 pilar untuk mewujudkan Visi ASEAN, yaitu 1) ASEAN Economic Community, 2) ASEAN Security Community, dan 3) ASEAN Socio-Cultural Community (KTT ASEAN, Bali, Oktober 2003). Setelah itu disambung dengan pertemuan Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015, dimana para pemimpin ASEAN mensahkan roadmap for an ASEAN Community 2009-2015 pada tanggal1 Maret 2009 di Hua Hin-Cha am Thailand, yang memuat 3 (tiga) cetak-biru Masyarakat ASEAN, yaitu 1) Politik-Keamanan, 2) Ekonomi, dan 3) Sosial-Budaya.

Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 merupakan pilar ekonomi, yang menjadi peta-jalan (roadmap) ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint 2015; merupakan implementasi AEC Blueprint yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu 1) 2008–2009; 2) 2010-2011; 3) 2012–2013; dan 4) 2014 – 2015, dan merupakan rincian mengenai langkah yang harus diwujudkan pada setiap periode dapat diperiksa pada Strategic Schedule for ASEAN Economic Community yang menjadi bagian integral dari AEC Blueprint. Perhatikan Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2 MEA Tahun 2015

Elemen pilar aec blueprint memuat 1) rencana aksi dan target waktu hingga tahun 2015: 2) pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional berupa arus barang, jasa, dan investasi yg bebas, tenaga kerja yang bebas, arus permodalan yang lebih bebas, Priority Integration Sectors (PIS), serta pengembangan sektor food-agriculture-forestry; 3) kawasan Berdaya-saing Tinggi dimana kebijakan persaingan, perlindungan konsumen, HKI, pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, e-Commerce; 4) kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata karena terdapat pengembangan UKM, prakarsa bagi integrasi ASEAN (untuk CLMV); dan 5) integrasi dengan perekonomian dunia, dimana pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, partisipasi yang semakin meningkat dalam jaringan suplai global. Implementasi baik tingkat ASEAN maupun tingkat nasional sejak 2008 dan dimonitor

II. PEMBAHASAN

1. MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

MEA 2015 mempunyai 4 pilar, yaitu:

1. Pilar 1: Integrasi Pilar Pasar Tunggal dan Berbasis Produksi

Pilar ini meliputi arus bebas barang, jasa, investasi, dan bidang lainnya. Arus bebas barang meliputi bebas tarif bea masuk (TBM) kecuali TBM beberapa produk (Indonesia: Beras, Gula dan Minol); Non Tariff Barriers (NTBs) semakin berkurang; SKA/COO; harmonisasi atau saling mengakui standar mutu barang, sistem kepabeanan yang semakin sederhana, National Single Window (NSW)/ASEAN Single Window (ASW); penerapan National Trade Repository (NTR)/ATR); dan Self Certification (SC). Arus bebas jasa meliputi telekomunikasi, kesehatan, pariwisata, transportasi udara, keuangan, dan sebagainya, Penyertaan Modal Asing (PMA) hingga 70%, hambatan perdagangan jasa dihapus secara nyata, dan mobilitas tenaga kerja professional semakin bebas. Arus bebas investasi meliputi penghapus an hambatan terhadap investasi asing (FDI) dan melakukan promosi investasi. Bidang lainnya di antaranya ASEAN yang memiliki cadangan beras untuk tujuan emergensi (APTERR) dan sistem informasi ketahanan pangan (AFSIS) .

2. Pilar 2: Integrasi Pilar Kawasan Berdaya Saing Tinggi

Pada Pilar 2, ASEAN memiliki kebijakan persaingan usaha, sistem dan mekanisme perlindungan konsumen, serta Hak Kekayaan Intelektual; Masing-masing negara anggota memiliki konektivitas domestik yang baik (Indonesia misalnya perlu membangun konektivitas laut dan udara secepat mungkin); Masing-masing negara anggota semakin terhubung dengan

baik (ASEAN Connectivity) secara fisik (darat, udara, laut), institusi, dan orang per orang (Pariwisata ASEAN); Kerjasama energi dalam rangka keamanan energi Negara anggota; serta Kerjasama Perpajakan dan Perdagangan secara elektronik (e-Commerce).

3. Pilar 3: Integrasi Pilar Pembangunan Ekonomi yang Merata

Pada Pilar 3, pembangunan perekonomian yang ditujukan pada upaya mengurangi kesenjangan ekonomi antara negara anggota dan pelaku usaha di masing-masing negara anggota melalui pengarusutamaan UKM: peningkatan akses pelaku UKM ke sumber-sumber pembiayaan (ASEAN SME Development Fund) ke pasar ASEAN dan pasar lainnya, akses ke informasi dan teknologi; program pembangunan di sektor ekonomi yang menjadi sektor andalan negara anggota yang kurang berkembang seperti Laos, kamboja, Myanmar dan Vietnam dalam bidang pertanian, investasi, transportasi, fasilitasi perdagangan dan optimalisasi kerjasama ASEAN – Mitra Dialog bagi pengurangan kesenjangan.

4. Pilar 4: Integrasi di Pilar Integration Into Global Economy

Pada Pilar 4, berkembangnya kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara Mitra (ASEAN + 1 FTA dan ASEAN FTA +++) seperti negara mitra saat ini seperti China, Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zealand, dan India; negara mitra potensial seperti AS, Rusia, Uni Eropa, dan Canada; terbukanya pasar negara mitra bagi produk negara-negara ASEAN dan sebaliknya; serta meningkatnya kapasitas Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam negara anggota ASEAN melalui transfer teknologi dan informasi dari negara mitra sehingga mampu memasuki pasar negara mitra

2. PASAR TUNGGAL JASA ASEAN

Sektor jasa penting bagi ASEAN karena sektor jasa memberikan kontribusi sebesar 41,5% dari total PDB ASEAN pada tahun 2009, investasi jasa di ASEAN pada tahun 2009 mencapai 50% dari total investasi di ASEAN; pertumbuhan sektor jasa lebih cepat dibanding sektor manufaktur; kontribusi terhadap GDP terus meningkat dari 45% tahun 2000 menjadi 55% tahun 2012; sektor jasa menyerap tenaga kerja cukup tinggi tinggi (mencapai 39% angkatan kerja pada tahun 2000 dan meningkat menjadi 45% tahun 2010); total perdagangan jasa intra ASEAN mencapai US$ 44,4 Milyar, sementara total perdagangan jasa ekstra ASEAN mencapai US$ 216,5 Milyar; dan jasa embeded and embodied to manufacturing.

ASEAN Framework Agreement On Services (AFAS) merupakan integrasi sektor jasa dimulai sejak ditandatanganinya AFAS pada 15 Desember 1995 sebagai bentuk komitmen sektor jasa dinegosiasikan ke dalam paket-paket komitmen (Protocol to Implement AFAS). Hingga saat ini ASEAN telah menyelesaikan delapan paket komitmen AFAS, dan akan menyelesaikan dua paket berikutnya di tahun 2013 dan 2015. Tujuan AFAS adalah meningkatkan kerja sama di bidang jasa di antara negara-negara ASEAN dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, divesifikasi kapasitas produksi serta pasokan dan distribusi jasa, baik antara para penyedia jasa di ASEAN maupun di luar ASEAN; memfasilitasi pertumbuhan sektor barang, jasa dan investasi (sektor jasa sebagai “pelumas” pertumbuhan sektor jasa sendiri maupun sektor lainnya); menghapus hambatan perdagangan jasa secara substansial antara anggota ASEAN; dan liberalisasi jasa dilakukan secara progresif sesuai dengan roadmap yang telah disepakati. Pada tahun 2015, sebanyak 128 sektor jasa (ditambah sektor keuangan bank dan non bank serta jasa angkutan udara) akan terbuka dengan kepemilikan ASEAN (Foreign Equity Participation/ FEP) maksimum sebesar 70%, serta tidak adanya hambatan maupun diskriminasi untuk cross border supply dan consumption abroad. Telah ditandatangani Protokol Implementasi AFAS Paket 8 oleh Menteri Perdagangan (tanggal 28 Oktober 2010). AFAS Paket 8 sebanyak 80 sub-sektor dengan ambang batas mode 1 dan 2 none dan mode 3 untuk PIS 70% dan non PIS 51%. Untuk Indonesia menggunakan fleksibilitas FEP di 22 sub-sektor.

Roadmap AFAS meliputi kerangka waktu integrasi sektor jasa ASEAN, yaitu Tahun 2010 di 4 sektor jasa prioritas (air transport, e-ASEAN, healthcare & tourism), yaitu Mode 3, Foreign Equity

Participation (FEP) 70%; Tahun 2013 di Sektor logistik (jasa pergudangan, pengepakan, kargo, kurir, dan jasa pengiriman barang): Mode 3, dan FEP 70%; Tahun 2015 di semua sektor, yaitu Mode 3, FEP 70%, no barriers untuk Mode 1 dan 2, dan revisi target integrasi sub-sektor; Tahun 2010 di AFAS-8, yaitu 80 sub-sektor, baru tercapai 2012 dan belum semua negara ASEAN meratifikasinya termasuk Indonesia; Tahun 2013 di AFAS-9, yaitu 104 sub-sektor; dan Tahun 2015 di AFAS-10, yaitu 128 sub-sektor.

Komitmen indonesia dalam AFAS adalah business services termasuk legal, accounting, architecture, engineering, advisory and consultative services related to engineering;computer and related services; research and development services; rental and leasing services; other business services termasuk advertising services, packaging services; communication services; construction and related engineering services; distribution services; education services; environmental services; financial services; healthcare services; tourism and travel services; recreational, cultural and sporting services; transport services, dan energy services.

Liberalisasi jasa keuangan di ASEAN meliputi perundingan sektor jasa keuangan yang dilakukan melalui suatu badan di ASEAN yang membidangi isu liberalisasi jasa keuangan yaitu Working Committee on Financial Services Liberalisation (WCFSL); perundingan liberalisasi jasa keuangan dijadwalkan dalam beberapa putaran perundingan yang mana setiap putarannya membutuhkan waktu dua tahun. Saat ini, perundingan berada dalam putaran keenam; wakil Indonesia pada perundingan WCFSL adalah Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK); Protocol to Implement Commitments in Financial Services yang meliputi 1st Package ditandatangani 16 Desember 1998 di Hanoi, Vietnam; 2nd Package ditandatangani 6 April 2002 di Yangon, Myanmar; 3rd Package ditandatangani 6 April 2005 di Vientiane, Lao PDR; 4th Package ditandatangani 4 April 2008 di Da Nang, Vietnam; dan 5th Package ditandatangani 4 Mei 2011 di Ha Noi, Vietnam.

Komitmen liberalisasi sektor jasa keuangan Indonesia di semua forum perundingan tidak dapat lepas dari komitmen liberalisasi perdagangan yang irundingkan di forum perundingan WTO. Komitmen WTO selalu menjadi acuan dan basis komitmen sektor jasa Indonesia. Komitmen liberalisasi jasa keuangan Indonesia di forum ASEAN dimulai pada tahun 1998 di putaran pertama perundingan AFAS dengan memberikan komitmen WTO plus pada sektor jasa keuangan perbankan. Pada sektor tersebut, kantor cabang bank asing atau bank patungan asing diperbolehkan membuka kantor perwakilan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Makassar, Denpasar, Batam, Padang, Manado, dan Ambon. Sementara komitmen sektor jasa keuangan perbankan untuk kepemilikan modal asing tidak boleh melebihi 49%. Selanjutnya hingga putaran kelima perundingan jasa keuangan, Indonesia telah memberikan beberapa peningkatan komitmen sebagai berikut: 1) Sektor jasa keuangan perbankan memberikan pihak asing (ASEAN) keleluasaan untuk memiliki saham bank lokal yang tercatat di bursa efek hingga 51%; 2) di samping itu telah dibuka juga ibukota propinsi lain bagi kantor-kantor cabang asing sepanjang permohonan pembukaan kantor-kantor cabang telah lulus economic needs test; dan 3) Memperbolehkan bank asing memiliki dua kantor cabang pembantu dan dua kantor pemasaran tambahan.

Beberapa komitmen jasa keuangan Indonesia di ASEAN, yaitu life insurance services; non-life insurance services; reinsurance services; insurance brokerage services; reinsurance brokerage services; securities business: trading for own account or for account of customers, on an exchange or over the counter market; listed shares, bonds;portfolio management, all forms of collective investment management; asset management limited only to investment fund management; financial lease services;factoring services; consumer finance services; commercial banking business; guarantees and commitments; money market instruments (including cheques, bills, certificates of deposits); foreign exchange;exchange rate and interest rate instruments, including products such as swaps, forward rate agreements; cash management, custodial, and depository services; dan transferable issued in the money market.

Komitmen jasa keuangan Myanmar di ASEAN meliputi average and loss adjustment services (insurance services); actuarial services (insurance services); foreign bank representative offices services; guarantee and commitments; and provisions of financial data processing and related software by suppliers of other financial services.

Komitmen jasa keuangan Kamboja di ASENA meliputi life insurance services; non-life insurance services; reinsurance and retrocession; services auxiliary to insurance; acceptable of deposits and other payable funds from the public; lending of all types, including consumer credit, mortgage credit, factoring and financing of commercial transaction; all payment and money transmission services, including credit, charge and debit cards, travelers cheques and bankers draft; financial leasing; guarantee and commitments; trading for own account or for account for customers; participation in issues of all kinds of securities; asset management; provision of financial information advisory; dan intermediation and other auxiliary financial services.

Komitmen jasa keuangan Laos di ASEAN meliputi life insurance services; non-life insurance services; reinsurance and retrocession; acceptable of deposits and other payable funds from the public; lending of all types, including consumer credit, mortgage credit, factoring and financing of commercial transaction; all payment and money transmission services; financial leasing; guarantee and commitments; trading for own account or for account for customers; participation in issues of all kinds of securities; money broking; asset management such as cash or portfolio management advisory, dan intermediation and other auxiliary financial services.

Tabel 2

Eksportir Utama: Jasa Asuransi

Nilai (dalam juta Dolar AS) Pangsa di 10 negara (%) Perubahan persentase per tahun 2009 2010 2009 2010 ‘05-’09 2008 2009 2010 Uni Eropa (27) Amerika Serikat Swiss Kanada Singapura China Meksiko India Jepang Bahrain 43.338 14.651 5.395 3.983 2.396 1.596 1.594 1.628 861 851 42.414 14.558 4.843 4.392 2.846 1.727 1.831 1.782 1.272 906 56,9 19,2 7,1 5,2 3,1 2,1 2,1 2,0 1,1 1,1 55,4 19,0 6,3 5,7 3,7 2,3 2,4 2,3 1,7 1,2 17 18 13 6 17 31 1 13 0 7 14 25 18 10 20 53 1 4 -30 12 -5 8 -6 -5 31 15 -21 -2 -8 -7 -2 -1 -10 10 19 8 15 17 48 6 Sumber: WTO International Trade Statistics 2011, Tabel III.20

Tabel 1

Eksportir Utama: Jasa Keuangan (Tidak Termasuk Asuransi)

Nilai (dalam juta Dolar AS) Pangsa di 10 negara (%) Perubahan persentase per tahun 2009 2010 2009 2010 ‘05-’09 2008 2009 2010 129.396 55.446 16.183 11.285 9.302 4.804 3.662 2.530 2.280 1.578 130.415 58.003 15.817 12.608 12.168 3.606 6.003 3.312 2.847 1.373 54,7 23,4 6,8 4,8 3,9 2,0 1,5 1,1 1,0 0,7 52,98 23,56 6,43 5,12 4,94 1,46 2,44 1,35 1,16 0,56 8 9 4 16 20 -1 34 7 8 21 0 0 0 -4 4 -12 27 -4 -5 43 -20 -9 -16 -6 -7 -12 -15 -18 -40 9 1 5 -2 12 31 -25 64 31 25 -13 Sumber: WTO International Trade Statistics 2011, Tabel III.23

Tabel 3

Perusahaan Indonesia Yang Memiliki Anak Perusahaan Di Luar Negeri

Bank Jumlah Lokasi

Kantor Contoh Lokasi Kantor di Luar Negeri

Mandiri BNI BRI BCA 7 kantor 5 kantor 3 kantor 2 kantor

Singapura, Hong Kong, Tokyo, New York, London New York, Hong Kong, Kepulauan Cayman Singapura, Hong Kong

Hong Kong Sumber: Ikatan Bankir Indonesia (IBI)

Tabel 4

Anak Perusahaan Bank - 4 Negara (Malaysia, India, China, Brasil) di Luar Negeri Maybank CIMB State Bank of India ICICI ICBC Bank of China Banco Itali Bradesco Tabel 5

Anak Perusahaan Asing di Indonesia

Negara Asal

Perusahaan Induk Perusahaan (Beberapa Contoh)

HSBC Holdings OLC; Standard Chartered PLC; Barclay’s PLC; AVIVA PLC; Prudential PLC; ICAP PLC

Mizuho Financial Group, Inc; MS&AD Insurance Group Holdings, INC; Itochu Corporation; Mitsui & Co.; Nomura Holdings, Inc. Sumitomo Mitsui Financial Group, Inc. UFJ Holdings, Inc.

CIMB Group Holdings Berhad; Malayan Banking Berhad; OSK Holdings Berhad; AMMB Holdings Berhad; Kurnia Asia Berhad AON Corporation; Marsh & MacLennan Companies, Inc.; Marsh & MacLennan Companies, Inc.; Citigroup Holdings, Inc.; JP Morgan Chase & Co.; Crawford & Company, American Express Company Allianz SE; Deutsche Bank AG;

DBS Group Holdings Ltd; Oversea-Chinese Banking Corporation; United Overseas Bank Limited

ANZ Banking Group Limited; AXA Asia Pacific Holdings Limited; Commonwealth Bank of Australia

Zurich Financial Services AG; UBS AG; ICB Financial Group Holdings AG; Rothschild Concordia AG

Woori Investment & Securities Co.; Samsung Fire & Marine Insurance Company Inggris Jepang Malaysia Amerika Serikat Jerman Australia Swiss Republik Korea Singapura Malaysia India China Brasil 14 negara 5 negara 84 kantor 9 negara 14 lokasi 60 kantor 13 negara 8 kantor

Bahrain, Brunei, Kamboja, China Bahrain, Brunei, Hong Kong, Indonesia Hong Kong, Sri Lanka, Laos (3)

Kanada. Oman, Qatar, Singapura, Bahrain Singapura, Tokyo, Seoul, New York, Sydney 29 Asia-Pasifik, 17 Eropa, 12 Amerika, 2 Afrika HK, Shanghai, London, Luksemburg, NY NY, Cayman, Nassau, Argentina, Luksemburg Sumber: Ikatan Bankir Indonesia (IBI)

ASEAN Agreement on Movement of Natural Persons (MNP Agreement) dilakukan dalam rangka memfasilitasi pergerakan tenaga kerja terampil yang penandatangannannya pada Perjanjian Perpindahan Tenaga Kerja (Movement of Natural Person) ASEAN di Cambodia bulan November 2012. Tujuan MNP Agreement adalah menyediakan hak dan kewajiban terkait dengan perpindahan tenaga kerja terampil di antara negara anggota ASEAN; memfasilitasi perpindahan tenaga kerja terampil yang terkait dengan kegiatan perdagangan dan investasi di antara negara anggota ASEAN; membangun prosedur yang transparan dan efisien dalam aplikasi formalitas keimigrasian terkait ijin tinggal sementara dari tenaga kerja terampil di mana perjanjian ini berlaku; melindungi integritas perbatasan negara anggota dan melindungi tenaga kerja terampil domestik dan tenaga kerja terampil permanen di dalam teritori negara anggota. Dalam MNP Agreement, fasilitas diberikan pada transparansi dalam pemberian Visa untuk 3 kategori natural person yaitu visa kunjungan bisnis, visa perpindahan tenaga kerja antar perusahaan (intra corporate transferee khusus untuk executive, manager, dan specialist), serta penyedia jasa yang dikontrak tanpa adanya keberadaan secara komersial (contractual services supplier). Pemberian fasilitas tersebut diberikan bagi penyedia jasa di sektor atau sub-sektor jasa sesuai dengan yang telah dikomitmenkan pada AFAS 8 atau di ASEAN FTA lainnya

Mutual Recognition Arrangements (MRA) merupakan kesepakatan dalam rangka memfasilitasi pergerakan penyedia jasa terampil di Kawasan ASEAN yang telah ditandatangani dan merupakan kesepakatan saling pengakuan (Mutual Recognition Agreements) untuk 8 (delapan) jenis tenaga terampil sebagai berikut:

Tabel 6

Mutual Recognition Arrangements (MRA)

M R A Tempat dan TanggalPenandatanganan No.

MRA on Engineering Services MRA on Nursing Services MRA on Architectural Services Framework Arrangement for Mutual Recognition on Surveying Qualification MRA on Tourism Professional

MRA on Accountancy Services MRA on Medical Practitioners MRA on Dental Practitioners

Kuala Lumpur, 9 Desember 2005 Cebu, Filipina, 8 Desember 2006 Singapura, 19 November 2007 Singapura, 19 November 2007 Hanoi, Vietnam, 9 Januari 2009 Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009 Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009 Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 III. KESIMPULAN

Berdasarkan materi yang sudah dijelaskan dalam pendahuluan dan pembahasan, maka disimpulkan langkah-langkah untuk meningkatkan kesiapan sektor jasa termasuk sektor keuangan dan perbankan Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, yaitu meningkatkan koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi dengan seluruh pemangku kepentingan di sektor jasa; memperkuat peranan instansi pembina untuk meningkatkan sektor jasa (perijinan, prosedur, standar kompetensi, dan sertifikasi); mendorong pelaku bisnis mengembangkan joint venture dengan pelaku bisnis dari negara ASEAN lainnya di Indonesia: peningkatan penerimaan pajak, penyerapan tenaga kerja, transfer of technology; menyediakan informasi mengenai peraturan di bidang jasa dan peluang pasar jasa di negara ASEAN lainnya; investasi pada Sumber Daya Manusia Indonesia dan memperkuat daya saing (efisien, kualitas, dan kapasitas); memberikan masukan konstruktif kepada Pemerintah untuk meningkatkan kemampuan Indonesia bersaing dalam era MEA; mengembangkan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA dan kebijakan umum pengembangan sektor jasa nasional; meningkatkan kegiatan sosialisasi perkembangan perundingan biang jasa (oleh Pemerintah, KADIN, dan perguruan tinggi); dan meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dan ruang bagi UMKM Peran penyedia jasa, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pemerintah adalah pemerintah tidak dapat melakukan tugas ini secara sendiri. Para akademisi, pebisnis, dan LSM perlu

meningkatkan pemahamannya tentang tujuan yang ingin dicapai ASEAN dan kebijakan untuk mengimplementasikannya; MEA ditujukan bagi kepentingan pebisnis di ASEAN, khusus untuk jasa adalah para penyedia jasa (services supplier) termasuk para terampil. Oleh karena itu, para penyedia jasa diharapkan untuk ikut proaktif berpartisipasi ambil bagian dalam memberikan masukan dan rekomendasi; akademisi diharapkan juga dapat memahami cetak biru dalam menyusun kurikulum pendidikan, flow of skilled labor memerlukan penguatan kompetensi dari tenaga kerja kita yang dibekali di Perguruan Tinggi dan sekolah-sekolah Politeknik; dan Lembaga Swadaya Masyarakat, selain mengamati semua rencana dan target dari MEA diharapkan juga dapat menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang dapat memberikan masukan bagi Pemerintah agar MEA ini meningkatkan daya saing bangsa.