• Tidak ada hasil yang ditemukan

A pakah yang paling dirindu kan seorang perempuan

Dalam dokumen Catatan Hati Seorang Istri (Halaman 119-123)

ketika jauh dari tanah airnya?

Sand ra N icole Ro lden, penulis dari Filipina iseng-iseng mem buat catatan lim a hal yang paling dirindukannya sejak di Korea, sebagai berikut:

1. Kitty (her dog) 2. Her boyfriend

3. Her farnily and friends 4. Her kitchen

5. Surnmer time (kam i tiba di akhir mu sim dingin)

Saat itu kami berada di sebuah coffee shop di depan Istana G yeongbokgung yang indah. D ari enam writers in residence hanya saya, Sand ra,mas Cecep dan Surachat Petchelela yang pagi itu mem utuskan untuk mengh abiskan waktu di Seoul Co llection, semacam klub bagi para foreigners di Korea, di mana mereka bisa menonton film film korea setiap pekannya lengkap dengan teks berbahasa Inggris, hanya dengan 3000 won (Rp. 30.000), sambil menikmati teh, kopi atau juice.

Sebuah cara yang nyaman untuk break dari aktivitas belajar bahasa Korea (lima kali sepekan di Korea

University) yang cukup melelahkan. Ketika mendengar lim a hal yang dirindukan Sandra, maka saya mencoba menganalisa lagi, apa yang paling sa ya rindukan.

1. C aca dan Adam 2. Suami

3. M ami, HTR dan Ibu mertua 4. Kantor

5. M asakan Indonesia

Saya am ati lagi list tersebut, dan merasa yakin... ya kelima itulah yang paling saya rindu kan. Jauh dari keluarga selam a sebulan ini, ada beberapa hal yang berubah pada rutinitas saya. Pertama pola hidup yang jelas jauh lebih teratur, dan tidak seenaknya seperti di Jakarta. Sedikitnya ada tiga kebiasaan jelek saya dulu: tidur menjelang pagi, bangun siang (habis subuh tidur lagi) dan terakhir kerap lupa waktu makan.

Kebiasaan jelek pertam a masih belum bisa diubah total dan kadan g sunggu h menyiksa. Pernah saya sama sekali tidak bisa tidur dua malam berturut-turut dan harus berusaha keras untuk fokus di kampus keesokan harinya.

Yang kedua, alhamd ulillah jam berapa pun tidurnya, sempat tidur atau tidak, saya 'hidup' lebih pagi. D an yang ketiga, soal telat makan... saya jaga benar-benar agar tidak terjadi. Hari kelima di Korea perut saya sempat perih luar biasa gara-gara m elewatkan makan siang. Ternyata jamu an makan yang dijanjikan di 63 Buildin g dalam Opening Ceremon y, bukan m akan siang m elainkan makan malam.

Saya benar-benar jeri, sebab dengan perut sakit hingga nyaris pingsan, saya harus menem puh jalan cukup jauh ke subway station terdekat dalam cuaca 2 derajat celcius pula!

Tapi perubahan besar lainnya terkait hal-hal yang saya rindu kan. Setelah jauh dari tanah air dan orang-oran g yang saya cintai, saya jadi lebih mampu mengh argai mo men- mo men kecil, yang sebenarnya sejak dulu pun saya nikmati. Tiba-tiba saya merasa belum cukup mensyukurinya. Apa saja?

Pertam a, saya sangat bersyukur menjadi ibu. D an kalim at itulah yang dengan bangga saya samp aikan kepada teman -tem an dari berbagai negara, ketika cukup banyak yang m enyembunyikan status seraya bercanda: Petualangan itu perlu untuk proses kreatif, Asma! Apalagi bagi seorang penulis!

Tetapi saya tidak bisa melakukan itu. Menjadi ibu adalah hal terbaik yang terjadi pada saya dan tidak ingin saya tutupi.

"Yes, I'm a mother of two kids, and i'm proud of it!"

Tapi saya harus memerinci syukur itu lagi, saya kira. Betapa mengantarkan anak-an ak tidur, adalah sebuah nikmat yang ternyata telah mem beri saya banyak kebahagiaan yang sanggup mengh apus kesedihan, kekecewaan dan hal-hal tidak enak yang saya lalui seharian. Betapa saya bersyukur setiap pagi bisa terbangun dari tidur dan menem ukan anak-anak di sisi. Menem ani Caca sarap an pagi hingga jemputan sekolah datang, dan melepasnya pergi setelah mencium tangan saya.

Betapa saya bersyukur mendapatkan kecupan di kening setiap pagi oleh Adam ketika dia berpamitan ke sekolah.Betapa saya bersyukur bisa berada di sisi mereka ketika mereka ada masalah. Bahkan ketika keduanya bertengkar dan m encari saya sebagai hakim.

Betapa saya bersyukur ada di dekat Caca, setiap kali dia sedih dan berlari ke arah saya dengan tangan terkembang untuk sebuah pelukan.

Betapa saya bersyukur bisa mendengar kalim at: I love u, Bunda (Caca), I love u, Mama (Adam ), atau mendapatkan tatapan Adam yang mem andang dalam sebelum berkata: Bunda tahu nggak? Adam tuh cinta sekali sama Bunda! Kalimat yang biasanya diikuti gerakan tangannya menarik leher saya lembut agar mendekat kepadanya,untuk kemudian mengecup kening saya tepat di tengah-tengah.

Betapa saya bersyukur bisa mem baca lembar demi lembar tulisan Caca yang dicoretnya di diary ibu dan anak yang kami miliki, di mana hanya kami berdua yang mem iliki akses untuk m embacanya.

Betapa saya bersyukur bisa berada di sana, ketika Caca berkata: Menurut Bunda, aku sebaiknya pakai baju apa ya hari ini?

Betapa saya bersyukur bisa bermain kartu tebak-tebakan bersama mereka, bisa m endongeng (m eski kadang di tengah kantuk),bisa berjalan sambil menggandeng keduanya di sisi kiri dan kanan saya.

Begitu banyak hal yang haru s saya syukuri.

Juga suam i bertanggun g jawab yang Allah kirimkan untuk saya.

Mami dengan 'kecerewetan' dan perhatian yang tak pernah berkurang meski anak perempuann ya ini sudah berusia kepala tiga.

Ibu mertua yang kerap mem bawa masakannya ke rumah, dan menjadi teman ngobrol di telepon.

Juga kakak baik hati yang Allah berikan untuk saya. Kakak yang m emberi saya hadiah acara ulang tahun saya di rumahnya sebelum keberangkatan. Sahabat peremp uan terbaik dan teman jalan-jalan yang mengasyikkan.

Baru tiga pekan, sudah begitu banyak kerinduan. Tapi berada jauh dari mereka untuk rentang enam bulan ini sunggu h mem buat saya mengh argai hal-hal kecil nam un ternyata telah menjadi sumber dari banyak kebahagiaan.

Hal-hal sederhana yang kini terasa m ewah. Seoui, 10 April, 2006

(Oo-dwkz-oO)

2 x 24 jam

" Baga im ana perasaan seo rang istri, jika m en yadari bahw a kebersam aan dengan lelaki yang dicin ta i m ungkin akan berakhir, sebelum 2 k 24 jam ?"

Dalam dokumen Catatan Hati Seorang Istri (Halaman 119-123)