+
−
. Disini, sebagai pembilang adalah nomor hendel sinyal yang akan dibalik “aman” ialah hendel dalam lajur nomor 1.
Sedangkan sebagai penyebut adalah semua nomor hendel yang harus dikancing pada kedudukan plus atau minus ketika hendel 1 dibalik. Apabila hendel ini mensyaratkan juga bahwa sebuah anak kunci pada
wesel 6 harus ada pada perkakas hendel, rumus menjadi 2 3 6 1 H + − + − .
3.A.3 Susunan Pal
Ada kalanya bahwa sebuah hendel tidak hanya dikancing dalam kedudukan biasa (atau tak biasa) oleh suatu hendel sinyal, tetapi juga dapat dikancing oleh hendel-hendel sinyal lainnya dengan menggunakan poros palnya masing-masing. Dalam hal ini harus dijaga agar ujung-ujung pal tidak dapat masuk ke cowakan yang bukan pasangannya, terutama jika ada dua pal atau lebih yang berhadapan dengan satu pinggiran roda hendel. Untuk memenuhi persyaratan ini maka bentuk ujung pal dibuat tidak sama. Gambar III.A.3 menunjukkan lima macam bentuk ujung pal.
Pal a digunakan untuk mengancing hendel dalam kedudukan plus atau minus, pal b dan c hanya untuk kedudukan plus sedangkan pal d dan e hanya untuk kedudukan minus.
Di samping ini, pada tiap hendel diadakan dua pinggiran ialah kiri dan kanan untuk memudahkan penyusunan pal-pal. Nama pal yang berhadapan dengan pinggiran hendel kiri ditambah dengan huruf ki, sedangkan yang kanan ditambah dengan huruf ka.
Pal-pal ini ditambatkan pada poros pal dengan perantaraan pasak dan terbaut.
B
I
II
Gambar III.A.5 menunjukkan contoh susunan pal yang terdiri dari delapan garis datar. Yang paling bawah adalah poros hendel aret, yang enam berikutnya (I, II, III, IV, V dan VI) adalah poros-poros pal yang dapat berputar untuk pengucilan dan yang teratas adalah poros pemegang frame.
Poros pal yang tidak terpasang digambar dengan garis terputus-putus. Batang penggerak poros pal pada hendel sinyal digambar dengan garis vertikal yang menghubungkan poros pal dan poros hendel aret di sebelah kiri hendel.
Baik frame yang sebelah luar maupun yang di dalam digambar dengan garis pendek dan titik.
Dalam gambar pengamanan dengan perkakas hendel Alkmaar selalu terdapat :
1. Gambar situasi emplasemen dengan tanda pengamanan. 2. Daftar pengucilan dan kedudukan wesel.
3. Gambar susunan pal.
Contoh 1 (gambar III.A.4 dan III.A.5)
Pencantuman sepur tunggal dengan wesel terlayan pusat.
Di sini sinyal B mensyaratkan wesel 1 harus berkedudukan plus, sedangkan sinyal C mensyaratkan wesel 1 harus berkedudukan minus. Dengan sendirinya, hendel sinyal B dan C tidak mungkin dapat ditarik bersamaan. Maka dalam daftar pengucilan, kotak perbandingan antar sinyal B dan sinyal C diarsir miring ke atas. Lain halnya dengan perbandingan antara sinyal B dan sinyal A/B. Kedua sinyal ini mensyaratkan bahwa wesel 1 berkedudukan plus. Dengan demikian hendel sinyal B dan A/B dapat ditarik bersamaan, tentu bertentangan dengan peraturan. Untuk mencegahnya, harus memasang pal ekstra a.ka pada poros VI untuk hndel sinyal B (atau pada poros I untuk hndel sinyal A/B).
Dalam dafatar pengucilan, kotak perbandingan antara sinyal B dan sinyal A/B haris diarsir miring ke kiri. Demikian pula untuk sinyal C terhadap sinyal A/C.
Contoh 2 (gambar III.A.6)
Emplasemen dengan dua sepur ka di lintas sepur tunggal dengan wesel terlayan pusat dan sepur simpang swasta yang berhubungan langsung dengan sepur kereta api.
B
I
II
diarsir miring ke kiri, sedangkan lainnya mirin ke kanan dengan kedudukan wesel berbeda.
Maka dalam gambar susunan pal harus memasang pal ekstra pada poros I untuk hendel 8 dan pada poros II untuk hndel 7.
Apabila hendel 4 untuk membuka kancing alat rintang B3 dibalik ke kedudukan tak biasa maka semua sinyal masuk harus tidak boleh ditarik aman. Oleh karena itu pada semua poros pal hendel sinyal dipasang pal plus untuk hendel 4.
Contoh 3 (gambar III.A.7)
Emplasemen tiga sepur kereta api di lintas sepur kembar dengan wesel terlayan setempat.
Pada umumnya, sepur hilir hanya untuk kereta api yang masuk dan berangkat ke jurusan hilir dan sepur udik hanya untuk kereta api yang dan berangkat ke jurusan udik, sedangkan sepur yang di luar sepur hilir dan sepur udik digunakan untuk pemasukan dan pemberangkatan baik dari/ke hilir maupun dari/ke udik.
Menurut yang merencanakan di sini, wesel 3 akan dilalui kereta api dari muka hanya untuk pemasukan dari A ke sepur I, sehingga cukup diberi sekat saja. Demikian pula bagi wesel 4 untuk pemasukan dari B ke sepur I dan II. Maka dalam daftar kedudukan wesel tidak perlu dicantumkan.
Pengancingan wesel 1 dan 2 dalam kedudukan biasa ialah untuk kereta api dari A ke sepur III dan dari B ke sepur II.
Sedangkan pengancingan dalam kedudukan tak biasa ialah untuk kereta api dari A ke sepur I.
Pengancingan wesel 5 dan 6 dalam kedudukan biasa ialah untuk kereta api dari A ke sepur III, dari B ke sepur II dan dari B ke sepur I. Selanjutnya yang harus diperhatikan, perjalanan kereta api manakah yang bersamaan. Di sini ialah dari A ke sepur III boleh bersamaan dengan yang dari B ke sepur II atau dari B ke sepur I. Maka dalam daftar pengucilan, kotak-kotak perbandingan perjalanan kereta api ini agar dikosongkan.
Kemudian kotak-kotak lainnya diarsir miring ke kanan bilamana kedudukan wesel-wesel yang disyaratkan dalam keadaan bertentangan, sedangkan yang tidak bertentangan diarsir miring ke kiri.
Dalam hal ini, dalam gambar susunan pal harus dipasang pal ekstra. Dalam gambar tanda untuk hendel kancing tiga kedudukan ialah segitiga di ujung garis hendel (hendel 3 dan 4).
B
I
II
Contoh 4 (gambar III.A.8)
Emplasemen tiga sepur kereta api di lintas sepur kembar denan wesel terlayan pusat.
Di sini, walaupun hendel-hendel wesel telah dikunci dalam kedudukan benar oleh pal yang digerakkan aret pada hendel sinyal yang bersangkutan, harus pula disekat apabila dilalui kereta api dari muka. Wesel 1 disekat untuk jurusan dari A ke sepur III atau I, wesel 3 untuk jurusan dari A ke sepur I, wesel 4 untuk jurusan dari B ke sepur II atau I.
Karena wesel 2 tidak mungkin disekat (karena jalan kawat tarik) untuk jurusan dari B langsung ke A, maka harus dilengkapi dengan kancing.
Karena wesel 2 terlayan pusat, harus ada hubungan antara hendel wesel dan hendel kancing. Hendel kancing hanya boleh dibalik apabila hendel wesel telah berkedudukan tepat dan tetap dikancing selama hendel kancing berkedudukan tak biasa. Untuk persyaratan ini digunakan pal “bergantian” seperti gambar III.A.9. Pal ini terdiri dari dua buah pal yang disambung dngan pipa yang tidak ditambatkan pada poros pal dan ditempatkan antara roda hendel dan roda hendel kancing. Pal kesatu dapat masuk ke cowakan pada roda hendel wesel dan yang lainnya dapat masuk ke cowakan pada roda hendel kancing.
Apabila hendel wesel dibalik ke kedudukan minus mengakibatkan hendel kancing terkunci dan apabila hendel kancing dibalik ke kedudukan minus akan mengakibatkan hendel wesel terkunci dalam kedudukan biasa.
Gambar susunan pal menunjukkan penggunaan pal “bergantian”. Menurut rencana pengamanan ini, wesel 2 masih dapat dilanggar dalam kedudukan terkancing oleh langsiran yang bergerak dari wesel 1.
Pencegahan pelanggaran dalam kedudukan terkancing dapat terjamin bilamana pengancingan wesel 1 dan wesel 2 dilakukan bersamaan seperti gambar III.A.10. di bawahnya.
Contoh 5 (gambar III.A.11)
Gambar III.A.11 menunjukkan bahwa ada sepur simpang yang dihubungkan langsung pada sepur I. Sudah barang tentu apabila sepur simpang ini digunakan, sinyal masuk AI dan BI harus terkunci dalam kedudukan tak aman. Untuk penguncian ini digunakan kunci yang dapat menjerat poros pal hendel-hendel sinyal yang dimaksud selama anak kuncinya dibaut untuk menggunakan sepur simpang.
B
I
II
Dalam gambar susunan pal, kunci gandeng digambar seperti contoh.