4.A.2 Pemasangan Saluran Kawat Tarik Atas
DIAMETER KAWAT
LURUS LURUS LENGKUNGAN
Jarak patok 20 meter Jarak patok 17 meter Jarak patok 15 meter Lentur (mm) Gaya Tarik (kg) Lentur (mm) Gaya Tarik (kg) Lentur (mm) Gaya Tarik (kg) 4 mm 176 132 106 88 75 66 59 53 30 40 50 60 70 80 90 100 127 95 76 63 54 47 42 38 30 40 50 60 70 80 90 100 29 74 59 59 52 37 33 29 30 40 50 60 70 80 90 100 5 mm 187 140 112 93 80 70 60 56 30 40 50 60 70 80 90 100 146 109 87 73 62 54 46 45 30 40 50 60 70 80 90 100 Angka ini didapatkan dari perhitungan gaya dalam kawat.
Apabila seutas kawat ditambatkan antara dua titik A dan B yang sama tingginya, terdapatlah lentur yang disebabkan oleh beratnya kawat sendiri (gambar IV.A.20).
B
I
V
Lentur adalah jarak antara titik terendah (setengah panjang kawat) dan garis penghubung kedua titik pemegang kawat tersebut. Gaya tarik yang timbul di dalam kawat di tiap penampang mengarah tegak lurus terhadap bidang penampangnya. Dengan demikian arah gaya tarik ini ialah garis singgung di titik garis lengkung yang berbentuk lentur (parabola). Resultante gaya tarik di dalam kawat di sembarang penampang, di sini di titik X dan Y (gambar IV.A.21) adalah gaya tangensial Tx dan Ty. Menurut rumus keseimbangan, dalam keadaan seimbang besarnya gaya uraian mendatar dari semua gaya tarik T adalah tetap, sehingga Hx = Hy. Besarnya gaya uraian vertikal berbeda-beda bahkan ada yang nol di titik terendah dan maksimum di titik penambat A atau B.
Di kedua titik ini, gaya tarik (gambar IV.A.20) :
2 2 ) 2 1 ( G H Tb Ta= = +
bila G = berat kawat.
Pada umumnya di titik A dan B, harga ½G ini sangat kecil terhadap H sehingga dapat dianggap bahwa di titik ini hanya ada gaya tarik T saja. Gambar IV.A.22 menunjukkan bagian kanan dari gambar IV.A.20 dengan gaya-gaya yang ada. Di sini separuh berat kawat digambarkan sebagai gaya sebesar ½G sejauh ¼ dari jarak antara patok.
Menurut momen keseimbangan, terdapat persamaan : H.f = ½ G . ¼ a
Di sini :
a = jarak antar patok dalam meter G = berat kawat dalam kg
H = gaya tarik dalam kawat dalam kg f = lentur dalam meter
Jika p adalah berat kawat per meter, maka G = a.p, sehingga persamaan di atas dapat ditulis :
H.f = ½ a.p . ¼ a H.f = 1/8 a2.p f p a H 8 2 = H p a f 8 2 =
B
I
V
Di sini memang terdapat kesalahan sedikit, karena sesungguhnya panjang kawat sedikit lebih dari pada jarak a. Kesalahan ini pada umumnya dianggap tidak besar karena perbedaan panjang ini kurang dari 1%. Gambar IV.A.23 adalah grafik hubungan antara lentur dan gaya tarik.
6. Penempatan mur penegang kawat dan cara mengatur
Gambar IV.A.24 s.d. IV.A.30 memperlihatkan tempat pemasanan mur penegang kawat yang berhubungan dengan alat penggerak, antara lain lengan sinyal, roda wesel, kancing wesel dan sekat wesel, balans redusir, sinyal ulang dan lain sebagainya.
Cara mengatur tegangan kawat, apabila tegangannya kurang tinggi, mur penegang kawat dipendekkan dengan memutar batang besi yang berulir. Demikian sebaliknya apabila tegangan kawat terlalu tinggi, mur penegang kawat dipanjangkan. Untuk mengatur tepatnya kedudukan tuas roda wesel, roda gunting, pesawat tarik kembar, balans jamin, alat rintang terlayan pusat, pintu jalan lintas, salah satu penegang kawat dikeraskan sedangkan yang lain sebagai pasangannya dikendorkan dengan jumlah putaran yang sama menurut kebutuhan.
Contoh cara mengatur kedudukan roda sekat :
Di Gambar IV.A.25 dianggap bahwa tegangan dalam kedua kawat sudah memennuhi syarat seperti yang telah diuraikan di muka. Pada kedudukan ini panjang rantai di tempat-tempat penyangga roda dianggap sudah sesuai dengan yang disyaratkan, demikian pula kedudukan roda gunting lengan sinyalnya, kecuali kedudukan roda sekatnya yang kurang memutar ke kiri.
Diumpamakan untuk mmbetulkannya diperlukan rantai roda sekat ini ke kiri sebanyak 5 putaran mur penegang kawat. Untuk mencapai ini mur penegang kawat a dikencangkan sebanyak 5 putaran, sedangkan mur penegang kawat b dikendorkan 5 putaran. Dengan demikian, ragangan kawat tidak berubah, begitu pula panjang kawat baik ulur maupun tariknya tidak berubah pula, sehingga roda guntingpun tetap seperti kedudukan semula. Gambar IV.A.26 menunjukkan kedudukan sebaliknya dari gambar IV.A.25. Di sini mur penegang kawat a harus dikendorkan 5 putaran sedangkan mur penegang kawat b dikencangkan 5 putaran. Gambar IV.A.27 menunjukkan sebuah hendel sinyal yang dirangkaikan dengan dua sekat. Keadaan pada sekat ke 1 rantainya lurang bergeser ke kiri sebanyak 5 putaran, sedangkan pada sekat yang kedua kurang bergeser ke kiri sebanyak 4 putaran. Untuk mmbetulkan kedudukan kedua sekat ini perlu diadakan perhitungan bertahap sebagai berikut.
B
I
V
Tahap pertama, untuk membetulkan sekat yang pertama diumpamakan mengencangkan mur penegang kawat a dengan lima putaran dan mengendorkan mur penegang kawat c dengan 5 putaran pula. Dalam tahap ini akan mengakibatkan sekat kedua menjadi kurang satu putaran.
Tahap kedua, selanjutnya untuk membetulkan sekat yang kedua jarus mengendorkan mur penegang kawat b dengan satu putaran dan mengencangkan mur penegang kawat c dengan satu putaran pula.
Kedua tahap tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut ; Tahap kesatu +5 (-1) -5
Tahap kedua -1 +1
Tahap akhir +5 -1 -4
Angka-angka dari hasil akhir inilah yang digunakan untuk membetulkan kedudukan kdua sekat tersebut.
Dari hasil akhir terlihat bahwa jumlah aljabar dari putaran mur-mur penegang kawat adaah nol, yang berarti bahwa tidak ada perubahan baik tegangan maupun panjang kawat. Dengan demikian, kedudukan roda gunting sinyal tetap seperti semula. Untuk contoh-contoh selanjutnya gambar IV.A.28 adalah :
+5 (-9) -5 -9 +9 +5 -9 +4
Untuk gambar IV.A.29 ialah : +5 (-2) (-12) -5
-2 (-10) +2 -10 +10 +5 -2 -10 +7 7. Sambungan kawat tarik
Sambungan kawat tarik harus sekurang-kurangnya sama kuat dengan kawat yang disambungkan dan tidak boleh ada sesuatu yang menonjol keluar yang dapat menghalangi gerakan kawat, juga harus dicegah agar tidak berkarat dan harus dapat dibuat dengan cepat dan murah.
Pada gambar IV.A.31 dan gambar IV.A.32 terlihat bagian yang menonjol keluar sehingga dapat menimbulkan kemungkinan menyangkut pinggiran selubung, peti dan lain-lain, atau menyangkut sambungan kawat yang berdekatan.
B
I
V
Gambar IV.A.33 mmperlihatkan macam dan bentuk sambungan yang baik. Pelaksanaan sambungan semacam ini dilakukan menurut petunjuk yang tercantum dalam hal “menyolder sambungan” dengan ketentuan bahwa bagian kawat yang akan disolder harus dibersihkan dahulu.
Macam sambungan :
a. Sambungan lurus (gambar IV.A.33) dimulai terlebih dahulu dengan memukul ujung kawat yang akan disambung sepanjang ± 30 mm, sehingga berbentuk kipas seperti gambar IV.A.33a.
Selanjutnya dibentuk menurut gambar IV.A.33b dengan menggunakan pahat dan dihaluskan dengan kikir. Kedua ujung kawat yang telah selesai ditajamkan ini ditumpangkan satu sama lain sepanjang ± 130 mm, kemudian mulai dari titik A dililit dari kanan ke kiri dengan mesin lilit sampai ± 5 mm melewati ujung kawat yang kiri di titik E. Sebelum mulai melilit pada titik A, harus menarik seutas kawat lilit dari mesin lilit sebagai persiapan untuk nantinya melanjutkan pelilitan dari titik A ke kanan sampai ± 5 mm melewati ujung kawat yang kanan di titik B. Pelilitan akhir ini dilakukan dengan tangan.
b. Sambungan dengan sosok kawat (gambar IV.A.34) menggunakan sebuah sosok kawat yang dibuat dari kawat baja berdiameter 5 mm, yang kedua kakinya dikikir tajam seperti gambar IV.A.34a. Ujung kawat yang akan disambung sepanjang 15 a 20 mm dipukul sehingga berbentuk kipas seperti gambar IV.A.34b. Kemudian ujung kawat ini ditumpangkan pada sosok kawat menurut gambar IV.A.34 lalu mulai dari titik A dililit menuju ke kiri dengan mesin lilit sampai ± 5 m melewati ujung sosok kawat. Sebelum mulai melilit pada titik A, harus menarik seutas kawat lilit dari mesin lilit sebagai persiapan untuk nantinya melanjutkan pelilitan dari titik ini ke kanan sampai seperti yang terlihat pada gambar IV.A.34.
Selanjutnya ujung yang berbentuk kipas ini diletakkan di atas besi yang rata dan dipahat menurut garis A-B dan C-D seperti gambar IV.A.35c ini dipotong sedekat mungkin dengan lilitan kabel.
c. Sambungan kabel baja dengan kawat baja (gambar IV.A35) dimulai dengan mengikat kabel baja dengan kawat lilit sebanyak 3 lilitan pada jarak ± 130 mm dari ujungnya. Kemudian melepaskan tali ikat yang ada di ujung kabel sehingga kawat-kawat kecil loncat merenggang seperti terlihat
B
I
V
ada yang melekat, maka untuk menguraikannya, ujung kabel agar dipukulkan pada barang yang keras. Tali henep yang terdapat di tengah-tengah kabel baja.
Ujung kawat baja yang akan disambung, sepanjang ± 15 mm dipukul sehingga berbentuk kipas dan dihaluskan dengan kikir seperti gambar IV.A.35a, kemudian disisipkan di antara kawat-kawat kecil dari kabel baja sedalam mungkin sehingga kawat ini dikelilingi kawat-kawat kecil. Pelilitan dengan mesin lilit dimulai dari titik A (gambar IV.A.35) dari kanan ke kiri sampai ± 5 mm melewati ujung kabelnya.
Sebelum mulai melilit pada titik A, harus menarik seutas kawat lilit dari mesinnya sebagai persiapan untuk nantinya melanjutkan pelilitan dari titik A ke kanan.
Setelah selasai melilit, mesin lilit dilepaskan, ikatan kawat pada kabel baja dibuang dan kemudian melanjutkan pelilitan dari titik A ke B dengan tangan.
d. Sambungan antar kabel baja dimulai seperti yang telah diuraikan dalam c. Sambungan kabel baja terlihat pada gambar IV.A.36.
e. Melilit dengan mesin lilit.
Sewaktu melaksanakan lilitan, tegangan kawat lilitnya harus tetap dengan pengertian bahwa sambungan akan kukuh terlilit.
Bilamana karena suatu hal kawat lilitnya putus, maka bagian lilitan yang telah terpasang tidak perlu dilepas dan diulangi lagi, melainkan meneruskan lilitan dimulai pada tempat putusnya. Mesin lilit harus dapat berfungsi baik sehingga tegangan kawat lilit dapat diatur. Dalam praktek mesin ini sering dilayani dengan kasar, bersentuhan dengan perkakas-perkakas yang kasar sewaktu dibawa ke tempat kerja, tidak terbungkus di dalam peti perkakas dan sewaktu digunakan sering diletakkan di tanah. Maka untuk dapat mengatasi pelayanan semacam ini, mesin lilit harus dibuat kukuh terlihat pada gambar IV.A.38.
f. Menyolder sambungan.
Penyolderan sambungan yang baik hanya diperoleh apabila bahan-bahannya dibersihkan dengan sempurna. Maka sebelum mulai melilit kawat baja dan sosok kawatnya yang akan disambung harus dibersihkan dengan kikir halus sampai mengkilat, sedangkan kabel baja yang telah dikerjakan seperti gambar IV.A.35c dibersihkan dengan lap sehingga tidak mengandung minyak lagi.
B
I
V
Kemudian setelah selesai dililit, lalu disolder dengan menggunakan air keras dan timah solder.
Adapun air kerasnya harus disimpan di botol yang tertutup dengan gabus (gambar IV.A.37).
Tutup ini diberi aluran untuk mengeluarkan air keras secara menetes. Selanjutnya botol dijungkirkan di atas sambungan yang akan disolder dan digerakkan sehingga sluruh sambungan dibasahi air keras. Pembasahan ini cukup dilakukan pada lilitan saja sepanjang 10 a 15 mm dari kedua ujungnya karena air keras akan melebar sampai ujung.
Timah soldernya diletakkan dalam wajan di atas api dapur atau api kayu. Dalam hal ini harus diperhatikan agar timah tidak terlalu panas. Jika terlalu panas, timah akan beroksidasi dan pada permulaannya ada perubahan warna.
Sambungan yang sudah siap untuk disolder itu ditahan di atas timah yang cair atau wajannya ditempatkan di bawah kawat tarik yang akan disambung.
Kemudian sambungan dituangi timah cair. Cara penuangannya ialah sebagai berikut :
Penuangan timah dimulai sedikit di muka salah satu ujung menuju ke ujung lainnya dengan pelan-pelan sampai ± 30 mm sebelum ujung lainnya. Kemudian dari muka ujung kedua menuju ke sambungan sehingga keseluruhannya akan tertutup oleh timah. Proses menyolder baru dimulai setelah timah yang cukup panas itu berhubungan dengan bahannya. Dalam hal ini timah solder dan lapisan dari logam yang disolder merupakan campuran (oliage) yang lebih kuat daripada timahnya yang melekat pada kedua-dua bahan yang disolder.
Dari sebab inilah pelilitan harus dilakukan secukup mungkin. Pembasahan dengan air keras bermaksud untuk membersihkan logam yang akan disolder secara kimia yang sifatnya memakan logam. Maka pada penuangan timah harus dimulai sebelum tempat yang dibasahi air keras sehingga tidak ada air keras sedikitpun yang tertinggal.
Untuk jelasnya dapat melihat gambar IV.A.33. Diumpamakan bahwa di bagian F-B terbasahi air keras yang sebetulnya bagian E-F tidak boleh dibasahi.
Cara penuangan timah harus dimulai dari C sampai D, kemudian dari G menuju A melewati D. Dengan cara ini sedikitpun tidak ada air keras yang tertinggal. Selama penuangan, timah cair yang kelebihan akan menetes ke wajan.
B
I
V
Segera setelah selesai penuangan timah, sambungan yang masih panas itu harus disapu dengan lap yang mengandung minyak sehingga timah solder yang lebih akan hilang dan minyak yang ada di permukaan sambungan akan terbakar. Sambungan yang sudah dingin harus dicat.
Pada umumnya sambungan ditunggu sampai dingin, tetapi dalam keadaan yang memerlukan penyelesaian cepat dapat didinginkan dengan air.
g. Percobaan kekuatan.
Di bawah ini adalah daftar hasil percobaan kekuatan tarik yang pernah dilakukan terhadap sambungan antar kawat baja Ø 5 mm.
1. Pemasangan roda kawat harus sedemikian agar arah beban rodanya menuju tegak lurus terhadap garis poros kawat.
2. Panjang rantai lorak pada tiap pesawat harus ditentukan sedemikian sehingga ujung rantai di luar roda minimum sepanjang 14 cm diukur dari titik potong kedua garis singgung yang tegak lurus terhadap rantainya.
3. Semua sambungan kawat, baik yang dengan sosok kawat maupun yang tidak, harus sempurna memenuhi persyaratan dan dicat.
4. Semua suku sambungan rantai atau c stuk harus diikat dengan kawat lilit.
5. a. Pengaturan mur penegang kawat harus diusahakan agar lubang splitpen ada di tengah-tengah sepanjang sengkangnya dan dilengkapi dengan splitpen yang terbuka.
b. Uliran harus selalu bersih, cukup dilumasi agar dapat mudah diputar.
c. Sewaktu mengatur tegangan kawat, kedua mur kuningan harus selalu dipegang dengan alat yang khusus dibuat oleh distrik dan dilarang memasukkan sebatang besi, obeng dan lain –lain di sengkangnya karena akan mengakibatkan dapat terlepasnya sengkang atau bengkok.
d. Mur penegang kawat yang pernah dipaksa atau bengkok sengkangnya harus segera diganti dan tidak boleh dipergunakan lagi.
6. Semua alat yang berhubungan langsung dengan tanah agar diter terlebih dahulu sebelum ditanam.