• Tidak ada hasil yang ditemukan

a Teori Tempat yang Sentral

Dalam dokumen sma12geo GeografiCakrawalDunia Bambang (Halaman 144-147)

Teori Tempat yang Sentral (Central Place Theory) kali pertama dikemukakan oleh tokoh geografi berkebangsaan Jerman, Walter

Christaller (1933). Christaller mengadakan studi pola persebaran

permukiman, desa, dan kota-kota yang berbeda ukuran serta luasnya. Teori Christaller ini kemudian diperkuat oleh seorang ahli ekonomi berkebangsaan Jerman, August Losch (1945).

Sumber:Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi Indonesia, 1996

Gambar 5.6 Kawasan Puncak

Kawasan puncak menjadi aset lokasi pengembangan dan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan berskala regional.

Christaller mengemukakan Teori Tempat yang Sentral ini didasari oleh keinginannya untuk menjawab tiga pertanyaan yang berhubungan dengan kota atau wilayah, yaitu sebagai berikut. 1) Apakah yang menentukan banyaknya kota?

2) Apakah yang menentukan besarnya kota? 3) Apakah yang menentukan persebaran kota?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, menge mukakan konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (threshold). Range

adalah jarak yang harus ditempuh seseorang untuk mendapatkan barang atau pelayanan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan suplai barang.

Christaller membayangkan suatu wilayah dataran yang dihuni oleh sejumlah penduduk yang persebarannya merata. Dalam kehidupan sehari-hari, penduduk tersebut memerlukan sejumlah barang dan jasa, antara lain makanan, minuman, aneka barang-barang rumah tangga, keperluan pendidikan, dan pelayanan kesehatan.

Gambar 5.7 Pola Permukiman

Pola permukiman menjadi salah satu kajian Teori Tempat Sentral dari Christaller (1933).

Sumber:Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi Indonesia, 1996

Setiap wilayah memiliki kebergantungan dengan wilayah lainnya. Bagaimana menurut pendapat Anda? Tulis dalam buku tugas. Kumpulkan tugas tersebut pada guru Anda.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut, penduduk harus pergi ke tempat-tempat yang dapat menyediakan barang dan jasa tersebut. Oleh karena itu, perlu menempuh jarak tertentu dari tempat tinggalnya ke pusat pelayanan yang memenuhi kebutuhan tersebut. Jarak dikenal dengan istilah range. Di lain pihak, pusat- pusat pertokoan atau pelayanan jasa (produsen) yang menyediakan kebutuhan masyarakat sudah barang tentu tidak memiliki keinginan untuk merugi. Mereka harus benar-benar paham, berapa banyak jumlah minimal penduduk (konsumen) yang dibutuhkan bagi kelancaran dan kesinambungan suplai barang atau jasa sehingga tidak mengalami kerugian apalagi sampai mengalami kebangkrutan. Jumlah minimal penduduk ini dikenal dengan istilah threshold.

Pusat pelayanan yang ber-threshold kecil, seperti toko makanan dan minuman tidak memerlukan konsumen terlalu banyak untuk menjual beraneka barang dagangannya karena penduduk senantiasa memer lukan barang-barang konsumsi tersebut setiap hari.

Oleh karena itu, lokasinya dapat ditempatkan sampai ke kota- kota atau wilayah kecil. Sebaliknya pusat pelayanan masyarakat yang ber-threshold tinggi seperti pertokoan yang menjual barang-barang mewah, seperti kendaraan bermotor, barang-barang lux, dan perhiasan. Oleh karena barang-barang tersebut relatif lebih sulit terjual maka agar barang-barang tersebut dapat laku dalam jumlah yang cukup banyak perlu dilokasikan di tempat-tempat atau kawasan (wilayah) yang cukup sentral. Lokasinya di kota besar yang jaraknya relatif terjangkau penduduk di wilayah sekitarnya dan juga terpenuhi batas minimal jumlah penduduk untuk menjaga kesinambungan suplai barang.

Dari pemikirannya itu muncullah istilah tempat-tempat yang sentral

(central place). Menurut teori Christaller ini, suatu pusat aktivitas yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu lokasi yang sentral, yaitu suatu tempat atau wilayah (kawasan) yang memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah yang maksimum, baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan jasa tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa tempat yang sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal (segi enam). Wilayah yang terletak di dalam segi enam itu merupakan daerah-daerah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.

Interpretasi

Individu 5.4

Lakukan analisis oleh Anda mengenai faktor pendorong suatu wilayah dikategorikan central place. Kemudian, bagaimana keterkaitan di antara central place dengan kawasan heksagonal. Berikan contoh suatu kawasan yang menjadi tempat sentral dan daerah yang mampu terlayani dari central place tersebut. Serahkan tugas tersebut pada guru Anda.

Dalam kenyataan sehari-hari, suatu tempat yang sentral dapat berupa kota-kota besar, rumah sakit, pusat perbelanjaan (pasar), ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten, kecamatan, dan sarana pendidikan. Setiap tempat yang sentral tersebut memiliki kekuatan pengaruh untuk menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda. Sebagai contoh, ibu kota provinsi mampu menarik wilayah-wilayah kabupaten dan kota, sedangkan ibu kota kabupaten mampu menarik wilayah-wilayah kecamatan yang ada di sekelilingnya. Demikian pula ibu kota kecamatan mampu menarik wilayah-wilayah yang lebih kecil. Hal yang sama juga berlaku bagi pusat pelayanan masyarakat lainnya.

Walter Christaller (1893–1969)

Dia seorang tokoh geografi berkebangsaan Jerman yang mencetuskan Teori Tempat yang Sentral pada 1933. Dia mengkaji pola persebaran permukiman, desa dan kota-kota yang berbeda ukuran serta luasnya.

Walter Christaller (1893–1969)

He is a German geographer who said the Central Place Theory in 1993. He studied the pattern of settlement distribution, villages and cities which are different in size and width.

Biography

1. Pusat Pertumbuhan 2. Range 3. Threshold

Zoom

• A

• C • B

• D

Keterangan gambar:

1. Titik A, B, C, dan D adalah tempat-tem- pat yang sentral dalam suatu wilayah. 2. Daerah segi enam merupakan wilayah

yang secara maksimal mampu terlayani oleh setiap tempat yang sentral

Keberadaan setiap tempat yang sentral tersebut memiliki pengaruh yang berbeda sesuai dengan besar-kecilnya suatu wilayah, sehingga terjadilah hierarki atau tingkatan tempat yang sentral. Sebagai contoh, hierarki kota sebagai pusat pelayanan masyarakat meliputi ibu kota negara, provinsi, kabupaten atau kota, kecamatan, dan desa (kelurahan).

Selain berdasarkan besar-kecilnya wilayah atau pusat pelayanan masyarakat, hierarki tempat yang sentral juga dapat didasarkan atas jenis-jenis pusat pelayanan. Berdasarkan jenisnya, hierarki tempat yang sentral dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1) Tempat Sentral yang Berhierarki 3 (K=3)

Tempat sentral yang berhierarki 3 adalah pusat pelayanan berupa

pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang konsumsi bagi

penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya. Hierarki 3 sering disebut sebagai kasus pasar optimal yang memiliki pengaruh 1/3 bagian dari wilayah tetangga di sekitarnya yang berbentuk heksagonal, selain memengaruhi wilayahnya itu sendiri.

K = 6(1/3) + 1 K = 3

Gambar 5.9

Hierarki Tempat Sentral

Hierarki tempat-tempat sentral yang kawasan pengaruhnya berbeda-beda.

Ibu kota Negara Ibu kota Provinsi Ibu kota Kabupaten Kota Kecil/Kota Keca- matan

Kota/tempat pasar

Sumber:Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, 1981

Sumber:Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, 1981

Gambar 5.10 Tempat Sentral K-3

Tempat sentral yang berhierarki K-3 sebagai pusat pelayanan masyarakat berupa pasar.

Gambar 5.8 Tempat Sentral

Skema tempat-tempat yang sentral.

Sumber:Studi Geografi :Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, 1981

1/3

1/3 1/3 1/3

2) Tempat Sentral yang Berhierarki 4 (K=4)

Tempat sentral yang berhierarki 4 dinamakan situasi lalu

lintas yang optimum, artinya di daerah tersebut dan daerah-daerah

di sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang paling efisien. Situasi lalu lintas optimum ini memiliki pengaruh ½ bagian dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang berbentuk segi enam selain memengaruhi wilayah itu sendiri.

3) Tempat Sentral yang Berhierarki 7 (K=7)

Tempat sentral yang berhierarki 7 dinamakan situasi administratif

yang optimum. Tempat sentral ini memengaruhi seluruh bagian (satu

bagian) wilayah-wilayah tetangganya, selain memengaruhi wilayah itu sendiri. Contoh tempat sentral berhierarki 7 antara lain kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Dalam dokumen sma12geo GeografiCakrawalDunia Bambang (Halaman 144-147)