masyarakat Indonesia, menyediakan jasa dan fasilitas kepelabuhanan dan menjadi salah satu pendorong
pertumbuhan ekonomi sebagai bagian dari mata rantai sistem logistik nasional.
Untuk mencapai visinya, IPC terus melancarkan program-program pembenahan, pengembangan dan
pemberdayaan sebagaimana tertuang dalam target
jangka menengah yang disebut Wave 1 hingga Wave 3. Program-program tersebut dapat diketegorikan menjadi
dua yaitu secara hard side, seperti pengembangan pelabuhan NewPriok, penambahan alat dan penataan ulang pelabuhan, dan secara soft side seperti kajian-kajian pendukung pengembangan hard side dan sumber daya
manusianya.
Diberlakukannya pasar tunggal ASEAN atau yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2015) yang akan
memberikan dampak pada meningkatnya pertumbuhan
arus barang dan jasa di kawasan ASEAN khususnya Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi IPC. Seluruh
komponen Perseroan harus bekerja keras mempersiapkan diri untuk meningkatkan kinerja pelayanan dan kapasitas
For more than 20 years IPC has been existing in the midst
of the people of Indonesia, providing port services and facilities and becoming one of the drivers of economic
growth as a part of national logistics system chain.
To achieve its vision, IPC continuously initiates programs of reformation, development, and empowerment as
stipulated in the medium-term targets, so-called Wave 1 to Wave 3. These programs are divided into two categories, which are hard side, such as NewPriok port development, tools addition and ports rearrangement; and soft side, such as supporting reviews for development of hard side and human resources.
The implementation of ASEAN single market, known as ASEAN Economic Community (MEA 2015) that will have an impact on the increasing low of goods and services in ASEAN region particularly Indonesia is a challenge for IPC. All components of the Company should work hard
to prepare themselves to improve service performance and port capacity in order to support the increasing trade
pelabuhan dalam rangka menunjang peningkatan
perdagangan ke depannya. IPC terus berusaha mencari peluang-peluang baru yang dapat memberikan beneit kepada perusahaan dan berkontribusi bagi pembangunan
ekonomi nasional. Kinerja Usaha
Pendapatan usaha IPC sangat dipengaruhi oleh frekuensi lalu lintas kapal barang dan penumpang dari dan ke
pelabuhan yang dikelola Perseroan. Pencapaian kinerja
Perseroan diukur dengan parameter jumlah kunjungan
kapal, arus barang, arus peti kemas dan arus penumpang. Sebagai operator pelabuhan, pertumbuhan usaha
Perseroan sangat bergantung dari kemampuan untuk menjawab tren dunia di bidang kepelabuhanan, seperti persaingan jasa kepelabuhanan dari lingkungan regional maupun domestik serta kebutuhan alur dan kolam
pelabuhan yang lebih dalam untuk menangani kapal-kapal
berukuran besar dan waktu bongkar muat yang lebih
cepat.
Sejalan dengan kondisi perekonomian domestik maupun
global yang belum membaik, arus kunjungan kapal sebagai salah satu indikator pergerakan dalam kegiatan ekonomi
ikut mengalami penurunan. Sepanjang tahun 2014,
jumlah kunjungan kapal di pelabuhan dalam kelolaan
Perseroan menurun 1,64% dari 53.366 unit pada tahun 2013 menjadi 52.491 unit. Dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan yaitu 56.865 unit, realisasi jumlah
kapal yang berkunjung pada tahun 2014 mengalami
deviasi 7,69%. Penurunan terjadi baik pada pelayaran dalam negeri maupun luar negeri.
Tabel berikut menampilkan pencapaian kinerja operasional Perseroan dalam 3 tahun terakhir.
Uraian Satuan | Unit 2014 2013 2012 Description
Arus Kapal (GT) GT 220.222.610 220.116.560 211.590.956 Current Ship (GT)
Arus Kapal Barang (Unit) Unit 52.491 53.366 55.725 Current Ship (Unit)
Arus Luar Negeri (Ton) Ton 60.884.878 60.539.340 60.089.566 Foreign Trade (Tonnes) Arus Barang Dalam Negeri (Ton) Ton 84.683.210 84.594.915 89.424.002 Domestic Goods (Tonnes) Arus Peti Kemas (TEUs) TEUs 6.442.968 6.589.982 6.738.562 Containers (TEUs) Arus Peti Kemas (Boks) Boks 4.857.089 4.970.169 5.071.220 Containers (Boxes) Arus Penumpang (Orang) Orang 1.245.541 1.447.013 1.459.570 Passenger (Persons)
Pendapatan Operasi Rp Juta/Million 6.406,94 6.078,93 5.420,61 Operating Revenue
Laba Bersih Tahun Berjalan Rp Juta/Million 1.575,99 1.818,03 1.770,06 Net Proit Current Year Total Laba komprehensif Tahun Rp Juta/Million 1.511,06 2.102,04 1.818,84 Total comprehensive income
going forward. IPC continues to seize new opportunities that can provide beneits to the Company and contribute to the national economic development.
Business Performance
IPC operating revenues are strongly inluenced by traic
frequency of cargo and passenger ships from and to ports
managed by the Company. The Company’s performance
is measured by several parameters including number
of ship arrivals, as well as low of goods, containers and passengers. As a port operator, the Company’s business
growth is highly dependent on its ability to respond to the
world trends in port ield, such as port services competition
at regional and domestic levels as well as the needs for deeper channels and port basins to handle larger ships
and faster dwelling time.
In line with the unrecovered domestic and global economic conditions, ship arrivals as one of the indicators of
economic activity also experienced a decline. Throughout
2014, the number of ship arrivals at ports managed by the
Company decreased by 1.64% from 53,366 units in 2013 to 52,491 units. Compared to the predetermined target
of 56,865 units, the actual number of ship arrivals in 2014
deviated by 7.69%. The decrease was experienced by both domestic and foreign shipping.
The following table shows the Company’s operating performance in the last 3 years.
Secara keseluruhan, pada tahun 2014 Perseroan melayani 14.160.900 ton general cargo, 42.497.108 ton peti kemas, 49.497.108 ton dry bulk, dan 27.384.394 liquid bulk. Dari empat BUMN yang bergerak di bidang kepelabuhanan,
Perseroan memberikan kontribusi pendapatan sebesar
44%. Sementara dari jumlah peti kemas, Perseroan menangani 53% dari total peti kemas yang melalui pelabuhan di Indonesia.
Realisasi pendapatan usaha bersih di tahun 2014 mencapai Rp 6,41 triliun, naik 5,40% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pendapatan tersebut masih di bawah target sebesar Rp 9,48 triliun. Hal ini disebabkan tidak tercapainya realisasi dari elemen-elemen pendapatan.
Pendapatan yang realisasinya di bawah anggaran diantaranya adalah pendapatan jasa barang, pendapatan
rupa-rupa usaha, dan pendapatan pelayanan terminal. Elemen pendapatan lain yaitu pelayanan jasa kapal, dan
pelayanan terminal peti kemas, pendapatan pengusahaan alat, pendapatan pengusahaan alat, pendapatan
pengusahaan TBAL juga berada di bawah target meskipun tidak signiikan.
Perseroan membukukan laba usaha tahun berjalan
sebesar Rp 1,32 triliun, turun 18,19% dibandingkan tahun 2013 yang mencapai Rp 1,61 triliun. Di antara penyebabnya
adalah restrukturisasi pada anak perusahaan, yaitu
PT Rukindo yang mengalami kerugian sekitar Rp 230 miliar sehingga meningkatkan beban Perseroan. Termasuk
dalam beban tersebut adalah penyelesaian terhadap sumber daya manusia yang ada melalui kebijakan
pemutusan hubungan kerja dan restrukturisasi Rukindo. Distribusi Nilai Ekonomi [G4-EC1]
Selama periode pelaporan, hasil kinerja ekonomi IPC
yang memberikan gambaran mengenai perolehan nilai ekonomi dan pendistribusiannya kepada para pemangku kepentingan dapat dilihat pada tabel berikut, yang disusun mengacu pada indikator kinerja ekonomi berdasarkan pedoman pelaporan keberlanjutan Global Reporting Initiative/GRI G4.
Kinerja usaha Perseroan memberikan kontribusi untuk penerimaan negara melalui pembayaran pajak serta untuk
kesejahteraan masyarakat melalui program-program PKBL dan CSR, disamping memberikan nilai ekonomi yang dinikmati oleh karyawan dan pemegang saham.
Overall, in 2014 the Company served 14,160,900 tons
of general cargo, 42,497,108 tons of container, 49,497,108 tons of dry bulk, and 27,384,394 tons of liquid bulk. Of the four SOEs involved in port ield, the Company contributed to 44% of revenues. Whereas in terms of the number of containers, the Company handled 53% of total containers passing through ports in Indonesia.
Realization of net operating revenues in 2014 reached Rp 6.41 trillion, increased by 5.40% compared to the previous year. However, the revenues were still below the target of Rp 9.48 trillion. This was due underachievement of realized revenue elements.
Realized revenues which were under budget include cargo
services revenue, other operating revenues, and terminal
services revenue. Other operating revenues including ship
services, container terminal services, equipment services,
TBAL services were also under budget although not signiicantly.
The Company booked an operating income of the current
year of Rp 1.32 trillion, decreased by 18.19% compared to 2013 which reached Rp 1.61 trillion. Among the triggers
was restructuring of a subsidiary company, namely
PT Rukindo with a loss of approximately Rp 230 billion, thereby increasing the Company’s expenses. Included in the expenses is settlement of the existing human resources through termination policy and Rukindo restructuring.
Distribution of Economic Value [G4-EC1]
During the reporting period, the results of IPC economic performance which gives an overview of the acquired economic value and its distribution to stakeholders are shown in the following table, prepared with a reference to indicators of economic performance based on
sustainability reporting guidelines of Global Reporting Initiative/GRI G4.
The Company’s business performance contributes to the country’s revenues through tax payments as well as the community welfare through PKBL and CSR programs, in addition to providing economic value beneited by employees and shareholders.
Tabel berikut menyajikan gambaran mengenai kinerja
ekonomi Perseroan, termasuk besaran nilai-nilai ekonomi
yang didistribusikan kepada para pemangku kepentingan yang meliputi mitra kerja, karyawan, pemegang saham,
pemerintah dan masyarakat. Tabel tersebut juga
memberi gambaran seberapa besar nilai tambah yang diberikan Perseroan terhadap perekonomian nasional sebagai dampak dari efek berantai yang ditimbulkan oleh
pemangku kepentingan.
Nilai Ekonomi yang Dihasilkan Direct Value Generated
dalam ribuan Rupiah 2014 2013 In thousand Rupiah
Nilai ekonomi yang dihasilkan Direct value generated
a. Pendapatan
(Pendapatan operasi + pendapatan konstruksi + pendapatan operasi lainnya + pendapatan keuangan + bagian laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama)
10.082.554.766 8.602.376.462 a. Revenues
(Operating revenues + construction revenues + other operating income + inance income + equity
in net income of associates and joint control
entity)
Nilai ekonomi yang didistribusikan Economic value distributed
b. Biaya-biaya
(Beban operasi + beban konstruksi + beban operasi lainnya + beban keuangan - beban pegawai - penyusutan dan amortisasi - beban asuransi)
6.356.571.440 4.745.226.613 b. Expenses
(Operating expenses + construction expenses + other operating expenses + inance cost – Employee expenses – Depreciation and amortization expenses – Insurance expenses) c. Biaya pegawai 1.174.631.499 1.069.124.002 c. Employee expenses
d. Pembayaran kepada penyandang dana
Dividen (tahun buku 2013 dan 2012 796.314.089 589.723.070 d. Payments to providers of capitalDividend (iscal year 2013 and 2012) e. Pengeluaran kepada pemerintah (pajak) 1.150.722.670 1.098.129.104 e. Payments to government (taxes)
f. Investasi komunitas
(Program Kemitraan + Bina Lingkungan + CSR) 17.633.273 42.654.077 Partnership program + community development f. Community investment + CSR) Jumlah nilai ekonomi yang didistribusikan 9.495.872.971 7.544.856.866 Total economic value distributed
Nilai ekonomi yang ditahan (a – b – c – d – e – f)
586.681.795 1.057.519.596 Economic value retained (a – b – c – d – e – f)
The following table presents an overview of the Company’s
economic performance, including the amount of economic value distributed to stakeholders which include business partners, employees, shareholders, government and the
community. The table also illustrates how much value
added that the Company contributed to the national
economy as a result of the domino efect initiated by stakeholders.
Dampak Ekonomi Tidak Langsung [G4-EC8]
Pada tahun 2014, Perseroan melakukan beberapa studi lanjutan dimana salah satunya adalah studi mengenai dampak pengembangan infrastruktur dan peralatan IPC
terhadap perekonomian regional dan nasional (Economic impact of infrastructure and equipment development in IPC towards regional and national economy).
Studi ini bertujuan untuk melihat dampak ekonomi
dari investasi IPC dalam pengembangan infrastruktur pelabuhan, yang meliputi infrastruktur utama berupa dermaga, lapangan penumpukan, kapal pandu dan
tunda, alat bongkar muat di dermaga (ship to shore crane), lapangan (yard crane) dan alat produksi pendukung, terhadap perekonomian regional dan nasional.
Dari studi tersebut diketahui bahwa pada tahun 2013 IPC
secara total telah menyumbangkan gross value added
sebesar Rp 7,2 triliun terhadap GDP Indonesia atau setara dengan ¼ GDP dari provinsi Bengkulu. Investasi IPC juga
memberikan multiplier efect sebesar 1,63. Artinya, setiap pengeluaran Rp 1 triliun, menciptakan nilai tambah sebesar Rp 630 miliar pada perekonomian Indonesia. Dari
hasil studi tersebut dapat diprediksi bahwa pada tahun 2018, berdasarkan rencana investasi 5 tahunan, investasi IPC akan berkontribusi direct value-added senilai Rp 12,5
triliun (adjusted inlation). Ditambah dengan perkiraan nilai direct value-added dari rantai pasok (supply chain) pada tahun 2018 sebesar Rp 5,9 triliun terhadap GDP, secara
total IPC diperkirakan akan memberikan nilai tambah
sebesar Rp 20,4 triliun terhadap GDP Indonesia. Diagram: Kontribusi Ekonomi IPC Pada Tahun 2013
Total Impact Induced Indirect 4.4 1.7 0.7 0.5 0.2 1.4 1.1 7.2 6,540 11,250 14,950 32,740 Tax Revenue (Rp trillion) Employment Contribution to GDP (Rp trillion) Direct
Source: Oxford Economics
Indirect Economic Impacts [G4-EC8]
In 2014, the Company performed several advanced studies,
including a study of Economic impact of infrastructure
and equipment development in IPC towards regional and
national economy.
This study aims to look at the economic impact of IPC investment in port infrastructure development, which includes major infrastructure such as docks, storage yards,
pilot and tug ships, ship to shore crane, yard crane, and
supporting production equipment, towards regional and
national economy.
Based on this study, it is noted that in 2013 IPC in total contributed gross value added amounting to Rp 7.2 trillion to Indonesian GDP or equal to ¼ of GDP of Bengkulu province. IPC investment also initiated a multiplier efect of 1.63. Meaning, each spending of Rp 1 trillion creating value added of Rp 630 billion in Indonesian economy. According
to the results of this study it is predicted that by 2018,
based on the 5-year investment plan, IPC investment would contribute to a direct value-added worth Rp 12.5 trillion (adjusted inlation). Combined with an estimated direct value-added from supply chain in 2018 of Rp 5.9 trillion to GDP, in total IPC is predicted to provide value- added of Rp 20.4 trillion to Indonesian GDP.
Studi lanjutan lainnya yang dilakukan pada tahun 2014
adalah studi terkait upaya mengurangi biaya logistik
yang bekerja sama dengan World Bank (Implementation of reducing logistic cost in Indonesia). Studi ini berfokus
pada optimalisasi pelayaran domestik peti kemas di Indonesia untuk mengurangi biaya logistik secara agregat
di Indonesia. Studi ini diperkirakan akan selesai pada Januari 2015.
Selain itu, World Bank juga melakukan studi lain yang
bernama port development priority projects and inancing
strategy dimana fokus utama dalam studi ini adalah untuk
mengidentiikasi pelabuhan-pelabuhan (existing) mana yang dapat dijadikan prioritas pengembangan. Studi ini
dimaksudkan untuk mendukung konektivitas domestik dan menetapkan strategi pembiayaan pengembangan
pelabuhan tersebut.
Hasil studi tersebut akan memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kontribusi IPC dalam mereduksi biaya logistik pada rantai distribusi nasional hingga ke titik optimal yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan daya saing dan pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Pembangunan Terminal NewPriok [G4-EC7]
IPC telah mengembangkan strategi jangka panjang untuk merespon peluang menjadi perusahaan
pelabuhan internasional di Indonesia. Saat ini IPC telah
mengembangkan berbagai rencana strategis jangka panjang, diantaranya adalah pembangunan Terminal NewPriok yang merupakan bentuk komitmen Perseroan untuk mendukung kemajuan bangsa Indonesia dan berkontribusi terhadap pertumbuhan nasional atau “committed to progress”.
Terminal NewPriok akan menjadi jaringan logistik
nasional modern yang lebih eisien untuk menarik lebih banyak investasi ke Indonesia. Hal ini akan meningkatkan level produktivitas dibandingkan dengan pelabuhan-
pelabuhan besar lainnya di seluruh dunia, yang akhirnya dapat meningkatkan perdagangan dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Disamping itu,
pembangunan Terminal NewPriok juga merupakan proyek pembangunan terbesar di Indonesia saat ini yang mampu memperkuat mata rantai logistik Indonesia secara
signiikan.
Other advanced study conducted in 2014 was related
to Implementation of reducing logistics costs in Indonesia in collaboration with the World Bank. This study focused
on optimizing domestic container shipping in Indonesia to
reduce logistics cost in aggregate in Indonesia. This study is expected to be completed in January 2015.
In addition, World Bank also conducted a study titled port development priority projects and inancing strategy with a main focus on identiication of the existing ports for prioritized development. This study was intended to
support domestic connectivity and to establish the port
development inancing strategy.
Results of the aforementioned studies would provide
a more accurate picture of IPC contribution in reducing logistics costs in the national distribution chain up to the optimum point that would ultimately have an impact on
increasing Indonesia’s competitiveness and economic growth.
Construction of NewPriok Terminal [G4-EC7]
IPC has developed a long-term strategy to respond to
opportunities to become an international port company in
Indonesia. IPC currently has developed various long-term
strategic plans, including the construction of NewPriok
Terminal which represents the Company’s commitment
to support development of the Indonesian nation and
to contribute to the national growth, or “committed to progress”.
NewPriok Terminal will be a modern national logistics
network that is more eicient to attract more investments coming to Indonesia. This will increase productivity level
compared to other major ports in the world, which can ultimately increase trade and accelerate economic growth
in Indonesia. In addition, the construction of NewPriok
Terminal is also the largest construction project in
Indonesia today that is able to signiicantly strengthen Indonesia’s logistics chain.
Terminal NewPriok juga akan meningkatkan kapasitas
dan eisiensi dari jaringan logistik nasional Indonesia
dengan level produktivitas yang sebanding dengan
pelabuhan-pelabuhan besar di dunia. Pelabuhan ini juga
akan meningkatkan kemampuan dalam melayani kapal petikemas yang lebih besar sehingga memungkinkan kapal
petikemas kelas Triple E melewati Indonesia tanpa perlu transshipment di pelabuhan lain. Hingga saat ini, kapal Triple E merupakan kelas terbesar dari kapal petikemas ini, dengan kemampuan mencapai 15.000 TEUs.
Dimulai secara resmi pada tanggal 22 Maret 2013,
pembangunan Terminal NewPriok direncanakan selesai
tahun 2023 terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama yang direncanakan selesai 2017 adalah pembangunan 5 terminal yakni: 3 terminal dengan kapasitas 4,5 juta TEUs dan 2 Terminal Curah Cair dengan kapasitas 10 juta meter kubik/tahun. Sedangkan pembangunan tahap II yang direncanakan dimulai pada tahun 2018 hingga 2023
meliputi pembangunan 4 terminal peti kemas dengan
total kapasitas 8 juta TEUs per tahun.
NewPriok Terminal will also increase capacity and eiciency of Indonesia’s logistics network with a productivity level comparable to major ports in the world. This port will
also improve the capability to serve larger container ships
allowing Triple E class container ships passing through Indonesia without the need for transshipment at other ports. To date, Triple E is the largest class of container ships, with a capacity of up to 15,000 TEUs.
Oicially commenced on March 22, 2013, the construction of NewPriok Terminal is expected to be completed by 2023 and divided into two phases. The irst phase which is expected to be completed by 2017 is the construction of 5 terminals, consisting of: 3 terminals with a capacity of 4.5 million TEUs and 2 Liquid Bulk Terminals with a capacity of 10 million cubic meters/year. Whereas the second phase
which is planned to begin in 2018 and to be completed by
2023 includes the construction of 4 container terminals with a total capacity of 8 million TEUs per year.
Rencana Pengembangan Terminal NewPriok
Tahap/Phase Terminal Jenis/Type Kapasitas/Capacity Daya Muat/Draft Panjang/Length
Tahap/Phase1
Container Terminal 1 Container 1.500.000 TEUs/year 16 m (Design Depth 20m) 850m
Container Terminal 2 Container 1.500.000 TEUs/year 16 m (Design Depth 20m) 800m
Container Terminal 3 Container 1.500.000 TEUs/year 16 m (Design Depth 20m) 800m
Product Terminal 1 Petroleum Product 5.000.000 m3/year 19 m (Design Depth 20m) 800m Product Terminal 2 Petroleum Product 5.000.000 m3/year 16 m (Design Depth 20m) 800m
Tahap/Phase2
Container Terminal 4 Container 2.000.000 TEUs/year 16 m (Design Depth 20m) 1.000m
Container Terminal 5 Container 2.000.000 TEUs/year 16 m (Design Depth 20m) 1.000m
Container Terminal 6 Container 2.000.000 TEUs/year 16 m (Design Depth 20m) 1.000m
Container Terminal 7 Container 2.000.000 TEUs/year 16 m (Design Depth 20m) 1.000m
Latar Belakang Pembangunan Terminal NewPriok Pertumbuhan arus petikemas tercatat lebih dari 20%
dalam 3 tahun terakhir (2009-2013) dan sekitar 5% pada 10 tahun terakhir (2002-2012). Total realisasi throughput
peti kemas di Tanjung Priok pada tahun 2011 sebesar
5,6 juta TEUs, meningkat menjadi 6,2 juta TEUs di tahun 2012/2013. Sementara kapasitas Terminal Peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini adalah 7-8 juta TEUs.
Hal ini menunjukkan kebutuhan yang mendesak untuk melakukan penambahan fasilitas dan kapasitas untuk
mengantisipasi pertumbuhan arus peti kemas di tahun- tahun mendatang.
Fasilitas terminal pelabuhan eksisting di Pelabuhan Tanjung
Priok hanya melayani kapal dengan kapasitas maksimum
6.000 TEUs, sedangkan tren pertumbuhan penggunaan
kapal peti kemas di dunia saat ini menggunakan kapal
dengan kapasitas >10.000 TEUs dalam rangka mengurangi biaya logistik per TEUs. Sehingga untuk melayani kapal Direct Call dengan ukuran besar harus disiapkan fasilitas
yang memadai.
NewPriok Terminal Development Plan
Background of NewPriok Terminal Construction The recorded growth of container traic is more than 20% in the last 3 years (2009-2013) and around 5% in the last 10 years (2002-2012). Total realized containers throughput in Tanjung Priok in 2011 was 5.6 million TEUs, up to 6.2 million TEUs in the year 2012/2013. Whereas
the capacity of Container Terminal at Tanjung Priok Port
is currently 7-8 million TEUs. This shows the urgent need
for additional facilities and capacity to anticipate the
increasing containers low in the coming years.
The existing port terminal facilities at Tanjung Priok Port only serve ships with a maximum capacity of 6,000 TEUs,
while the growing trend of the use of container ships in
the world today is ships with a capacity of >10,000 TEUs in