• Tidak ada hasil yang ditemukan

P ADUKA SURI PUTRI YANG DIKETEMUKAN DARI RUMPUN BAMBU

BAB

VI

P ADUKA SURI PUTRI

YANG

DIKETEMUKAN

DARI RUMPUN BAMBU

Alkisah, tersebutlah sebuah cerita tentang seorang tua di ne­ geri Beb.galorr yang bemama Meragui membuka huma di Mengka­ nying.

Puluhan tahun sudah Meragui beristri, akan tetapi sampai sekarang belum mempunyai anak. Hasrat mereka untuk menda­ patkan anak begitu besar, sehingga berbagai usaha telah dilaksa­ nakan. Berbagai jenis ramuan obat-obatan sudah dimakan dan diminum, juga diusahakan dengan jalan berdukun dan berbelian, namui:i kesemuanya tidak membenkan hasil. Sang isteri makin hari makin tua dan manakala datang bulan sudah berhenti, maka ma­ gullah hati Meragui. Hilanglah harapannya untuk mendapatkan

anak dari kandungan isterinya. Bersamadilah dia ditujukan kepada

Sang Hiyang Sukma

agar

memberikan anak dengan jalan lain.

Berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun Meragui mengharap­ kan agar Sang Hiyang Sukma mengabulkan permintaannya.

Pada suatu malam Meragui bermimpi bertemu dengan seorang tua yang sudah bungkuk dan batok kepalanya lem but seperti kapas. Orang tua itu berkata, "Hai Meragui, terlalu kasihan hatiku melihat engkau yang kepingin untuk mendapatkan anak. lsterimu sudah tidak bisa datang bulan lagi, sehingga meski engkau setiap malam bersetubuh, tetap bibitmu tidak akan jadi anak. Akan te­

tapi jika engkau benar-benar hendak mendapatkan anak maka per­ gilah engkau berburu besok. Bawa isterimu dan anjing-anjingmu. Di tempat perjalanan di mana anjing-anjingmu menyalak, maka buatlah pondok dan tidurlah engkau di sana laki-bini."

Sesudah berpesan demikian, orang tua itu pun menghilang dari pandangannya dan Meragui pun terbangun dari tidumya. Didengamya ayam ramai berkokok, menandakan malam diganti dengan siang. Meragui pun bangkit lalu menutuk sirih dan mem­ buat rokok, sambil termenung mengingat-ingat mimpinya tadi.

Setelah habis sebatang merokok di bangunkannyalah isteri­ nya yang masih tidur nyenyak. lsterinya bangkit dari pem baring­ an lalu Meragui memberikan sirih yang su dah ditutuknya. Sambil isterinya mengunyah sirih, Meragui pun bercerita tentang apa yang dipesankan oleh orang tua yang dijumpainya di dalam mimpi. Setelah mendengar cerita itu bininya berkata, "Marilah kita ber­ jalan sekarang juga." Meragui pun ketawa dan berkata, "Mandi­ lah engkau terlebih dahulu, kemudian siapkan makanan dan per­ lengkapan lainnya yang diperlukan di dalam perjalanan. Anjing­ anjing kita diperiksa dahulu, apakah lengkap atau berjaga-jaga di huma." Dengan riang isterinya melaksanakan apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut.

Pada waktu matahari mulai condong ke Barat, maka ber­ jalanlah Meragui dua laki-isteri disertai dengan tiga ekor anjingnya yang setia. Mereka berkelaria membuntuti ke arah mana anjing:­ nya berlari-lari. Mereka berjalan di bawah teriknya sinar mata­ hari, naik gunung turun gunung, namun mereka tak merasa letih, . karena di pelupuk mata mereka sudah terbayang-bayang seorang bayi anugerah dari orang tua yang sudah bungkuk dengan batok kepala seperti kapas.

Hampir senja didengarnyalah anjing-anjingnya menyalak dan menggonggong dari kejauhan. Mendengar bunyi riuh itu, Meragui dua laki-bin i lari terbirit-birit menuju tempat di mana anjing-an­ jing itu berada. Beberapa kali mereka jatuh jungkir-balik, namun segera bangkit kembali untuk kemudian berlari lagi ke tempat suara anjing-anjingnya terdengar . . Akhirnya sam pai jualah mereka ke tempat anjing-anjingnya menyalak itu. Dilihat Meragui ke kiri dan ke kanan tiada pohon-pohonan yang tampak kecuali rumpun­ rumpun bambu yang berserakan.

Pada salah satu rumpun barn bu dilihatnya sebatang yang ber­ belang seperti cindai berada di tengah-tengah rumpun itu, sedang­ kan daun-daunnya berwarna kuning. Maka berkatalah Meragu i kepada isterinya, "Sebaiknya kita niembuat pondok di dekat rumpun barn bu in i untuk tern pat kita bermalam. " Isterinya meng­ angguk tanda setuju dan mereka pun membuat pondok yang da­ pat di�lesaikannya sampai pada waktu malam tiba. Mereka masuk

di dalam pondok. itu dan barulah sekarang merasa batang tubuh­ nya sakit dan nyeri, karena beberapa kali tadi terjatuh jungkir­ balik.

Dengan berganti-ganti Meragui laki-bini saling pijit, sambil bercakap-cakap mengenai mimpi Meragui. Sampai tengah malam tidak terjadi suatu apa sehingga Meragui mengeluh, "Apakah ke­ sudahannya kita ini; baiklah kita tidur saja! "

Meragui laki-bini membaringkan tubuhnya . dan tidak bera­ pa lama kemudian terdengarlah dengkur mereka saling tingkah­ meningkah. Dengkur yang sating sahut ini, menyebabkan binatang­ binatang yang melata takut menghampiri pondok dan tertegun mendengar suara dengkur yang belum pernah didengar itu. Sedang

asyiknya ular bentung, kalajengking, lintah dan binatang-binatang

melata lainnya mendengar irama dengkur itu, pada saat itu Mera­ gui bermimpi melihat tujuh orang berpakaian kuning. Salah se­ orang berkata, "Hai Meragui bangunlah d� tidurinu yang lelap dan sambutlah anakmu ini yang kami beri nama Paduka Suri. Jangan engkau sembarangkan anak ini, karena dia adalah anak Dewa yang menjelma ke dunia menjadi manusia. Selama empat

puluh hari em·pat puluh malam janganlah dia dibaringkan di atas

tikar. Kumpulkanl� kaum keluargamu untuk memangku Paduka Suri berganti-gantian selama empat puluh ]lari empat puluh malam."

Meragui tei:kejut bangun, dilihatnya ke kiri dan ke kanan, ke muka dan ke belakang, tapi tidak nampak ketujuh orang ber­ baju kuning itu. Sesaat kemudian barulah dia sadar bahwa dia te­ lah bermimpi. Teringat akan mimpf itu, segera pula matanya liar mencari-cari di dalam pondok itu. Tapi tidak ada dia melihat ja­ bang bayi yang dinamakan Paduka Suri itu. Hanya yang dilihatnya

sosok tubuh tu_a yang tidur lelap setengah telanjang dengan mulut

ternganga,

air

liur meleleh membasahi tanah yang sudah memang

lembab, menghiasi muka yang sudah keriput. Dengan mengeluh berkatalah Meragui seakan-akan berbisik, "Oh, ini bukan Paduka Suri, tetapi isteriku yang sudah tua sama tuanya dengan aku sendiri.

Tapi dia sudcih kehilangan nafsu birahi, -sedangkan aku makin tua

makin menjadi." Sambil berkata demikian dibukanya kain yang

menutupi tubuh isterinya, s!hingga isterin'ya terbaring dalam ke­ adaan bukan setengah telanjang lagi. Dari jauh terdengar a yarn ber­ kokok berSahut-sahutan sebagai memberi tanda bahwa sudah dinihari.

Pada saat itu isteri Mer�gui bermimpi bahwa dia sedang mem­ buka pehumaan baru bersama-sama dengan suaminya. Suaminya itu sedang memotong sebuah pohon besar, sedangkan dia berada di sekitar pohon itu memungut ranting kecil untuk dijadikan kayu memasak nasi. Sedang asyiknya dia memungut ranting-ranting ka­ yu itu, tiba-tiba batang pohon yang ditebang oleh suaminya itu rebah menimpa dirinya. Dia pun berteriak-teriak karena merasa tertindih batang pohon itu.

"Hai, apa yang kau takutkan! " terdengar suara Meragui di telinganya. Dia pun tersentak bangun dan dilihatnya Meiagui ber­ ada di atas tubuhnya dengan nafas berdengus-dengus seperti ker­ bau jalang. Maka sadarlah dia bahwa bukannya batang pohon yang menimpa dirinya seperti yang dimimpikannya tadi, tapi rupanya lakinya sedang mabuk kasmaran.

"Ah, kau tua bangka masih saja berlaku seperti anak-anak muda", seru istri Meragui sambil menolak tubuh suaminya dan berusaha untuk bangkit.

Meragui mendengar ucapan isterinya ketawa geli, lalu bangkit mencari tutukan sirih. Isterinya dengan uring-uringan bangkit sam­ bil membetulkan kainnya. Meragui kemudian memberikan sirih

yang sudah lumat ditµtuknya kepada isterinya. Melihat ini marah­ nya mereka dan sambil menyuap sirih itu ke mulutnya terlihat wajahnya cerah kembali. Mereka sating berpandangan dan kemu­ dian meledaklah ketawa kedua-duanya.

Pada saat Meragui dua laki-bini ketawa geli itu tiba-tiba ter­ dengarlah dentuman seakan-akan suara meriam tujuh kali banyak­ nya. Dan tiba-tiba cahaya terang terlihat di luar pondok yang si­ narnya berpusat pada rumpun barn bu yang warna daunnya kuning. Lalu Meragui serta isterinya mendengar tangis bayi, seakan-akan baru keluar dari rahim ibunya. Kedua laki-istri itu pun berloncat­ an ke luar pondok. Mereka menuju ke rumpun buluh itu dan ter­ lihatlah oleh mereka seorang bayi berbedu,ng kain sutera yang

halus dan berlampin warna kuning, terletak pada belahan bambu yang ber

b

elang seperti cindai. Meragui pun segera memasuki rum­ pun buluh itu menuju bambu yang berbelang itu dan cepat diam­ bilnyalah bayi yang sedang menangis itu. Dilihatnya pula ada ba­ rang-barang permainan anak bayi itu, yaitu ringku mas, guling mas, tapung mas, telatik mas dan pamedangan mas. Semua barang­ barang permainan dari mas itu juga diambilnya dan sudah itu ke­ luarlah dia dari rumpun barn bu itu menemui isterinya yang sudah tidak sabar lagi menunggu dan ingin segera menggendong anak itu.

Tiba-tiba Meragui serta isterinya mendengar suara yang da­ tangnya dari langit, "Peliharalah anak itu baik-baik, Meragui! Janganlah dia disia-siakan karena anak itu adalah anak Dewa yang dititipkan kepada engkau untuk memeliharanya. Bilamana dia besar kelak dan sudah waktunya untuk bersuami, maka sang calon suami harus dapat memberikan sumahan berupa negeri­ negeri, dan juga terdengar lefusan-letusan sebagaimana juga kau dengar tadi.

Letusan-letusan bagalkan meriam bunyinya yang kau dengar tadi, juga terjadi di negeri-negeri Mangkuraja, Kiham , Muara Ka­ man dan Pasir, dan meletus bersamaan saatnya sebagaimana di Bengalon sini."

Meragui dua laki-isteri mendengar pesan itu dengan berdiri •· bulu roma, karena suara yang didengarnya itu begitu agung dan berwibawa. Lama mereka termenung dan mungkin tidak akan ber­ anjak dari tempat itu, kalau tidak Putri Suri menangis seakan min­ ta segera dibawa pergi. Mereka terkejut dan sadar apa yang telah terjadi atas diri mereka. Segera bayi itu digendong oleh isteri Meragui dan mereka bergegas pulang ke Mengkanying dengan ber­ lari:-lari kecil mendaki dan menurun gunung, sambil berhenti se­ bentar-sebentar mencari nafas. Anjing-anjing mereka tetap dengan gembira mengiringi mereka ada kalanya di muka, kadang kala pula di belakang.

Tangisan bayi dan gonggongan anjing menyebabkan penghu­ ni kampung Mengkanying me!1jadi ingin tahu apa yang terjadi ge­ rangan di kampungnya itu. Mereka yang sedang di dalam rumah

78

segera berhamburan keluar dan menolehkan kepalanya ke tempat terdengar tangisan bayi itu. Dan alangkah terkejutnya mereka me­ lihat isteri Meragui menggendong seorang bayi dengan diiringi oleh suaminya yang kelihatan menari-nari seperti anak kecil, ditingkah pula oleh suara anjing-anjingnya yang menyalak-nyalak kecil. Ini merupak:an tontonan yang tidak pemah dilihat oleh penghuni kampung Mengkanying selama ini, apa pula kejadian ini dilihat­ nya pada diri Meragui laki-bini yang merupakan sesepuhnya dan orang tua yang amat disegani di kampung. Mereka pun beramai­ ramai mengiringi Meragui dua laki-bini yang menuju ke rumah­ nya. Demikian pula sanak-keluarga Meragui berdatangan menuju ke rumahnya untuk mengetahui apa yang sebenamya terjadi atas diri orang tua itu.

Sesudah beristirahat sebentar di rumah, maka Meragui pun mulai bercerita kepada kaum keluarganya dan kepada sekalian isi kampung Mengkanying yang hadir tentang mimpinya dan apa yang dialaminya selama dalam perjalanan dan selama berpondok di sekitar rumpun buluh itu. Hanya yang tidak diceritakannya ialah tentang kisah asmara tua bangka yang dilakukannya, cuma dia tersenyum geli mengingat-ingat tingkah-lakunya itu. Otang banyak: yang berkumpul tidak mengerti isi kandungan dari ketawa geli Meragui, ak:an tetapi sebagai kena a1iran stroom mereka juga ikut tertawa geli. Maka ramailah orang-orang ketawa, tanpa dike­ tahui sebab-sebabnya.

Kemudian Meragui pun berkata kepada isterinya, "Baiklah kita buka bedung bayi ini terlebih dahulu! " maka dibukalah be­ dung anak itu yang terbuat dari kain sutera yang halus dan berlam­ pin warna kuning. Dan apakah yang terlihat oleh Meragui dua laki­ isteri serta kaum kerabatnya dan orang-orang kampung yang hadir. Pada telapak tangan kiri Putri Suri terletak sebiji telur dan tangan­ kanannya berisi uncal. Tiba-tiba telur yang ada di telapak tangan kiri Paduka Suri itu pecah, dan keluarlah seekor anak ayam betina.

Betita tentang keberuntungan Meragui mendapat titipan anak Dewa tersebarlah ke seluruh negeri Bengalon dan ramailah orang­ orang berdatangan untuk menyaksikan kebenarannya. Mereka terpesona melihat. wajah bayi itu yang cemerlang seperti bulan

pumama dan mereka kagum melihat uncal yang terbuat dari emas murni dan aneh bentuknya. Mereka pun mengagumi pennainan­ permainan yang\diberikan oleh para Dewa untuk Paduka Suri itu.

.

Karena banyak orang yang datang berkunjung melihat Pa-duka Suri, maka hawa dalam rumah menjadi panas, sehingga sang bayi kembali menangis. Isteri Meragui pun\segera mengeluarkan te­ teknya, akan tetapi setelah dia ingat bahwa Paduka Suri lahir bu­ kan dari rahimnya sendiri, maka sadarlah dia bahwa tidak mungkin teteknya akan mengeluarkan air susu. Susahlah hati Meragui dua

· laki-isteri. Tangis Paduka Suri tidak reda-redanya, meskipun isteri

Meragui berusaha untuk memberikan sang bayi air minum bicisa.

"Bagaimanakah akan dapat menghidupi anakku ini," keluh isteri Meragui.

Setelah malam tiba orang-orang pun telah pulang ke rumah­ nya masing-masing, tinggallah Meragui dua laki-isteri bersama-sama dengan Paduka Suri yang belum saja lagi mengruchiri tangisnya. Karena terlampau letih isteri Meragui pun tertidur sam bil memang­ kti sang bayi, sedang Meragui sendiri sud.ah lama tergolek di lantai tidur pulas. Entah berapa lama dia tertidur, maka terdengarlah olehnya suara sayup-sayup yang berkata kepadanya, "Hai orang tua, janganlah engkau susah karena tidak dapat menyusui anak­ mu itu. Tepuklah susumu yang sebelah kanan niscaya akan keluar

air

susu!".

lsteri Meragui terkejut bangun. Dilihatnya ke kiri dan ke kanan, ke atas dan ke bawah tapi tidak seorang makhluk pun yang dilihatnya. Mendengar tangis Paduka Suri yang berada dalam pangkuannya, teringatlah dia akan pesan yang disampaikan oleh suara yang didengamya tadi. Segeralah dia mem buka bajunya dan dengan kuat ditepuknyalah teteknya yang sebelah kanan sampai terasa sakit olehnya. Tiba-tiba memancarlah air susu yang harum baunya seperti bau ambar dan kasturi. Sangatlah suka hatinya dan segera Meragui dibangunkannya. Meragui melihat air susu yang memancar seperti hujan gerimis jadi heran. Isterinya segera mema­ sukkan ujung teteknya ke mulut Paduka Suri .dan terlihatlah beta­ pa sang bayi dengan lahapnya mengisap-isap tetek itu. Sambil me­ nyusui anaknya itu isteri Meragui berceritalah kepada suaminya

tentang suara yang didengamya dan bagaimana teteknya yang

Dokumen terkait