• Tidak ada hasil yang ditemukan

Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah

daerah)

Sebelum membahas tentang langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah. Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa jenis peraturan di daerah terdiri atas 2 (dua) yaitu keputusan regulatif dan keputusan stifulatif. Keputusan regulatif dikenal sebagai peraturan, yang berlaku sebagai petunjuk penerapan Undang-Undang yaitu Perda dan Peraturan Gubernur/Bupati/ Walikota. Sedangkan keputusan stipulatif, yang dikenal sebagai Surat Keputusan oleh otoritas dalam satu lembaga untuk menentukan kebijakan yang secara khusus mengikat kelompok tertentu dalam lembaga tersebut.

Adapun langkah-langkah penyusunan peraturan perundang-undangan tingkat daerah di lingkungan pemerintah daerah diatur dalam:

• Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah (Keputusan Mendagri) No.21 Tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah.

• Keputusan Mendagri No.22 Tahun 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah.

• Keputusan Mendagri No.23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk-produk Hukum Daerah.

96

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

waktu paling lambat 30 hari sejak Raperda disetujui bersama, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan.

Adapun langkah-langkah penyusunan setiap instrumen hukum berbeda satu dari yang lain, tetapi secara umum proses penyusunannya harus mencerminkan delapan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai contoh, untuk menyusun Perda baru, para perancang peraturan sebaiknya melalui enam langkah yaitu:

Langkah 1 : Identifikasi masalah. Perancang peraturan mengawali penyusunan naskah peraturan dengan menganalisis masalah secara ilmiah bersama para pakar untuk mengidentifikasi bahaya dan risiko, masyarakat terkena dampak, tindakan yang diperlukan, dan prioritas. Langkah 2 : Identifikasi peraturan dan hukum yang

relevan. Pada langkah ini, penyusun peraturan mengidentifikasi perangkat hukum yang relevan, menganalisis kapasitas pemerintah untuk mengakkan peraturan dan anggaran, serta

mengawasi lembaga terkait dalam pelaksanaan peraturan.

Langkah 3 : Penyusunan naskah akademik. Langkah ini merupakan hasil dari langkah sebelumnya yang terdiri dari visi, misi, kajian ilmiah, kerangka hukum dan kelembagaan, serta penjelasan tentang tiga masalah substansial: alasan Perda disusun,

komponen utama dan cakupan peraturan tersebut, serta proses penyusunan dan pengesahan Perda. Langkah 4: Konsultasi Publik. Rancangan naskah

disajikan kepada panel atau melakukan diskusi kelompok terfokus dengan komunitas khusus, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kalangan akademik, untuk mendapatkan

tanggapan dan umpan balik. Konsultasi ini juga merupakan cara menyosialisasikan rancangan naskah kepada media, pemangku kepentingan dan masyarakat luas.

Langkah 5 : Diskusi legislative. Langkah ini merupakan proses pengambilan keputusan melalui diskusi antara anggota DPRD, Gubernur, Bupati/ Walikota, dan kelompok yang berkepentingan seperti asosiasi, universitas, dan masyarakat berisiko. Langkah 6 : Pengesahan Perda. Langkah ini

merupakan langkah akhir dari penyusunan perangkat hukum dan langkah pertama penerapannya. Sosialisasi ke masyarakat diperlukan sebelum peraturan benar-benar disahkan.

Catatan: Langkah-langkah Pembuatan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Gambar 1. Diagram Usulan DPRD Berdasarkan

PP. No. 1 Tahun 2001

1. Usul dari Anggota DPRD 4. Tanggapan Anggota DPRD lainnya, Kepala Daerah terhadap usulan 7. Tanggapan dari pengusul 13. Rapat Paripurna menyetujui Raperda yang dituangkan dalam Keputusan DPRD

2. Usul disampaikan kepada Pimpinan penjelasan secara tertulis disertai DPRD dalam bentuk rancangan

5. Dalam Rapat Paripurna pengusul menjelaskan atas usulan

6. Setelah mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah, usulan disampaikan Pimpinan DPRD pada Rapat Paripurna

8. Keputusan DPRD untuk menerima atau menolak usul menjadi usulan DPRD

9. Pembahasan Raperda oleh komisi/rapat gabungan komisi/pansus bersama pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah

12. Sambutan Kepala Daerah atas Raperda yang hendak disetujui 11. Pendapat akhir Fraksi-fraksi dalam Rapat Paripurna 10. Laporan hasil pembahasan oleh Pimpinan Pansus dalam Rapat Paripurna 14. Pengesahan dan Pengundangan

3. Sekretariat DPRD memberi nomor pokok terhadap usulan

Sedangkan, langkah-langkah pembuatan kebijakan dalam melakukan Distribusi Guru Proporsional (DGP) yaitu dimulai dari pembentukan Tim Teknis DGP, pembuatan Peraturan Bupati/Walikota. Ada beberapa tahapan dalam pembentukan Tim Teknis DGP yaitu:

• Menetapkan daerah sasaran (kecamatan yang dipilih sebagai piloting)

• Memilih satuan pendidikan di kecamatan (piloting) untuk disertakan sebagai sasaran • Menetapkan Dinas Pendidikan, BKD, Bappeda,

Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, Sekolah

• Membentuk Tim Teknis DGP dengan memperhatikan keterwakilan Gender.

• Pengajuan susunan anggota Tim Teknis DGP untuk di-SK-kan oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya, langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah (Peraturan Bupati/Walikota) yaitu:

• Diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman (MOU);

• Membentuk satuan kerja;

98

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP) • Mempersiapkan naskah akademik; • Penelitian naskah akademik oleh bagian hukum; • Konsultasi dan koordinasi dengan Dinas Pendidikan; • Penyempurnaan naskah akademik; • Audensi dengan Bupati/Walikota; • Penandatanganan naskah Rancangan

Peraturan Bupati oleh Bupati menjadi Peraturan Bupati/walikota;

• Agar setiap orang mengetahuinya harus dicatat dalam berita daerah;

Gambar2. Diagram Usulan Pemda Berdasarkan

KepMendagri No. 23 Tahun 2001

1. Pimpinan unit kerja memprakarsai penyusunan Raperda.

5. Penyusunan dan pembahasan Raperda oleh bagian hukum atau Tim antar unit kerja.

2. Usulan yang dilampiri pokok-pokok pikiran diajukan kepada sekretaris daerah untuk diadakan sinkronisasi dan harmonisasi yang ditugaskan pada bagian hukum.

8. Sidang pembahasan raperda oleh pejabat yang ditunjuk oleh

kepala daerah bersama DPRD. 4. Tanggapan Anggota

DPRD lainnya, Kepala Daerah terhadap usulan

3. Setelah mendapat persetujuan dari Sekretaris Daerah, unit kerja

menyiapkan draft awal.

6. Penyampaian hasil pembahasan kepada kepada Sekretaris Daerah melalui Bagian Hukum yang selanjutnya

diajukan kepada Kepala Daerah untuk disetujui.

4. pembahasan draft awal oleh unit kerja yang melibatkan bagian hukum dan unit kerja terkait.

7. Sekretaris Daerah menyampaikan Raperda kepada DPRD.

10. Raperda yang disetujui selanjutnya ditetapkan oleh keputusan DPRD. 11. Pengesahan dan

Pengundangan Perda.

9. Rapat Paripurna DPRD untuk menyetujui hasil pembahasan dengan mengagendakan penjelasan resmi dari pemda terhadap Raperda.

Untuk meningkatkan status hukum Peraturan Bupati/Walikota menjadi peraturan daerah (Perda), maka ada beberapa langkah yang harus dilalui yaitu: • Peraturan Bupati/Walikota dilaksanakan di satuan pendidikan; • Evaluasi; • Didaftar pada program legislasi daerah oleh Dinas Pendidikan; • Diserahkan ke Badan Musyawarah DPRD untuk diagendakan pembahasannya; • Masa reses;

• Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah • Rapat paripurna penetapan Rancangan

Peraturan Daerah menjadi Peraturan daerah;

Advokasi Demand (Langkah Pengawalan