• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA. 2014.

(2)

(3) KATA PENGANTAR Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M. PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan. Di bidang Distribusi Guru Proporsional (DGP), Program K,1(5-$ mendorong pemerintah daerah agar menyelenggarakan manajemen guru yang lebih merata secara proporsional sehingga mutu layanan pendidikan di daerah menjadi lebih merata pula. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar program DGP dapat diadopsi dan disebarluaskan ke daerah-daerah sekolah lainnya. Mengingat praktik-praktik DGP yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya. Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan program DGP dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA dan kabupaten/kota mitra dalam penerapan program DGP.. Jakarta, Januari 2014. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 1.

(4) DAFTAR ISI. 2. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan dan Keberhasilan KINERJA Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah Rekomendasi kepada para Calon OMP Rekomendasi Kepada Para Penyedia Latihan. 1 2 3 3 4 5 5. BAB 1. PENDEKATAN KINERJA Pendekatan Umum Proyek KINERJA Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan Prinsip Dalam Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 6 6 7 8. BAB 2. PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Situasi yang Dihadapi di Daerah Bagaimana Kita Memulai Inisiatif 1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 2. Pengaturan Pekerjaan 3. Penyusunan Rencana Kerja Proses Kerja 1. Peran Masing-masing Stakeholder 2. Pelaksanaan Rencana Kerja 3. Proses Perubahan dan Perkembangan Manfaat Dari Cara Kerja. 9 9 11 11 11 12 12 12 13 14. BAB 3. MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES Tantangan Keberhasilan Program 1. Contoh Keberhasilan Program DGP di Kabupaten Luwu Utara 2. Program Pengungkit. 15 15 15 15 18. BAB 4. REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI Rekomendasi Untuk Replikasi di Daerah Lain Rekomendasi Untuk OMP Rekomendasi Untuk Lembaga Diklat DAFTAR LAMPIRAN. 19 19 20 20 22. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(5) RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan dan Keberhasilan KINERJA Tujuan Umum Program KINERJA KINERJA merupakan program yang bertujuan membantupemerintahdaerahmeningkatkan tata kelola dalam penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan Kinerja di daerah mereka. Buku ini dari “Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam penerapan DGP dimana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program DGP. Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama lima mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada, dan Kemitraan. KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional satuan pendidikan (DGP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif, dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi-pemangku kepentingan dalam perencanaan dan penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 3.

(6) Di sektor iklim usaha yang baik Kinerja memusatkan perhatian pada perbaikan perizinan usaha di bawah Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog pemerintah dan swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim usaha yang baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog pemerintah dan swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.. Lokasi Program Kinerja Kinerja bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni: 1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue 2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung 3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar 4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau 5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika.. Keberhasilan Program DGP Hingga akhir 2013 ini, hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut: •. Enam kabupaten/kota mitra Kinerja telah menyelesaikan penghitungan DGP secara transparan dan partisipatif dengan melibatkan forum multi stakeholder.. •. Kabupaten Luwu Utara sudah mendistribusikan 51 kepala sekolah dan 129 guru sesuai hasil penghitungan DGP.. •. Kabupaten Luwu, Barru, dan Aceh Singkil telah mengeluarkan regulasi dalam bentuk Peraturan Bupati tentang Pemerataan dan Penataan Guru.. •. Kabupaten Bondowoso dan Sambas telah menyelesaikan draf akhir Peraturan Bupati tentang Pemerataan dan Penataan Guru dan dalam waktu tidak lama lagi akan ditandangani oleh Bupati.. Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah Program DGP yang dilaksanakan KINERJA bersama Pemerintah Daerah dan Forum Multi Stakeholder menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah, yakni (a) diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program DGP, (b) setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi. 4. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(7) stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola DGP, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait, (f) menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi pendekatan Kinerja dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh K,1(5-$.. Rekomendasi kepada para Calon OMP Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum multi stakeholder dalam melaksanakan program DGP. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikembangkan Kinerja untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.. Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus pelatihan dan Diklat pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholder yang ikut serta dalam program DGP. Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat: a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam kurikulum 'iklat yang meliputi antara lain tata kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik. b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil pelatihan. c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan K,1(5-$. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul Kinerja, terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 5.

(8) BAB 1 PENDEKATAN KINERJA Pendekatan Umum Program KINERJA KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang kesehatan, pendidikan dan iklim usaha yang baik. KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik. Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan. Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian besar program KINERJA dilaksanakan melalui organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah: 1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa Anggaran Daerah dan Analisa Kesenjangan Distribusi Guru. 2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif. 3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta 4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan pelayanan publik yang lebih baik.. 6. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(9) Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni: 1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik 2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan 3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah. Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.. Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan Di sektor pendidikan, K,1(5-$ melaksanakan program-program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan, DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan).Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut: •. Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan, keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.. •. Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, programprogram sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.. •. Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.. Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 7.

(10) kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti “kebaikan bersama” yang menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, distribusi guru ke sekolah adalah hak pemerintah, namun Kabupaten Luwu Utara misalnya melibatkan masyarakat untuk melaksanakan distribusi guru dengan mempertimbangan sisi permintaan dan jam mengajar standar. Dari sisi masyarakat, pemerataan layanan pendidikan yang memadai dapat diperoleh.. Prinsip dalam Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP) Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola DGP dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Penghitungan DGP berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat. 2. Penghitungan DGP menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama. 3. Merujuk pada SPM sehingga distribusi guru di sekolah lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih tinggi. 4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program DGP dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. 5. Monitoring dan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah diperlukan agar pelasanaan program DGP dapat tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan. 6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai masalah-masalah kekurangan guru. 7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.. 8. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(11) BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Situasi yang dihadapi di daerah Karakteristik geografis Indonesia menyebabkan distribusi guru antar wilayah tidak merata. Secara geografis, Indonesia memiliki berbagai wilayah sulit yang dikenal dengan daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Pada umumnya guru enggan ditempatkan dan bertugas di daerah-daerah tersebut dalam jangka waktu yang lama. Di daerah-daerah itu moda transportasi dan fasilitas hidup – terutama tempat tinggal dan ketersediaan bahan kebutuhan pokok – sangat terbatas. Akibatnya, guru cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah nyaman. Di sisi lain, di daerah-daerah perkotaan pun ketidakmerataan guru antar sekolah kerap terjadi yang disebabkan oleh penempatan dan penataan guru yang lebih didasarkan pada pertimbangan politis dibandingkan kebutuhan sekolah.. “Pendistribusian guru secara proporsional ini sangat penting dilakukan sesuai Peraturan Bersama 5 Menteri terkait dengan penataan dan pendistribusian guru. Selain itu, pendistribusian guru ini juga terkait dengan antisipasi rencana pelaksanaan Kurikulum 2013” H. Andi Idris Syukur, Bupati Barru, Sulawesi Selatan. Dalam hal penyebaran guru, rasio guru-murid yang rendah, khususnya di tingkat sekolah dasar, tidak otomatis berarti bahwa semua sekolah memiliki jumlah guru yang diperlukan. Bahkan masih banyak sekolah yang kekurangan guru, terutama di daerah terpencil, daerah perbatasan, dan daerah tertinggal. Sebagian besar kabupaten/kota tidak memiliki sistem manajemen guru yang efektif untuk secara cermat menganalisis kekurangan dan kelebihan guru di setiap satuan pendidikan. Dinas Pendidikan cenderung memberi perhatian lebih pada kekurangan guru dibandingkan kelebihan guru.. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 9.

(12) “Selama ini kan masih ada ketimpangan-ketimpangan dalam pelayanan pendidikan. Nah, salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Barru itu adalah penataan, pemerataan, pendistribusian pelayanan pendidikan. Jadi guru tidak hanya berkumpul di daerah perkotaan, tetapi semua wilayah yang terpencil itu pun harus dijangkau oleh guru-guru dengan kualitas yang sama” H. Abustan Andi Bintang, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Ketidakmerataan guru mempunyai dampak negatif pada dua hal. Pertama, pelayanan publik bidang pendidikan di sekolah-sekolah yang kekurangan guru menjadi tidak maksimal karena pada jam pelajaran banyak kelas dibiarkan kosong tanpa kegiatan belajar, kriteria ketuntasan mengajar tidak tercapai, dan akhirnya kompetensi murid manjadi rendah. Kedua, guru-guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berkelebihan guru menjadi ‘idle’ dan tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar sesuai standar (24 jam per minggu) karena harus berbagi dengan guru lainnya. Keadaan ini menimbulkan kerugian pada guru karena berpengaruh pada pengembangan karir guru, yakni sertifikasi dan kenaikan pangkat yang mensyaratkan terpenuhinya jam mengajar. Sementara itu dapat diasumsikan bahwa peningkatan jumlah guru dan rasio guru-murid yang rendah akan menunjukkan jumlah murid per rombongan belajar menjadi kecil dan dengan demikian proses pembelajaran lebih efektif. Ada dua aspek terkait dengan situasi tersebut yang memerlukan eksplorasi lebih lanjut, yakni pengangkatan guru baru dan distribusi guru. Dalam era desentralisasi, tanggung jawab pengangkatan guru menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah pusat berwenang menetapkan kuota jumlah guru PNS. Kuota untuk guru PNS di semua tingkatan terus meningkat dan menyebabkan terus meningkatnya jumlah guru, terutama di tingkat sekolah dasar. Untuk sebagiannya, peningkatan ini disebabkan oleh perubahan status guru honorer menjadi guru PNS. Logikanya, hal ini akan menyebakan menurunnya jumlah guru non-PNS. Namun, kenyataannya di sekolah-sekolah di daerah pedesaan dan terpencil masih banyak ditemukan guru yang berstatus honorer, baik yang dibayar oleh pemerintah daerah, maupun oleh sekolah sendiri. Pelimpahan wenangan pengelolaan guru ke pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas untuk pengelolaan guru, khususnya berkaitan dengan analisis kebutuhan nyata di setiap tingkat dan jenis sekolah. Hal ini tercermin dari masih banyaknya daerah yang berkelebihan guru kelas (dilihat dari rasio guru untuk jumlah kelas) di tingkat SD, dan guru mata pelajaran tertentu di tingkat SMP dan SMA jika dilihat dari jumlah rombongan belajar dan beban mengajar guru. Padahal saat ini dapat diasumsikan bahwa jumlah anak usia sekolah dasar terus menurun turun.. 10. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(13) Jelaslah bahwa kelebihan guru menyebabkan inefisiensi penggunaan sumber daya. Dalam konteks ini perlu dicatat bahwa banyak kabupaten mengalokasikan dana di sektor pendidikan sekitar 30% sampai 40% dari total anggaran daerah, dan 80% sampai 85% dari porsi itu digunakan untuk membayar gaji/honor dan tunjangan guru.. Bagaimana kita memulai inisiatif 1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program DGP dengan diskusi intensif dengan manajemen Kinerja dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan (memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA. Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik. Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat, khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan masyarakat sehingga tata kelola DGP dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Pengalaman Kinerja menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya termasuk DPRD. Komitmen ini ditunjukkan dengan penerbitan Perturan Bupati tentang Pemerataan dan Penataan Guru (di Kabupaten Luwu Utara, Luwu, Barru, dan Aceh Singkil) berikut petunjuk teknis serta alokasi dana yang dimuat dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran di tingkat kabupaten/kota (APBD) dan Dinas Pendidikan, yakni Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).. 2. Pengaturan Pekerjaan Di tingkat kabupaten/kotaKinerja memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah mengkoordinir. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 11.

(14) Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni: 1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik. 2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan. 3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah. Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.. Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan Di sektor pendidikan, K,1(5-$ melaksanakan program-program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan, DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut: •. Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan, keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.. •. Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, programprogram sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.. •. Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.. Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 7.

(15) rekomendasi teknis serta berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota dan petunjuk teknisnya. Selain terlibat dalam Tim Teknis yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan rekomendasi teknis, forum multi stakeholder berperan dalam pengawasan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah-sekolah. Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian ditindaklanjuti dengan analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.. 2. Pelaksanaan rencana kerja Program DGP dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: •. Penghitungan DGP. Penghitungan didasarkan pada kebutuhan operasional sekolah yang dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar pelayanan minimal (SPM) dan standar nasional pendidikan (SNP).. •. Analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan ini diarahkan pada sekolah-sekolah yang kekurangan guru dan sekolah-sekolah yang berkelebihan guru.. •. Rekomendasi teknis. Isi rekomendasi teknis yang paling utama adalah mengusulkan agar Pemerintah Daerah melaksanakan distribusi guru sesuai hasil analisis kekurangan dan kelebihan guru.. •. Uji publik. Hasil penghitungan DGP dan rekomendasi didiskusikan dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan DPRD. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan memahami dan memberi masukan untuk pengambil kebijakan dalam penerapan distribusi guru.. •. Regulasi. Setelah semua pihak yang berkepentingan memahami dan menyetujui hasil penghitungan dan rekomendasi DGP, maka Bupati/Walikota menerbitkan Peraturan tentang Pemerataan dan Penataan Guru yang diikutioleh petunjuk teknis pelaksanaannya.. •. Perencanaan dan penganggaran. Untuk bisa dilaksanakan, hasil penghitungan dan rekomendasi dimasukkan ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun satuan kerja parangkat daerah (SKPD), yang dalam hal ini Dinas Pendidikan (Renja, RKA, DPA).. •. Pelaksanaan. Sesuai dengan perencanaan dan penganggaran yang telah ditentukan, maka distribusi guru dilaksanakan secara transparan dan sesuai dengan petunjuk teknis.. •. Pelaporan, monitoring, dan evaluasi. Untuk menjamin distribusi guru dilaksanakan sesuai peraturan, maka pelaporan yang akuntabel dilakukan secara teratur sehingga program ini dapat mencapai tujuannya. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara teratur sehingga perbaikan-perbaikan penyelenggaraan distribusi guru dapat dilaksanakan.. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 13.

(16) 3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja Sekurang-kurangnya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program DGP dengan pendekatan Kinerja: •. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam daya tanggap terhadap ketimpangan distribusi guru.. •. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan program DGP. Forum-forum multi stakeholder di daerah-daerah mitra KINERJA dalam setiap tahapan program.. •. Peningkatan kemampuan sekolah dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya untuk secara bertahap mencapai standar pelayanan publik (SPP), SPM dan SNP.. Pengalaman di Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa program DGP terus berlanjut walaupun masa pendampingan KINERJA sudah berakhir. Hal ini dimungkinkan karena komitmen pemerintah daerah, DPRD sangat tinggi serta adanya forum multi-stakeholder yang aktif mendampingi dan mengawasi program tersebut.. 14. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(17) BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES Tantangan Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program DGP, yakni antara lain: •. Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan daerah yang tidak mudah dilakukan. Perubahan tersebut disebabkan proses akhir penghitungan DGP dan rekomendasi teknisnya tidak sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah.. •. Keterbatasan anggaran yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sektor lain menyebabkan program DGP tidak dapat segera dilaksanakan.. •. Kapasitas para pegawai yang menangani program DGP masih kurang sehingga proses penghitungan, penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam perencanaan dan penganggaran menjadi terhambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui lokakarya dan pendampingan yang intensif.. •. Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi stakeholder belum seperti yang diharapkan. Tantangan ini diatasai melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA.. •. Pergantian pejabat pemerintah daerah yang menyebabkan perubahan komitmen dari pejabat baru. Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.. Keberhasilan Program 1. Contoh Keberhasilan Program DGP di Kabupaten Luwu Utara Kabupaten Luwu Utara di Provinsi Sulawesi Selatan menghadapi masalah serius dalam hal ketidaksetaraan dalam kualitas layanan pendidikan yang ditawarkan di sekolah-sekolah. Ketimpangan ini. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 15.

(18) disebabkan karena distribusi guru yang tidak merata di sekolah-sekolah perkotaan dan pedesaan. Meskipun rasio guru-murid di Indonesia masih lebih rendah daripada di banyak negara maju, rekrutmen dan penempatan guru terutama dipengaruhi oleh faktor politik daripada kebutuhan sekolah. Sebagai tindakan jangka pendek untuk mengatasi kekurangan ini, banyak sekolah mengangkat guru honorer yang gajinya dibayar langsung oleh sekolah tanpa perhatian yang cukup tentangkualifikasi atau kompetensi mereka. Data distribusi guru di Luwu Utara dikumpulkan dan dianalisis oleh LPKIPI (Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Inovasi Pendidikan) menunjukkan bahwa ketersediaan guru kelas dan mata pelajaran hanya 47,76% untuk SD. Selanjutnya, analisis mengungkapkan ketidakseimbangan dalam distribusi guru mata pelajaran dan kelas tertentu. Data menunjukkan bahwa hanya 33,62% SD memiliki guru pendidikan jasmani PNS dan hanya 46,5% memiliki jumlah guru agama PNS yang cukup. Hal ini menimbulkan kesenjangan kualitas pendidikan antar sekolah dan kecamatan. Dalam rangka mengatasi tantangan dengan distribusi guru, pemerintah Kabupaten Luwu Utara bekerja sama dengan LSM Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Inovasi Pendidikan (LPKIPI) melakukan pemutakhiran menyeluruh dan validasi data guru serta melakukan analisis mendalam data yang dihasilkan dari pemutakhiran distribusi guru tersebut. Berdasarkan analisis tersebut forum multi-stakeholder yang terdiri dari pejabat pemerintah dan anggota masyarakat melakukan advokasi untuk mengeluarkan peraturan baru untuk memastikan distribusi guru proporsional dimasukkan ke dalam perencanaan dan diimplementasikan secara efektif. Melalui serangkaian diskusi intensif dan negosiasi antara wakil-wakil pemerintah dan masyarakat, peraturan tersebut disahkan pada 23 Oktober 2013 yang menandai kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah distribusi guru yang tidak merata. Implementasi Peraturan Bupati ini dipantau oleh forum multi-stakeholder dan mereka bangga melaporkan bahwa peraturan itu akhirnya dilaksanakan dengan mendistribusikan 129 guru SD ke sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan guru. Luwu Utara, sebagai kabupaten percontohan untuk reformasi birokrasi, membuat upaya khusus untuk menekankan proses yang transparan dan mendorong partisipasi masyarakat. Untuk melengkapi upaya forum multi-stakeholder yang disebutkan di atas, organisasi lokal (Fakta), memfasilitasi diskusi rutin dalam forum ‘Warung Demokrasi’ yang melibatkan berbagai pihak seperti wartawan untuk surat kabar nasional, anggota komisi pemilihan, pimpinan asosiasi guru, pemilik stasiun radio lokal, guru honorer, dan anggota organisasi kemasyarakatan lainnya. Sambil minum kopi, makan makanan ringan, mereka aktif berdiskusi mengenai distribusi guru dan isu-isu pendidikan dasar lainnya. Acara ini disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun radio lokal guna meningkatkan akses informasi bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan diskusidalam mempromosikan isu-. 16. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(19) isu tersebut dan meningkatkan kesadaran di antara anggota masyarakat yang mempunyai pengaruh untuk mendukung perubahan.. a. Strategi Program Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program DGP adalah sebagai berikut : 1. Sosialisasi dan berbagi praktek yang baik tentang sirkulasi guru, pengenalan manajemen PTK, penyamaan persepsi dan membangun komitmen antar stakeholder. 2. Pelatihan pengolahan Data Base Pendidik dan Tenaga Kependidikan, SIM-NUPTK, dan Padati Web 3. Pengolahan data base pendidik dan kependidikan, Data Base Pendidik dan Tenaga Kependidikan, SIMNUPTK, dan Padati Web. 4. Analisis manajemen pendidik dan tenaga kependidikan. 5. Pendampingan perumusan rekomendasi kebijakan. 6. Penyampaian perumusan rekomendasi kepada Bupati dan atau stakehoder pendidikan. 7. Advokasi dan pendampingan penganggaran replikasi. 8. Piloting implementasi sirkulasi guru. 9. Monitoring dan evaluasi. 10. Forum multi-stakeholder dan jurnalisme warga memantau pelaksanaannya ke sekolah-sekolah.. b. Hasil-hasil Program DGP Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut : •. Data sebaran guru yang valid dan mutakhir;. •. Analisis distribusi guru di seluruh kecamatan di kabupaten/kota mitra;. •. Rekomendasi teknis distribusi guru proporsional;. •. Rencana kerja distribusi guru proporsional;. •. Skema insentif bagi guru yang ditempatkan di daerah “terpencil”;. •. Peraturan Bupati/Walikota;. •. Petunjuk teknis pelaksanaan distribusi guru proporsional;. •. Implementasi distribusi guru secara proporsional sesuai rekomendasi teknis.. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 17.

(20) 2. Program Pengungkit Program DGP yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh enam pemerintah daerah telah menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan pelaksanaan lahirnya kebijakan pemeratan dan penataan guru dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam setiap proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya. Keterlibatan masyarakat seperti ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang dimandatkan oleh peraturan perundangan. Keberhasilan program DGP ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya di sektor pendidikan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya. Masih banyak programprogram pendidikan yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan ini, seperti peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah, dan pengadaan sarana pembelajaran. Demikian juga di sektor-sektor lain seperti kesehatan, pekerjaan umum, dan kependudukan. Program-program ini dapat dilaksanakan apabila pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk secara bersama-sama melaksanakannya.. 18. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(21) BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI Program KINERJA untuk DGP bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari ratusan daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lain bersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan Program DGP. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.. Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain Berdasarkan pengalaman Kinerja, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan mereplikasi metoda dan pendekatan Kinerja untuk program DGP. a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program DGP. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan, petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan penganggaran daerah. b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola DGP. Oleh karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaannya. d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru. Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru, melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 19.

(22) e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program DGP memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda, BKD, dan Bagian Keuangan. Selain itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan pada setiap program dan anggaran. f. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan. g. Mengadopsi pendekatan Kinerja dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh Kinerja. Bahanbahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan, dan acuan pelaksanaan program.. Rekomendasi untuk OMP Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program DGP adalah: a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder. b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta. c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang melaksanakan program. d. Menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.. Rekomendasi untuk Lembaga Diklat Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat) di berbagai tingkatan pemerintahan mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat: a. Memasukkan pendekatan-pendekatan Kinerja dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik. b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan. 20. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(23) secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil pelatihan. c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 21.

(24) CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN Lampiran ini dirancang agar mudah di akses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang mau lihat komentar pihak lain tentang upaya KINERJA di bidang penghitungan DGP, silahkan membaca Lampiran A tentang tesimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang hendak mempelajari lebih dalam tentang substansi, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C. Bahan lengkap dapat dibaca di CD terlampir.. DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN A. Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi. 24. LAMPIRAN B. Uraian Substansi. 27 27 27 30. MODUL 2. Pendahuluan Daerah Percontohan Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional. MODUL 3. Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 74. MODUL 4. Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP. MODUL 5. Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran. 112. MODUL 6. Contoh Praktik Baik Penerapan DGP. 132. Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan. 170. Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan. 170. MODUL I. LAMPIRAN C. 22. 52 94. Uraian Lampiran Ini. 173. MODUL I. Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan. 174. MODUL 2. Pendekatan dan Konsep Tata Kelola Distribusi Guru Proporsional. 178. MODUL 3. Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 181. MODUL 4. Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP. 185. MODUL 5. Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran. 188. MODUL 6. Contoh Praktik Baik Penerapan DGP. 191. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(25) LAMPIRAN D. BAHAN DI CD. 194. LAMPIRAN E. Daftar Singkatan/Istilah. 195. DAFTAR PUSTAKA. 197. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 23.

(26) Lampiran A. Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi Testimoni: 1. Bupati Barru, Sulawesi Selatan Pada prinsipnya komitmen kami pemerintah kabupaten dan juga cita-cita rakyat Kabupaten Barru adalah menciptakan sistem pendidikan yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karenanya salah satu hal yang sangat penting harus kita atur untuk mencapai optimalisasi pelayanan pendidikan kepada rakyat kita adalah sumber daya guru yang ada sehingga sistem belajar mengajar itu bisa berjalan dengan baik. Nah, di Kabupaten Barru ini mulai tahun lalu 2012 kita telah mulai mengkaji. Alhamdulillah bersama USAID kajian itu kita dapat temu kenali permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Salah satunya adalah bagaimana kita dapat mendistribusikan dengan baik tenaga guru yang ada sesusi dengan kompetensi, sesuai dengan bidang masing-masing. Oleh karenanya tahun 2012 yang lalu hal ini telah kita lakukan di Barru ini di tujuh kecamatan dan sekolah yang tersebar di 55 kelurahan/desa. Pendistribusian guru secara proporsional ini sangat penting dilakukan sesuai Peraturan Bersama 5 Menteri terkait dengan penataan dan pendistribusian guru. Selain itu, pendistribusian guru ini juga terkait dengan antisipasi rencana pelaksanaan Kurikulum 2013. Jadi melalui pendistribusian ini sekaligus kita memperoleh database guru dan diharapkan ini menjadi dasar untuk menciptakan suatu standardisasi sistem pendidikan. Jadi yang ada di kota, yang ada di pedalamaan, yang ada di interland antara kota dan pedalaman itu punya standar yang sama karena memang undang-undang dasar kita mengamanatkan bahwa seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dari pemerintah.. 24. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(27) Pendistribusian dan pentataan guru akan kita laksanakan secara sekaligus dan menyeluruh supaya ‘stressnya’ cuma satu kali. Jadi friksi-friksi yang timbul kita selesaikan sekali saja. Selain itu kita tidak ingin melakukan kerja setengah-setangah.. 2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan Program distribusi guru secara proporsional tadinya akan dilaksanakan di tiga kecamatan. Tetapi pada saat mau dilakukan, penataan dan pendistribusian guru itu bisa menimbulkan permasalahan baru yang akhirnya kami dari pemerintah kabupaten bekerjasama dengan USAID-KINERJA melakukan secara keseluruhan di tujuh kecamatan. Dan itu sudah kita lakukan pemetaan gurudi tujuh kecamatan dan sudah melakukan analisis datanya. Kita sudah melakukan dengar pendapat, menyampaikan kepada seluruh stakeholder pendidikan untuk memberikan masukan-masukan, indikator-indikator, dan variable-variabel apa yang digunakan untuk melakukan penataan guru itu.Jadi bukan hanya pada satu wilayah. Kemudian untuk prosesnya kita sudah terbitkan Peraturan Bupati Nomor 16/2013 Tentang Penataan dan Distribusi Guru PNS di Kabupaten Barru. Sekarang finalisasi data dan Insyaallah tahun ini kita akan melakukan implementasi secara total pada seluruh kecamatan.Kami menyiapkan anggaran dalam APBD itu kurang lebih Rp. 100 juta. Dalam prosesnya kita melibatkan seluruh komponen yang ada di tiap kecamatan, yakni UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah). Dinas Pendidikan terlibat secara langsung. Pendataan guru dilakukan secara langsung di kecamatan yang meliputi jumlah guru, latar belakang pendidikan guru, lama bertugas sebagai guru, dan bidang studi yang diajar. Pendataan dilakukan dari bawah dan ini bekerjasama dengan Kinerja USAID itu di dalam analisa melalui bantuan organisasi mitra pelaksana KINERJA, yakni LPKIPI. Kami punya wilayah yang tertinggal dan aksesbilitasnya terbatas, tidak bisa dijangkau oleh kendaraan sehingga itu menjadi satu kendala ketika mau melaksanakan distribusi itu karena banyak guru yang tidak mau ditempatkan di situ. Oleh karena itu kita melakukan sosialisasi bahwa ini harus dilakukan untuk penataan guru dan pendistribusiannya itu supaya ada pemerataan akses dan mutu pendidikan. Selama ini kan masih ada ketimpangan-ketimpangan dalam pelayanan pendidikan . Nah, salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Barru itu adalah penataan, pemerataan, pendistribusian pelayanan pendidikan. Jadi guru tidak hanya berkumpul di daerah perkotaan, tetapi semua wilayah yang terpencil itu pun harus dijangkau oleh guru-guru dengan kualitas yang sama. Memang ada kendala yang terkait dengan persepsi. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 25.

(28) guru yang menganggap pemindahan merupakah sebuah hukuman, padahal bukan itu, melainkan untuk kepentingan guru itu sendiri dan pendidikan secara umum. Juga ada peran dan dukungan dari stakeholder lain seperti Dewan Pendidikan, LSM, dan Pers yang secara aktif memberikan masukan kepada kita untuk mencari solusi-solusi ketika ada permasalahan. Bukan hanya untuk penataan guru, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan. Saya kira keberhasilan program DGP ini juga ditentukan oleh komitmen yang kuat dari Bupati karena beliau meyakini bahwa memperbaiki pendidikan ini harus dimulai dari gurunya dulu. . Laporan Media dan Bahan Promosi Disediakan dalam bentuk file di CD terlampir.. 26. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(29) Lampiran B. Uraian Substansi Pendahuluan Lampiran ini adalah kumpulan bahan substansi tentang penghitungan DGP, upaya mendorong agar hasil penghitungan masuk kedalam perencanaan dan penganggaran daerah, dan pelaksanaan DGP, sebagai sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan program KINERJA-USAID di daerah yang terbukti sukses dalam tata kelola DGP. Materai ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak melakukan fasilitasi penghitungan DGP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan (berdasarkan hasil penghitungan DGP) di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat yang memasarkan training saja.. Daerah Percontohan Bahan lampiran ini disusun dari modul-modul pelatihan yang dipakai tim KINERJA-USAID dalam fasilitasi di daerah-daerah sebagai berikut: •. Kabupaten Luwu,. •. Kabupaten Luwu Utara. •. Kabupaten Barru. •. Kabupaten Aceh Singkil. •. Kabupaten Bondowoso. •. Kabupaten Sambas. Uraian lampiran B Materi yang dibahas dalam modul implementasi program DGP ini terbagi menjadi 7 topik, sebagaimana diuraikan berikut ini:. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 27.

(30) LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI. •. MODUL I PENTINGNYA DGP DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN. Membahas, tentang Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan, Pengertian Distribusi Guru secara Proposional (DGP), Dasar Hukum DGP dan Tatakelola beroreintasi pelayanan Publik, Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) ) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manfaat dan tantang an dalam implementasi DGP. •. MODUL II PENDEKATAN DAN KONSEP TATAKELOLA PROGRAM DGP. Membahas tentang Prinsipprinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan, partisipatif, akuntabel, transparan, responsif), Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DGP, Koordinasi antar Pemangku Kepentingan, Strategi Penerapan DGP dalam Program Kinerja. dan Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP.. •. MODUL III ANALISIS DATA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN. Membahas tentang Sosialisi Pentingnya DGP, Pengumpulan Database , Sinkronisasi data Pendidik dan Kependidikan, Analisa data PTK, Konsolidasi Internal , Identifikasi Isu Strategis DGP, Publikasi Isu Strategis DGP, Rekomendasi Teknis DGP, Konsultasi Publik, Model implementasi dan Pilot Project DGP, dan Sosialisasi rencana implementasi DGP.. •. MODUL IV ADVOKASI KEBIJAKAN DGP Membahas tentang Advokasi Penyedia layanan (Perbup/Perwal, Juknis, pembentukan Tim PPG dengan SK Bupati/Walikota) dan Advokasi penerima layanan (Policy Position), dan Peran FMS dalam Advokasi kebijakan.. •. MODUL V INTEGRASI DGP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Membahas tentang Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan Tahunan (RKPD dan Renja), dan Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA), serta Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.. •. MODUL VI CONTOH PRAKTIK BAIK PENERAPAN DGP membahas tentang dokumentasi praktek baik implementasi program DGP di Luwu Utara (proses, kebijakan dan implementasi),. 28. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(31) Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan. 1. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 29.

(32) LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI. MODUL 1 Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan. BAHAN BACAAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai peraturan perundang-undangan yang mendasari dgp yaitu antara lain Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Sebagai Landasan Standar Nasional Pendidikan, UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Bersama Lima Menteri Tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS (Peraturan Bersama Mendikbud, Menpan, Mendagri, Menkeu Dan Menteri Agama) : nomor 05/x/pb/2001 nomor spb/03/m.pan-rb/2011 nomor 48 tahun 2011 nomor 158/pmk.01/2011 nomor 11 tahun 2011 tentang penataan dan pemerataan guru PNS.. ........ diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang pentingnya Distribusi Guru Proposional (DGP) ........... Standar Nasional Pendidikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) terbaru yaitu PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang. 30. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). www.kinerja.or.id.

(33) Standar Nasional Pendidikan.Adapun mengenai. Evaluasi Diri Sekolah merupakan program yang. penjelasan dari PP Nomor 32 Tahun 2013 adalah. memetakan kebutuhan satuan pendidikan.. sebagai berikut: Peningkatan mutu dan daya saing. Dengan demikian kebijakan pengembangan. sumberdaya manusia Indonesia hasil pendidikan. satuan pendidikan dapat diformulasikan pada hasil. telah menjadi komitmen nasional. Rencana. EDS yang dicapai melalui skala prioritas yang. Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 –. tertera pada rekomendasi program. Berdasarkan. 2014: ”menyebutkan bahwa salah satu substansi inti. rekomnedasi itulah dibuat Rencana Kerja Sekolah. program aksi bidang pendidikan adalah penataan. yang merupakan program jangka menengah bagi. ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong. satuan pendidikan. Kemudian isi RKS dijabarkan. penciptaan hasil didik yang mampu menjawab. secara terinci melalui rencana tahunan dalam. kebutuhan sumberdaya manusia untuk mendukung. bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah. pertumbuhan nasional dan daerah”. Dengan. (RKAS).. demikian pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum secara utuh sangat. Standar Nasional Pendidikan Indonesia meliputi. penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai. 8 (delapan) standar yang menjadi pedoman. tujuan tersebut.. bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk. Relevansi Standar Nasional Pendidikan dengan. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Distribusi Guru secara Proporsional (DGP). dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.. menjadi acuan pada tingkat satuan pendidikan. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional. khususnya pada level manajemen sekolah untuk. Pendidikan Indonesia:. merencanakan pengembangan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam menunjang pelaksanaan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Pada tataran manajemen sekolah, program awal yang dilakukan adalah melaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) dimana pada akhir kegiatan akan memunculkan rekeomendasi terkait dengan arah kebijakan pengembangan sekolah. Evaluasi Diri Sekolah dikembangkan dari instrument 8 standar nasional pendidikan yang memuat secara holistic pencapaian standar pendidikan yang berlaku di Indonesia.. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Standar Kompetensi Lulusan diatur dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 31.

(34) LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,. untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,. penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan. dan Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang. proses pembelajaran untuk terlaksananya proses. Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. pembelajaran yang efektif dan efisien. Standar. Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan. Proses diatur dalam Permendiknas Nomor 41. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan. Pendidikan Dasar dan Menengah.. Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat. Standar Isi. jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan. Standar Isi mencakup lingkup materi minimal. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas. dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai. adalah tingkat pendidikan minimal yang harus. kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis. dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan. pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat. dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang. kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban. relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang. belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan. berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran. kalender pendidikan. Standar ini diatur dalam. pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang. pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan. Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi. Menengah.. Profesional, dan Kompetensi Sosial.. Standar Proses. Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI,. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses. 32. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.. SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/ MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,. www.kinerja.or.id.

(35) Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang. Standar Pengelolaan Pendidikan. Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas. Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian,. Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi. yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan,. Akademik dan Kompetensi Guru, Permendiknas. standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan. Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga. standar pengelolaan oleh Pemerintah. Standar. Administrasi Sekolah, Permendiknas Nomor 25. Pengelolaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas. Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan. Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Sekolah/Madrasah, dan Permendiknas Nomor 27. Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan. Tahun 2008 tentang Standar Kulifikasi Akademik dan. Menengah.. Kompetensi Konselor.. Standar Pembiayaan Pendidikan Standar Sarana dan Prasarana. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana. biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi. yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media. satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan. pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan. sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya. habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan. manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal. untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur. meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan. dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib. oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses. memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang. pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.. kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji. pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,. pendidik dan tenaga kependidikan serta segala. ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang. tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau. unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,. peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya. tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat. operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air,. bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat. jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan. lain yang diperlukan untuk menunjang proses. prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,. pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.. pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Standar. Standar sarana dan prasarana diatur dalam. Pembiayaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang. Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya. Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah. Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah. Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah. Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah. Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/. Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/. MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. (SMA/MA).. (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),. www.kinerja.or.id. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 33.

(36) LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah. Penyusunan SPM bidang Pendidikan Dasar dan. Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan. Menengah mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).. tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan. Standar Penilaian Pendidikan Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, yang dituangkan dalam bentuk regulasi. Seperti SK Mendiknas tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM) yaitu Kepmendiknas No.053/U/2001 yang menyatakan bahwaSPM bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan atau acuan bagi penyelenggaraan pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom.. 34. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). adanya hak dan kewenangan Pemerintah Pusat untuk membuat kebijakan tentang perencanaan nasional dan standarisasi nasional. Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah menerbitkan Keputusan No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang SPM yang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat sekolah. Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan hasil revisi dari kepmen sebelumnya sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam sistem dan manajemen pendidikan nasional. Pada kepmen ini pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga, dan Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan nonformal seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan ketrampilan dan bermata pencaharian, kelompok bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga secara ekplisit telah ditentukan standar pelayanan untuk masing-masing SPM. Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan. www.kinerja.or.id.

(37) wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga. (SPM)merupakan tolok ukur kinerja pelayanan. secara minimal. Definisi tersebut jika dikaitkan. pendidikan dasar, sekaligus sebagai acuan. dengan bidang penyelenggaraan pendidikan dapat. dalam perencanaan program dan penganggaran. diartikan sebagai ketentuan tentang jenis dan mutu. pencapaian target masing-masing daerah. pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib. kabupaten/kota. Pada pasal 2 ayat (1) disebutkan. di bidang pendidikan yang berhak di peroleh oleh. bahwa “Penyelenggaraan pelayanan pendidikan. seluruh bagian dari subsistem pendidikan.. dasar merupakan kewenangan kabupaten/kota.”. Dalam Permendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang. Standar pelayanan minimal merupakan batas. Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan. minimal pemenuhan standar isi, proses, kompetensi. dijelaskan bahwan Standar Pelayanan Minimal. lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana. bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja. dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan. pelayanan pendidikan yang diselenggarakan. penilaian pendidikan yang harus dipenuhi oleh. Daerah. Sedangkan pelayanan dasar yang diberikan. setiap satuan pendidikan dasar dan menengah,. kepada masyarakat merupakan fungsi Pemerintah. serta pencapaian target pembangunan pendidikan. dalam memenuhi dan mengurus kebutuhan dasar. nasional.. masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat. Definisi yang lebih mengerucut lagi adalah yang tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan, bahwa Standar pelayanan minimal adalah kriteria minimal berupa nilai kumulatif pemenuhan Standar Nasional Pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/ Kota. Dalam Permendiknas tersebut dikemukakan bahwa Standar pelayanan minimal pendidikan dasar. www.kinerja.or.id. Relevansi Indikator SPM dan SNP dalam DGP Ada 7 (tujuh) indikator SPM yang sangat relevan dengan standar nasional pendidikan yaitu standar isi, standar pengelolaan, standar penilaian, dan standar proses. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Selain standard yang berkaitan dengan pendidika dan tenaga kependidikan itu sendiri Sesuai dengan ketentuan Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Pasal 2, penyelenggara pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan merupakan kewenangan kabupaten/kota. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan tersebut terdiri atas 27 indikator. Untuk lebih jelasnya indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada table berikut ini.. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 35.

(38) LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI. Tabel 4. Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Perhitungan Indikator SPM bidang Pendidikan. No 1. Jenis Pelayanan SARANA DAN PRASARANA. Indikator SPM Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen. Formula Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/ MI dalam jarak kurang dari 3 km Jumlah kelompok pemukiman permanen di Kab/Kota Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SMP/MTs dalam jarak kurang dari 6 km Jumlah kelompok pemukiman permanen di Kab/Kota. 2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD dan MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP dan MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas. Jumlah rombel SD/MI yang tidak melebihi 32 orang Jumlah keseluruhan rombel SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota. X 100%. X 100%. X 100%. Jumlah ruang kelas SD/MI X 100%. Jumlah rombel SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah rombel SMP/ MTs yang tidak melebihi 36 orang Jumlah keseluruhan rombel SMP/ MTs di wilayah Kabupaten/Kota. X 100%. Jumlah ruang kelas SMP/MTs Jumlah rombel SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota. 36. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). X 100%. www.kinerja.or.id.

(39) No. Jenis Pelayanan. 3.. Indikator SPM Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik. Formula Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota. 4. Di setiap SD/MI dan SMP/ MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.. X 100. Jumlah SD/MI yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya Jumlah sekolah di wilayah Kabupaten/Kota. X 100. Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, dan staf kependidikan lainnya; dan ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru. Jumlah sekolah di wilayah Kabupaten/Kota. www.kinerja.or.id. X 100. X 100. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 37.

(40) LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI. No 5. Jenis Pelayanan PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN. Indikator SPM Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan. Formula Jumlah SD/MI yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik X 100. Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah SD/MI yang memiliki 6 (enam) orang guru [atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus.. X 100. Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota 6. 7. Di setiap SMP dan MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran. Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran [atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran. Di setiap SD dan MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik. Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV. Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota. Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota. X 100. X 100. Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota. 38. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). X 100. www.kinerja.or.id.

(41) No. Jenis Pelayanan. 8. Indikator SPM Di setiap SMP dan MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%.. Formula Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV ≥ 70% [untuk daerah khusus ≥ 40% Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan sertifikat pendidik ≥ 35% [untuk daerah khusus ≥ 20%] Jumlah keseluruhan SMP atau MTs di wilayah Kabupaten/Kota. 9. Di setiap SMP dan MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.. Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik, masingmasing 1 (satu) orang untuk mapel Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota. 10. 11. www.kinerja.or.id. Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD dan MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.. Jumlah Kepala SD/MI yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik. Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SMP dan MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.. Jumlah Kepala SMP/MTs yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik. Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota. Jumlah Sekolah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota. X 100. X 100. X 100. X 100. X 100. Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP). 39.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan.. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Republik Indonesia, “ Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”, dalam Peraturan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Butir 20 mengenai keprofesionalan seorang guru, maka dari hasil penelitian yang

Hal senada juga dinyatakan oleh (Ilma, R., 2010), sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar