• Tidak ada hasil yang ditemukan

Full Time Teaching Equivalent (FTE) dan Mobilitas Guru Sebagai Upaya Efisiensi

dan Efektifitas Distribusi Guru

Untuk menghitung dan menganalisa kebutuhan guru secara efisien dan efektif salah satu cara yang menjadi pertimbangan adalah pemenuhan jam mengajar guru berdasarkan aturan minimal 24 jam per minggu dari 37,5 jam kerja dalam satu minggu (Full-time Teaching Equivalent) dan mobilitas guru dengan memberikan kesempatan kepada guru yang masih belum memenuhi jam mengajar 24 jam untuk dapat mengajar di sekolah lain dengan pangkal administrasi hanya di satu sekolah. Ini dapat dilakukan hanya untuk daerah dengan sekolah yang terjangkau satu dengan yang lain. Contoh guru matapelajaran Penjaskes di satu sekolah SD hanya akan memiliki jam mengajar 12 jam per minggu, sehingga idealnya satu guru Penjaskes mengelola 2 sekolah SD reguler sehingga dapat memenuhi kewajiban minimal 24 jam per minggu.

Perhitungan kecukupan guru didasarkan atas formula sebagai berikut:

Kebutuhan Guru Mapel = Jumlah Rombel x Jam Per Minggu Mapel 24

Sekolah Rombel Formula Kebutuhan Guru Ditugaskan SMPN 01 3 0.5 1 SMPN 02 9 1.5 2 SMPN 03 15 2.5 3 SMPN 04 21 3.5 4 Total 48 10

Lihat contoh di bawah ini, untuk kebutuhan analisa mobilitas guru matematika, didasarkan atas hasil analisa ketercukupan guru di masing-masing sekolah:

Kebutuhan dengan Mobilitas = 48 x 4 = 8 24

Dengan demikian, ada 8 orang guru yang harus melaksanakan pembelajaran di lebih dari satu sekolah untuk mendapatkan pemenuhan 24 jam pelajaran per minggu.

58

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Berdasarkan aplikasi SIMP-K, maka didapatkan output grafik kecukupan guru jenjang pendidikan tertentu di tingkat kabupaten. Contoh, kecukupan guru SMP Negeri sebagai berikut:

Grafik di atas menunjukkan simulasi manajemen guru. Pada grafik biru muda menunjukkan tingkat kecukupan guru PNS di jenjang pendidikan SMP, terlihat bahwa terjadi kelebihan guru untuk semua matapelajaran, tetapi jika diperhatikan grafik warna biru tua menunjukkan bahwa jika dilakukan mobilitas guru maka kebutuhannya tidak sebanyak guru saat ini.

pemenuhan guru segera S-1 sehingga dapat memenuhi standart pelayanan dengan minimal satu sekolah terdapat seorang guru berpendidikan S-1. Tabel di atas menunjukkan contoh proses

pengadaan guru berdasarkan kualifikasi pendidikan. Perlu dilihat apakah dalam proses nyata di daerah masih memberikan kesempatan calon guru dengan kualifikasi kurang dari S-1 dan bagaimana dengan kompetensinya apakah calon tersebut adalah lulusan dari Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK).

Dengan demikian, terkait dengan kondisi ini alternatif kebijakan yang didorongkan adalah:

• Memastikan guru baru yang diangkat sudah berkualifikasi S-1 kependidikan

• Pengadaan guru harus berdasarkan kajian kebutuhan guru kelas dan matapelajaran sesui hasil analisa kecukupan guru

Dalam perhitungan Full-time Teaching Equivalent (FTE) menunjukkan bahwa dalam informasi individu guru terkait pemenuhan jam mengajar 24 jam per minggu. Dari data ini maka dapat ditetapkan siapa guru yang masih mungkin mengajar di sekolah lain sesuai dengan mata pelajaran yang diampu atau yang serumpun.

Dengan memperhatikan hasil perhitungan di atas maka dapat ditetapkan alternatif kebijakan sebagai berikut:

1. Pengadaan (recruitment) guru

Jika mengacu pada undang-undang guru dan dosen serta Standar Nasional Pendidikan maka ditetapkan bahwa guru harus sudah berkualifikasi S-1 pada tahun 2014. Dengan demikian, perlu dikaji bagaimana kondisi kualifikasi guru untuk yang berpengalaman kerja 1-5 tahun. Perlu ada kebijakan

60

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel di atas menunjukkan sebaran jam mengajar guru pada setiap jenjang pendidikan. Yang harus menjadi perhatian adalah kelompok guru yang meng ajar kurang dari 24 jam dan yang lebih dari 30 jam. Meski demikian, kebijakan utama yang akan diambil adalah untuk menyelesaikan masalah guru yang mengajar kurang dari 24 jam karena secara otomatis akan mengurangi beban jam mengajar di kelompok guru dengan beban mengajar lebih dari 30 jam.

2. Penugasan guru

Salah satu alternatif kebijakan yang didorongkan adalah penugasan guru untuk memenuhi 24 jam mengajar guru. Pemanfaatan secara lebih baik jam mengajar minimal ini akan memberikan kesempatan bagi semua guru untuk memperoleh tunjangan sertifikasi dan menjadikan pengelolaan guru menjadi lebih efisien. Dari proses pengolahan data didapatkan gambaran grafik kondisi guru dengan jumlah jam mengajar.

Disisi lain, harus dilakukan kajian terkait dengan sebaran sekolah, sehingga untuk rombongan belajar yang kondisnya separoh dari jumlah siswa ideal, maka didorong untuk menjadikan kelas rangkap sehingga akan lebih efisien.

Kebijakan yang diajukan dalam menyikapi kondisi ini adalah:

• Redistribusi guru untuk efisiensi

3. Pengembangan

Dari guru yang telah tersedia saat ini, maka perlu dikaji kondisi pemenuhan SPM terkait dengan minimal 2 guru berkualifikasi S-1 di setiap SD dan MI dan 70% guru di jenjang SMP harus sudah S-1 untuk menuju standar pendidikan nasional seluruh guru harus sudah S-1.

Dari tabel di atas, menggambarkan bahwa kondisi kualifikasi pendidikan guru jenjang pendidikan TK dan SD masih sangat rendah dengan dominasi kurang dari diploma. Pertimbangan lain yang harus disampaikan adalah sebaran usia guru yang masing belum mencapai S-1, sebagai dasar pertimbangan untuk memberikan dukungan bagi guru yang belum

alamatkan bagi guru dengan usia muda sehingga dampak dari beasiswa akan dirasakan dalam pemenuhan standart pelayanan minimal (SPM). Dengan demikian, alternatif kebijakan yang didorongkan adalah

• Peningkatan kualifikasi guru dengan menyediakan beasiswa belajar untuk guru

62

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

4. Evaluasi

Kinerja seorang guru harus dinilai dari keluaran proses pembelajaran, yaitu tingkat angka mengulang kelas, dan hasil ujian nasional. Berdasarkan kondisi ini maka akan diketahui sekolah-sekolah mana yang mengalami kondisi seperti ini. Dari analisa ini di kaji silang dengan kondisi kualifikasi guru yang tersedia, sehingga akan diketahui korelasi/hubungan antara rendahnya kinerja sekolah dengan kondisi kualifikasi. Jika hubungan keduanya sangat kuat maka hasil evaluasi ini menjadi bagian penguat dari pelaksanaan kebijakan penyediaan beasiswa belajar untuk kualifikasi.

Dengan segala keterbatasan di Papua, maka evaluasi kinerja harus diarahkan bagi distrik (kecamatan) yang sudah menyelesaikan tahapan penyediaan akses bagi pendidiknya.

5. Pensiun (Atrisi)

Salah satu komponen dalam manajemen sumber daya adalah pengelolaan masa pensiun. Masa pensiun mengakibatkan organisasi kehilangan sumberdayanya yang senior dan berpengalaman. SIMPK akan mengeluarkan kondisi usia guru kelompok yang mendekati masa pensiun dan informasi individu di dalamnya.

1. Penerapan Prinsip-Prinsip

Tata Kelola yang Baik

dalam DGP

Dalam pelaksanaan Distribusi Guru secara Proporsional, perlu disusun sistem manajemen yang dapat mendorong terwujudnya transparansi dan partisipasi publik, akuntabilitas, taat asas,serta prinsip-prinsip pelaksanaan program Distribusi Guru secara proporsional lainnya. Lebih detail, unsur utama tata kelola pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah:

Penerapan Prinsip Akuntabilitas