• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisa Kebutuhan Pendidik di Luwu Utara

A. Pendahuluan

Sasaran pembangunan dalam RPJMN 2010-2014 di bidang pendidikan ditujukan untukpeningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, antara lain ditandai penurunan jumlah penduduk buta huruf (4,18% di tahun 2014), peningkatan secara nyata persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dengan indikator lama sekolah rata-rata 8,25 tahun di tahun 2014 dan pendidikan lanjutan sertaperkembangan positif pendidikan kejuruan yang ditandai oleh peningkatan jumlah tenaga terampil.

Peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisienmenujupertumbuhan

budi pekerti,dan karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demitercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaantenaga terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan lapangan kerja ataukewirausahaan dan 2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.

Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang pendidikan dalam RPJM 2010-2014 antara lain: 1. Pengelolaan: Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul, revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance, mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten;

2. Kualitas: Peningkatan kualitas guru, pengelolaan dan layanan sekolah, melalui: 1) program remediasi kemampuan mengajar guru; 2) penerapan sistem evaluasi kinerja profesional tenaga pengajar; 3) sertifikasi ISO 9001:2008 di 100% PTN, 50% PTS, 100% SMK sebelum 2014; 4) membuka luas kerja sama PTN dengan lembaga pendidikan internasional; 5) mendorong 11 PT masuk Top 500 THES pada 2014; 6) memastikan perbandingan guru-murid di setiap SD/MI sebesar 1:32 dan di setiap SMP/MTs 1:40; dan 7) memastikan tercapainya Standar Nasional Pendidikan (SNP) bagi Pendidikan Agama dan Keagamaan paling

134

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Rencana aksi pemerintah bidang pendidikan tidak terlepas dari “kinerja pendidikan” yang telah diatur dalam peraturan perundangan sebelumnya, yaitu UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi peserta didik, dan peningkatan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan serta penyelenggara pendidikan baik pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Dukungan bagi peserta didik tertuang dalam pasal 11 ayat (1), bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi; dan wajib menjamin tersedianya dana bagi penyediaan pendidikan untuk setiap warganegara yang berusia 7-15 tahun. Untuk pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan dalam satuan pendidikan diatur pada pasal 41 terdiri dari ayat (1) Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah, ayat (2) Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal, dan ayat (3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu.

Selanjutnya sebagai pendukung dalampenataan guru diterbitkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seperti ditegaskan dalam Pasal 24, 25 dan 28 bahwa 1) pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru baik dalam jumlah,

kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan usia dini jalur pendidikan formal dan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh Pemerintah, 2) pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara obyektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 3) guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat dipindahtugaskan antar provinsi, antar kabupaten/antar kota, antar kecamatan maupun antar satuan pendidikan karena alasan kebutuhan satuan pendidikan dan atau promosi, 4) guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat mengajukan permohonan pindah tugas baik antar provinsi, antar kabupaten/antar kota, antar kecamatan maupun antar satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Implementasi awal kebijakan penataan pendidik dan tenaga pendidik, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007 menerbitkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada huruf B mengenai Pelaksanaan Rencana Kerja; angka 6: bidang pendidik dan tenaga kependidikan yang berisi tentang (a) sekolah/ madrasah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, (b) program pendayagunaan dengan kriteria antara lain: 1) disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2) dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah termasuk pembagian tugas, mengatasi kekurangan

tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta menerapkannya secara profesional, adil dan terbuka, (c)

pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah/ madrasah, (d) sekolah/madrasah perlu mendukung upaya seperti: 1) promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan azas kemanfaatan, kepatutan dan profesionalisme, 2) pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan diidentifikasi secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum dan sekolah/madarasah, 3) penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan prioritas, dan 4) mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain didasarkan pada analisis jabatan yang disertai dengan orientasi tugas.

Sehubungan dengan adanya penghentian sementara pengangkatan CPNS yang dilakukan pemerintah sejak tahun 2010 sebagai akibat ketidakseimbangan belanja tidak langsung dengan belanja langsung, karena berdasarkan data

sebagian besar Pemerintah Daerah Kabupaten/kota alokasi APBD terbesar digunakan belanja pegawai yaitu berkisar 70-80% dan sisanya untuk belanja diluar pegawai (modal dan operasional).Untuk meningkatkan penggunaan APBD agar digunakan untuk belanja operasional dan modal, sehingga pemerintah daerah tidak dapat mengangkat CPNS fungsional (misalnya guru) dengan mengoptimalkan ketersediaan guru PNS. Sejalan dengan moratorium CPNS tersebut, pemerintah melalui 5 kementrian yang terdiri dari Kementrian Pendidikan Nasional (No.05/X/PB/2011), Kementrian Agama (No.11

48 Tahun 2011, dan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (No. SPB/03/M.PAN-RB/10/2011) membuat peraturan bersama tentang penataan dan pemerataan guru PNS. Sesuai dengan amanat Peraturan Bersama 5 Menteri tersebut dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2), Gubernur, Bupati/Walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan antar jenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi atau kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS. Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat (3) dan (4) bahwa Gubernur, Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan antar jenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya, ayat (5) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi antar satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis pendidikan sesuai kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan guru antar kabupaten/kota

dalam satu wilayah provinsi. Dalam melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis pendidikan berdasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan standarisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional (ayat 6).

Implementasi perencanaan dan penataan guru sesuai dengan Peraturan Bersama 5 Menteri dimulai 2 Januari 2012 dan secara efektif berakhir 31

136

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

mengirimkan usulan perencanaan dan penataan guru PNS kepada Gubernur.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam menganalisa data DGP adalah metode sederhana dengan memakai data sekunder yang tersedia dan diolah dengan aplikasi SIMPK (Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten). Aplikasi SIMPK berbasis Microsoft Excell dikembangkan oleh Program Decentralized Basic Education (DBE-1, USAID-RTI) dan digunakan lebih lanjut oleh LPKIPI. Data dasar SIMPK menggunakan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terdapat dalam PadatiWeb, dan NUPTK. Setiap akhir tahun ajaran (Bulan Juli-Agustus) satuan pendidikan diwajibkan untuk mengirimkan LI (lembar individu sekolah) yang akan diunggah dalam sistem PadatiWeb oleh operator Padatiwebb Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota dan selanjutnya data tersebut tersimpan sebagai database Kementerian Dikbud,

demikian juga data NUPTK akan tersimpan dalam SIM-NUPTK yang secara langsung terkoneksi dengan Kementrian Dikbud. Update secara

online NUPTK dilakukan setiap saat oleh operator

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan menggunakan dukungan data offline NUPTK. Dengan data resmi, valid dan terus menerus diperbaharui yang diolah dengan aplikasi SIMPK diperoleh hasil DGP yang mendekati kondisi nyata. Proses analisa data sangat cepat dengan menggunakan “tool-pivot” yang terdapat dalam Microsoft-Excell melalui pendekatan “drag and

drop”. Tim Teknis Dinas Pendidikan telah dilatih oleh

LPKIPI untuk menggunakan SIMPK, dan Tim Teknis

diharapkan dapat melakukan update SIMPK setiap tahun, karena hasilnya tidak hanya dapat digunakan untuk melakukan distribusi guru proporsional secara tepat, namun juga dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan untuk mencapai SPM (Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar), pemetaan sarana prasarana satuan pendidikan se- kabupatan atau se-kecamatan, dan sebagainya. Analisa data DGP difokuskan pada sekolah negeri (SDN, SMPN, dan SMAN) karena sesuai dengan PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggraan Pendidikan, maka penyelenggaraan dan pengelolaan satuan pendidikan negeri menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Metode penghitungan kecukupan guru SDN

dihitung beradasarkan selisih ketersediaan guru (tidak termasuk kepala sekolah) yang mengajar di sekolah saat ini dengan kebutuhan guru di SDN. Ketersediaan guru dihitung berdasarkan jumlah guru yang saat ini mengajar di SDN baik guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun non PNS. Untuk guru PNS, setiap guru dihitung sebagai guru mengajar penuh waktu (full-time teacher), sedangkan untuk guru non PNS, setiap guru dihitung menurut jumlah jam mengajar. Perhitungan ini diperlukan, karena guru PNS akan dibayar penuh meskipun mengajar kurang dari 24 jam, sementara guru non PNS akan dibayar sesuai dengan beban mengajar.

Guru non PNS yang mengajar 24 jam atau lebih per minggu, dihitung sebagai guru mengajar penuh waktu (full-time teacher), sedangkan guru non PNS yang mengajar kurang dari 24 jam per minggu, dihitung menurut rasio jumlah jam mengajar

terhadap 24 jam per minggu. Misalnya seorang guru mengajar 12 jam per minggu, maka guru tersebut dihitung 0,5 Setara Mengajar Guru Penuh Waktu (Full-time Teacher Equivalent - FTE).

Metode perhitungan guru maWDpelDMDUDQ juga GLJXQDNDQuntuk jenjang SMPN dan SMAN.

C. Hasil

Hasil analisa SIMPK dapat dilihat sampai tingkat unit satuan pendidikan dan satuan individu guru. Namun demikian, hasil SIMPK ini yang telah disepakati bersama stakeholder terkait adalah dalam 3 Kecamatan pilot proyek, karena data LI Tahun 2011 sudah diverifikasi dan data NUPTK Tahun 2011.

1. Pemetaan kelebihan guru kelas dan mapel per kecamatan pilot proyek DGP Jenjang SDN.

Penetapan lokasi pilot proyek DGP pada

awalnya berdasarkan topografi dan kelengkapan data yang dianalisis, sehingga diperoleh 3 kecamatan yaitu:

a. Daerah Perkotaan diwakili ROHKKecamatan Sukamaju

b. Daerah pegunungan diwakili ROHKKecamatan Sekko

c. Daerah pesisir diwakiliROHK Kecamatan Malangke Barat

Hasil pemetaan kelebihan dan kekurangan guru kelas SD Negeri yang terdapat dalam 3 kecamatan seperti tabel di bawah ini.