• Tidak ada hasil yang ditemukan

 Arid  Semi-Arid  Ekuator TARGETS

SUM BER DAYA LINGKUNGAN

 Lahan  Air  Tanaman/hijauan  Ternak M anajemen efisien Penggunaan  Perlindungan lingkun gan  M eningkatkan produksi bahan p angan  M enekan angka kemiskinan

 Kemakmuran (gizi dan pendidikan)

 Ketahanan p angan Teknologi

Intervensi USAHA TANI TERPADU

(TERNAK--TANAMAN)

LINGKUNGAN SOSIAL-EKONOM I

Kebijakan

Gambar 5 Sistem usaha tani berkelanjutan (Devendra dan Chantalakhana 1992)

Penge lolaa n Limbah

Perkembangan teknologi dan penduduk yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerugian pada berbagai hal, diantaranya berdampak terhadap kesehatan lingkungan. Konsekuensi dari tingginya jumlah penduduk diantaranya adalah limbah rumah tangga berupa sampah, buangan tinja dan urine. Limbah

rumah tangga tersebut akan menjadi masalah dan menimbulkan polusi lingkungan jika tidak ditangani dengan serius. Begitu pula dengan kegiatan usaha peternakan sering dikecam sebagai penyebab polusi bagi lingkungan terutama di daerah sekitar usaha peternakan (Wiyatna 2007).

Limbah ternak masih menga ndung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan telah dilaporkan bahwa kotoran (manure) sapi dengan bobot badan total 5000 kg dapat mencemari air sebanyak 9.084 x 107 m3

Menurut Wahyono da n Hardianto (2004) dalam merencanakan pengembangan ternak di suatu daerah, perlu dianalisis potensi sumberdaya yang tersedia, yang mencakup ketersediaan lahan dan pakan, tenaga kerja, dan potensi ternak yang akan dikembangkan. Sistem produksi ternak merupakan suatu tranformasi dari input yang tersedia menjadi output. Untuk dapat mengembangkan sistem produksi secara efisien diperlukan suatu keahlian manajemen da lam meneka n resiko yang merugi ka n untuk mencapai tujuan.

. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingk ungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembangbiaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86% merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-95 % merupakan media optimal untuk bertelur lalat (Dyer 1986).

Limbah peternakan ini akan memberikan manfaat bagi lingkungan dan manusia jika dikelola dengan baik. Limbah padat dan cair dari kegiatan peternakan dapat dimanfaatkan diantaranya menjadi pupuk organik da n gas methan alternatif sumber energi. Tingginya harga pupuk anorganik seperti urea atau TSP da n tingginya kebutuhan terhadap pupuk bagi kegiatan pertanian merupakan suatu peluang yang cukup menjanjikan. Disamping itu banyaknya kegiatan usaha peternakan dan tingginya populasi ternak merupakan kekuatan bagi upa ya pe manfaatan limbah peternaka n yang diuba h menjadi sesuatu yang bermanfaat bukan menjadi masalah bagi manusia (Wiyatna 2007).

Identifikasi potensi dan sumberdaya yang tersedia dengan cara menganalisis semua faktor yang berkaitan dengan usaha sapi potong yang menyangkut kelemahan, kekuatan, peluang dan tantangan pada suatu daerah perlu dilakukan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha sapi potong sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Untuk menghitung daya tampung lahan menggunakan rumus perhitungan KPPTR, merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974). Persamaan yang digunakan adalah :

PMSL = a LG + b PR + c H

PM (SL) = Potensi maksimum wilayah untuk ternak ruminansia (ST) berdasarkan sumberdaya lahan padang rumput (PR), lahan garapan (LG), pekarangan da n hutan (H)

a* = koefisien da ya tampung lahan penggembalaan PR = luas penggembalaan (ha)

b * = koefisien da ya tampung lahan garapa n LG = Luas garapa n tanaman pa ngan (ha)

c * = koefisien daya tampung lahan pekarangan dan hutan H = luas areal pekarangan da n hutan (ha)

Model Penge mbanga n Sapi Potong Pendekatan sistem

Pendeka tan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis (Marimin 2004). Banyak definisi kata sistem telah ditemuka n, tetapi dalam arti luas, setiap dua atau lebih obyek berinteraksi secara kooperatif untuk mencapai beberapa tujuan fungsi. Pengembangan agroindustri sapi potong berbasis sumber daya lokal memerlukan kajian dengan pendekatan sistem yaitu merumuskan segala fungsi ataupun aktifitas yang harus dimengerti dalam hal bagaimana mereka mempengaruhi, maupun dipengaruhi oleh elemen-elemen dan aktifitas-aktifitas lain beserta interaksinya. Hal ini bertujuan mencapai keberhasilan optimal dari usaha- usaha kearah pengembangan industrinya. Pengembangan memerlukan sebuah

perencanaan yang tepat dengan memperhatikan aspek internal maupun eksternal (Grady 2006) dalam Purnomo (2010).

Suatu kegiatan usaha didirikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berbagai faktor yang mempe ngaruhi. Berbagai faktor tersebut muncul disebabkan oleh berbagai kepentingan. Kepentingan yang berbeda sebagai akibat adanya banyak pihak yang terlibat. Pihak-pihak yang teribat tersebut membentuk sebuah sistem. Oleh karena itu untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan bagi para pihak yang terlibat secara optimal di dalam sistem tersebut, maka memerlukan suatu analisis sistem (Grady 2006) dalam

Menurut Eriyatno (1999), pada pendekatan sistem, tahap permodelan lebih kompleks namun relatif tidak banyak ragamnya ditinjau dari jenis sistem ataupun tingkat kecanggihan model. Permodelan abstrak menerima input berupa

Purnomo (2010).

Model

Model adalah abstraksi dari sebuah ob yek atau situasi aktual dan merupakan hasil penyederhanaan secara abstraks dari sebuah realitas. Proses penyede rhanaan diperlukan karena sebuah realitas yang sangat kompleks sulit untuk disalin secara pasti. Model dianggap lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji (Turban 1990; Eriyatno 1999).

Salah satu dasar utama dalam mengembangkan model adalah menemukan peubah-pe uba h yang pe nting dan tepa t. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat di antara peubah. Teknik kuantitatif seperti persamaan regresi dan simulasi digunakan untuk mempelajari keterkaitan antar peubah dalam sebuah model (Turban 1990; Eriyatno 1999).

Pada tahap menggunakan suatu model yang lebih abstrak dengan hubungan yang kompleks maka untuk menent uka n perlakuan percobaan yang memungkinkan ada lah de ngan ba ntua n mode l matematika. Jenis model matematik yang umum digunakan adalah persamaan (equation) (Turban 1990; Eriyatno 1999; Turban et al. 2003). Menurut Turban (1990), model matematika berisi tiga komponen dasar, yaitu: 1) variabel- variabel keputusan, 2) parameter dan variabe l- variabel tidak terkendali, dan 3) variabel- variabel hasil.

alternatif sistem yang layak. Proses ini membentuk dan mengimplementasikan mod el- mode l matematik yang dimanfaatkan untuk merancang program terpilih untuk dipraktekkan di dunia nyata pada tahap berikutnya. Output utama dari tahap ini adalah deskripsi terperinci dari keputusan yang diambil berupa perencanaan, pengendalian dan kebijakan lainnya. Tahap-tahap permodelan abstrak adalah sebagai berikut:

1) Tahap Seleksi Konsep. Tahap ini merupakan tahap awal yaitu melakukan seleksi alternatif konsepsi dari tahap evaluasi kelayakan. Seleksi dilakukan untuk menent uka n alternatif mana yang bermanfaat da n bernilai cukup untuk dilakukan permodelan abstraknya.

2) Tahap Rekayasa Model. Langkah awal dari permodelan adalah menetapkan jenis model abstrak yang akan diterapkan, sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem. Selanjutnya tugas tahap permodelan terpusat pada pembentukan model abstrak yang realistik.

3) Tahap Perumusan Model. Berdasarkan peubah-peubah terpenting hasil analisis terpilih sebagai peubah kunci dalam pengembangan model. Dalam tahap ini implementasi model matematik diwujudkan pada bentuk persamaan fungsi dari hubungan- hubungan dari beberapa peubah kunci. 4) Tahap Validasi. Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model

tersebut dapat mewakili dari realitas yang dikaji dan dapat menghasilkan kesimpulan yang menyakinkan.

Dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang ditemuka n, rumusan- rumusan solusi terhadap permasalahan yang ada dianalisis secara detail, kemudian dapat dilanjutkan dengan merumuskan model usaha ternak sapi potong secara matematik sehingga dapat dilihat terjadi peningkatan produktivitas ternak. Seluruh atribut yang tergabung dalam sistem, merupakan komponen yang perlu dianalisis keberlanjutannya melalui analisis proyeksi dan analisis ekonomi yang layak (Eriyatno 1999).

Dokumen terkait