• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Internal – Eksternal Pola Dikandangkan

Dalam pengembangan sapi potong pola dikandangkan di kabupaten Sumedang beberapa faktor yang sudah dianalisis adalah faktor internal dan eksternal.

Kekuatan (Strenght)

Hasil analisis aspek kekuatan (strenght) yang mendukung pengembangan usaha sapi potong antara lain: (a) agrofisik dan lahan pertanian (b) Sumber daya ternak, (c) Sumber daya peternak dengan pengalaman budida ya beternak sapi potong

yang cukup lama, (d) Kondisi ternak lebih terkontrol sepanjang waktu, dan (e) limbah ternak dapat dikelola secara optimal sehingga menjadi sumber tambahan pendapatan bagi peternak. Sedangkan faktor eksernal dari kekuatan ini adalah kebijakan pemerintah daerah yang menjadikan agribisnis sapi potong sebagai komoditas unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Sumedang dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung seperti jalan, tenaga penyuluh lapangan, pos kesehatan dan IB, dan sosial buadaya.

Sumber utama pakan sapi potong pola dikandangkan berasal dari kebun rumput, lahan pertanian berupa limbah pertanian seperti jerami padi, jerami jagung dan tanaman kacang-kacangan. Strukt ur pe nduduk di wilayah ini sebagaian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani tanaman pangan, sebagian besar petani mempunyai kegiatan sambilan usaha peternakan. Keragaan penduduk tersebut mengi ndikasika n pot ensi yang relatif besar untuk pengemba ngan usaha sapi potong.

Untuk menunjang keberhasilan pengembangan usaha sapi potong di kawasan ini, maka perlu diupayakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam pemeliharaan ternak. Unit Pos Keswan di wilayah ini harus dapat menjamin kesehatan ternak dan berperan aktif melakukan transfer pengetahuan, informasi dan teknologi. Hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan instansi terkait seperti perguruan tinggi, badan penelitian dan pengembangan ternak yang memiliki tenaga ahli dan hasil- hasil penelitian terbaru dalam dunia peternakan.

Kelemahan (Weakness)

Hasil analisis menunjukka n bahwa disamping memiliki kekuatan, terdapat

pula unsur ke lemahan (weakness) yang harus diantisipasi, meliputi: (a) rendahnya partisipasi dan motivasi peternak, (b) Terbatasnya akses terhadap

lembaga permodalan dan kemitraan usaha, (c) Kurangnya penguasaan dan penerapan teknologi tepat guna dalam manajemen produksi ternak, (d) Lemahnya sistem pemasaran hasil ternak, dan e) Kelembagaan kelompok ternak belum berfungsi secara optimal.

Kualitas SDM yang masih r enda h dalam penguasaan teknologi tepat guna di wilayah ini mempengaruhi tingkat inovasi untuk peningkatan efisiensi produksi usaha peternakan. Beberapa peternak (45%) sudah mengetahui cara pengawetan pakan tetapi belum pernah mencoba menerapkan teknologi tersebut, karena ko ndisi ketersediaan hijauan yang tidak mendukung untuk d iawetka n.

Pengetahuan dan keterampilan peternak dalam teknik budidaya peternakan masih perlu ditingkatkan terutama dalam penerapan teknologi tepat guna, hal ini terlihat dari penguasaan pengetahuan mengenai manajemen pembibitan, pemeliharaan, manajemen pakan, kesehatan ternak dan pengelolaan limbah peternakan.

Peluang (Threats)

Identifikasi unsur peluang dalam usaha sapi potong di wilayah ini meliputi : (a) prospek pasar Jawa Barat akan kebutuhan daging yang masih belum terpenuhi, (b) dukungan kebijakan pemerintah pusat dan daerah melalui program bantuan-bantuan sarana peternakan, (c) Berkembangnya teknologi dan informasi yang berkembang pesat, (d) Lokasi strategis dan kemudahan akses terhadap pasar peternakan.

Di Kabupaten Sumedang terdapat beberapa perguruan tinggi yang dapat dioptimalkan perannya untuk pengembangan peternakan. Lembaga perguruan tinggi diharapkan dapat menunjang pengembangan usaha peternakan melalui penerapa n hasil- hasil penelitian bidang peternakan. Adopsi teknologi bidang peternakan diprediksi akan mampu meningkatkan produksi ternak dan akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan keluarga peternak.

Komponen eksternal lain yang cukup potensial adalah pembangunan akses jalan tol menuju Bandung dan Jakarta serta kota-kota besar lainnya yang sedang dikerjakan. Hal ini membuka akses pasar yang cukup luas dalam pendistribusian ternak da n hasil pe ternaka n.

Ancaman (Threats)

Unsur ancaman yang terdapat di wilayah ini antara lain (a) Persaingan harga pada era pasar bebas, (b) penyakit menular dan gangguan reproduksi yang

mengancam ternak, (c) pemotongan betina produktif, (d) produksi hijauan pakan menurun pada saat musim kemarau sehingga mengancam pengurangan ternak. Kondisi iklim pada saat musim kemarau sangat berpengaruh terhadap populasi sapi potong. Umumnya peternak akan mengurangi jumlah kepemilikan ternak pada saat hijauan sulit diperoleh, hal ini dapat diantisipasi dengan adanya program pemerintah dalam budidaya rumput unggul dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur saat musim kemarau, mengoptimalkan sumber hijauan disekitar hutan da n perkebunan lainnya.

Alte rnatif Strategi Penge mbanga n Sapi Potong di Kabupaten Sumedang

Berdasarkan identifikasi faktor- faktor internal dan eksternak pada lokasi pola penggembalaan melalui matriks SWOT, maka alternatif strategi yang diperoleh adalah ; strategi SO (Strenghts-Opportunities); strategi ST (Strenghts- Threats); strategi WO (Weaknesses-Opportunities); strategi WT (Weaknesses-

Threats). Matriks SWOT pengembangan ternak sapi potong pola dikandangkan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Strategi SO (Strenghts-Opportunities)

Perumusan strategi SO (Strenghts-Opportunities) didasarkan pada pengelolaan kekuatan yang dimiliki wilayah usaha sapi potong pola dikandangkan untuk memnfaatkan peluang yang ada dalam pengembangan sapi potong. Perumusan strategi SO (Strenghts-Opportunities) menghasilkan : “Optimalisasi sumber daya lahan pertanian, peternak dengan mangadopsi teknologi informasi melibatkan perguruan tinggi, swasta, LSM dan instansi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas ternak, skala usaha, dan pendapatan petani”.

Pengembangan kawasan usaha sapi potong pada pola dikandangkan diarahkan pada pola “integrated farming system” antara, pertanian, perkebunan dan peternakan (kawasan peternakan terpadu) yang memiliki kegiatan utama usaha peternaka n sapi potong, dan pertanian. Pengembangan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, sehingga pada waktu tertentu dicapai kondisi agribisnis peternakan sapi potong dengan pengoptimalan sumber daya yang ada

secara mandiri dan bernilai ekonomis (proyeksi pengembangan sapi potong selama lima tahun mendatang).

Untuk mencapa i tujuan tersebut, maka identifika si, pe nataan, pe mbinaan, dan pengelolaannya harus dilakukan secara bertahap dan berkesinampungan berdasarkan kesepakatan berbagai instansi terkait, diarahkan pada tujuan (a) peningkatan produktivitas komoditas ternak unggulan, (b) pengelolaan terpadu wilayah sentra prod uks i ternak, (c) peternak dengan kelembagaannya yang mandiri dan partisipatif, (d) kegiatan usaha ternak sapi potong yang menguntungkan secara benefit dan profit, (e) Keberadaan peternakan menjadi penyokong peningkatan produksi pertanian melalui penyediaan pupuk organik.

Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Perumusan strategi WO (Weaknesses-Opportunities) didasarkan pada upaya mengatasi kelemahan yang terdapat pada setiap komponen usaha sapi potong dengan memanfaatkan peluang yang ada. Perumusan tersebut manghasilkan strategi „Meningkatkan keterampilan dan motivasi peternak melalui pelatihan agribisnis sapi potong dengan mengadopsi teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha dan daya saing komoditas peternakan”.

Keberhasilan upaya pengembangan usaha sapi potong pada prinsipnya sangat ditentukan oleh seluruh pelaku komponen yang terkait dengan dengan kegiatan ini. Kata sepakat seluruh komponen pelaku kegiatan termasuk instansi pe merintah seperti dinas peternaka n, perindustrian dan lemba ga perbankan/pemodal harus turut mendukung upaya pengembangan ini. Perguruan tinggi dan balai penelitian yang berperan sebagai sumber informasi dan teknologi harus dilibatkan aktif berinovasi dan bermitra dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya. Optimalisasi daya dukung lahan dalam penyediaan pakan ternak, dilakukan dengan cara peningkatan produktivitas lahan seperti penanaman rumput pada lahan kurang produktif, pengaturan pola tanam sehingga bisa menyediakan pakan ternak saat musim kemarau, pengawetan hijauan pakan ternak terutama saat musim hujan

Dinas Peternakan provinsi dan kabupaten/kota harus berperan sebagai regulator dalam pembangunan kebijakan sektoral dan penyediaan dana pengembangan. Dinas perindustrian dan perdagangan berperan dalam membina subsistem hilir, berupa diversifikasi produk peternakan sehingga bisa meningkatkan nilai jual. Badan Promosi dan investasi berperan dalam mempromosikan peluang usaha sapi potong dan produk turunannya sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada kegiatan usaha ini. Di Samping itu lembaga legislatif harus mendukung dan mengawasi pelaksanaan program sehingga pelaksanaannya tidak menyimpang.

Kerjasama semua pihak yang terkait dengan pengembangan usaha sapi potong ini sangat menentukan keberhasilan pemanfaatan peluang sehingga unsur- unsur kelemahan dapat diantisipasi. Dengan adanya kerjasama semua pihak terkait mampu menciptakan kondisi peternakan sapi potong di kawasan ini menjadi percontohan bagi daerah lain. Kemitraan antara peternak dan lembaga permoda lan telah mendo rong usaha sapi pot ong menjadi berkembang.

Strategi ST (Strenghts-Threats)

Perumusan strategi ST (Strenghts-Threats) didasarkan pada pengelolaan kekuatan potensi usaha sapi potong tersebut untuk mengantisipasi faktor-faktor yang dapat mengancam keberlangsungan usaha tersebut. Perumusan strategi ST (Strenghts-Threats) adalah Peningkatan peran stakeholders (Subdinas Peternaka n, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perindustrian), lembaga keuangan/investor, perguruan tinggi untuk menciptakan iklim kondusif bagi keberlangsungan usaha sapi potong.

Peningkatan kualitas sumber daya peternak dalam manajerial kelembagaan dan pengelolaan teknis usaha sapi potong diharapkan dapat meningkatkan kekuatan posisi tawar usaha terhadap lembaga perbankan, mampu mengelola permasalahan yang muncul secara profesional (seperti pemotongan betina produktif) dan mempunyai daya saing di era pasar bebas. Pendidikan dan pelatihan manajerial usaha sapi potong serta penguasaan teknologi tepat guna

bagi peternak dan kelembagaannya akan mampu meningkatkan motivasi peternak dan pe ndapa tan usaha.

Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Perumusan strategi WT (Weaknesses-Threats) didasarkan pada upaya mengatasi kelemahan yang ada pada usaha sapi potong dengan pola penggembalaan untuk mengantisipasi ancaman yang akan menghambat pengembangan usaha sapi potong dengan pola penggembalaan. Perumusan strategi WT (Weaknesses-Threats) antara lain : „Mengoptimalkan kemampuan kelembagaan peternak dalam mengelola usaha dengan perbaikan koefisien teknis budidaya dan adopsi teknologi melalui peningkatan partisipasi kelembagaan petani dengan melibatkan pemerintah untuk mengakses permodalan dan jaminan pemasaran sehingga efisiensi usaha sapi potong meningkat”.

Peningkatan kekuatan ke lembagaan usaha sapi po tong merupaka n faktor penting bagi ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya pada usaha ini. Kerjasama antar lembaga ini disebut kemitraan. Kerjasama ini berlandaskan pr insip-prinsip saling memerlukan, saling percaya dan saling menguntungkan. Secara ekonomi bahwa kemitraan menghadirkan kontribusi bersama, baik berupa tenaga (labour) maupun be nda (property) atau kedua nya untuk tujuan eko nomi.

Prinsip kerjasama adalah bagi hasil (maro) baik keuntungan ataupun kerugian di luar modal ternak. Dengan terbentuknya lembaga kelompok peternak yang kuat, maka kerjasama ini lebih diarahkan secara profesional sehingga tidak ada pihak yang diuntungkan atau dirugikan. Model kemitraan yang ada dapat dikembangkan menjadi kemitraan pengadaan bakalan penggemukan, bibit betina, PIR pengadaan pakan, atau pemasaran, dimana peternak/lembaga kelompok sebagai Plasma dan Investor sebagai Inti.

Hubungan ke mitraan perusahaan inti (industri) dan peternak plasma memiliki kedudukan hukum setara disertai pembinaan oleh Inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, dan pemasaran hasil produksi. Perusahaan inti bisa berasal dari lembaga pemerintah atau swasta yang menyalurkan dana Corporate Social Responsbility (CSR). Dana ini merupakan

penyisihan dari keuntungan perusahaan yang ditujukan untuk membina kegiatan usaha yang terdapat di masyarakat.

Strategi pengembangan sapi potong yang dapat dirumuskan di ka wasan peternakan sapi potong pola dikandangka n, antara lain (a) optimalisasi sumber daya lahan pertanian, kehutanan, peternak dengan mangadopsi teknologi informasi dengan melibatkan perguruan tinggi, swasta, LSM dan instansi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas ternak, skala usaha, dan pendapatan, (b) meningkatkan keterampilan dan motivasi peternak melalui pelatihan manajerial agribisnis sapi potong dengan mengadopsi teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing komoditas peternakan, (c) peningkatan peran stakeholders (dinas peternakan, perhutani, perindustrian), kelembagaan peternak, lembaga keuangan/investor, perguruan tinggi untuk menciptakan iklim kondusif bagi agribisnis sapi potong, (d) mengoptimalkan kemampuan kelompok dalam mengelola usaha bersama dengan perbaikan teknis budidaya dan adopsi teknologi melalui peningkatan partisipasi kelembagaan mengakses permodalan dan jaminan pemasaran sehingga.

Dokumen terkait