• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHLI PARA PEMOHON 1 Dr Revrisond Baswir

- Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang asli ada tiga

kunci, pertama, konsep demokrasi, kedua asas kekeluargaan, ketiga koperasi itu sendiri, yang setelah amandemen penjelasan ini sudah tidak ada lagi tetapi masih sesuai dengan batang tubuh Pasal 33 yang baru;

- Konsep demokrasi ekonomi adalah konsep yang bersifat internasional; - Menurut Wikipedia demokrasi ekonomi ingin menggeser, memindahkan

kewenangan, dan kemampuan untuk mengendalikan atau mengambil 6. Bukti P-6 : Fotokopi Tanda Anggota Koperasi;

7. Bukti P-7 : Fotokopi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;

8. Bukti P-8 : Fotokopi Surat Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 90/M.KUKM/VIII/2012, tertanggal 16 Agustus 2012 perihal Revitalisasi Badan Usaha Koperasi Dengan Pembentukan Usaha PT/CV;

9. Bukti P-9 : Fotokopi Kliping Berita tentang UU Koperasi;

10. Bukti P-10 : 1. Fotokopi Anggaran Dasar Koperasi Puskowanjati; 2. Fotokopi Akta Pendirian Koperasi Aisyiyah As-Sakinah; 3. Fotokopi Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi

Gabungan Koperasi Susu Indonesia Daerah Jawa Timur;

4. Fotokopi AD/ART Pusat Koperasi Unit Desa Jawa Timur;

5. Fotokopi AD/ART Pusat Koperasi An-Nisa Jawa Timur; 6. Fotokopi Perubahan AD/ART GKPRI Jawa Timur;

11. Bukti P-11 : Buku berjudul “Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Neoliberalisme”, ditulis oleh Sri-Edi Swasono.

keputusan dari segelintir kapital kepada masyarakat luas baik itu pekerja, konsumen, pemasok, warga, dan masyarakat;

- Secara historis Undang-Undang Dasar kita adalah upaya untuk

mengoreksi struktur ekonomi kolonial yang kita warisi dari Hindia Belanda, bagi para pendiri bangsa, menentang kolonialisme artinya menentang kapitalisme;

- Pada prinsipnya demokrasi ekonomi adalah perlawanan permanen

terhadap oligarkhi para pemilik yang dilakukan baik dengan bekerja sama melalui serikat pekerja, maupun melalui aksi-aksi politik disektor negara;

- Para pendiri bangsa tidak menghendaki perekonomian kita dikendalikan

oleh segelintir pemilik, mereka ingin agar rakyat berdaulat dalam bidang ekonomi, jadi kedaulatan rakyat tidak hanya dalam bidang politik;

- Bung Hatta berpendapat “jika disebelah demokrasi politik, belum

terdapat demokrasi ekonomi, manusia belum merdeka”;

- Usaha bersama yang dimaksud adalah usaha bersama berdasarkan

asas kekeluargaan, asas kekeluargaan yang membedakan usaha bersama ala kapitalis dengan usaha bersama di Indonesia;

- Asas kekeluargaan adalah istilah dari Taman Siswa yang ditunjukkan

kepada hubungan guru dan murid yang tinggal dalam satu keluarga itu pula hendaknya corak koperasi Indonesia;

- Dalam kapitalisme hanya tercipta hubungan antara buruh dan majikan,

buruh sebagai sarana memperoleh keuntungan, tetapi hal ini berbeda dalam hubungan guru dan murid, seorang guru akan lebih bangga jika muridnya bisa lebih hebat daripada gurunya;

- Definisi koperasi dari ICA (Asosiasi Koperasi Internasional) koperasi

adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan kultural mereka melalui sebuah perusahaan milik bersama yang dikenal secara demokratis;

- Subtansi dari koperasi adalah konsep keanggotaan, karena jelas-jelas

koperasi itu dimiliki oleh anggota, diselenggarakan oleh anggota, dan untuk kemanfaatan anggota itu, anggota itu bisa konsumen, bisa pekerja, bisa juga warga;

- Karena produk hukum itu tidak lepas dari konteks politiknya, artinya kita

harus juga membaca perubahan-perubahan yang terjadi;

- Pasal 18 Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958, karena tidak

dibatasi akan membuat kita berpikir bahwa konsumen bisa jadi anggota, pekerja bisa jadi anggota bahkan instruktur dapat menjadi anggota;

- Menurut Bung Hatta, koperasi adalah usaha bersama untuk

menyelenggarakan keperluan bersama yang artinya bahkan untuk petugas kebersihan pun sudah seharusnya dibuka kesempatan untuk menjadi anggota koperasi;

- Pada koperasi menurut Hatta, seharusnya tidak ada majikan atau

buruh;

- Sejak Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 ada upaya sistematis

merekayasa sosial, bahwa anggota koperasi digolong-golongkan berdasarkan homogenitas masyarakat, inilah yang menjadi lahan tempat tumbuhnya koperasi golongan fungsional, seperti yang kita kenal sekarang;

- Pada masa Presiden Soeharto koperasi dengan sengaja diubah

sedemikian rupa sebagai alat rekonstruksi sosial dan kemudian dipakai sebagai kepanjangan tangan penguasa;

- Pasal 19 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, muncul lagi kata-kata

“kesamaan”, memang ada keputusan nasional dalam bidang politik agar perkoperasian itu kalau bisa masyarakatnya homogen;

- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tetap mengakui eksistensi

pendirian koperasi berdasarkan kesamaan koperasi;

- Hanya di Indonesia ada koperasi angkatan bersenjata, padahal aparat

negara itu ditanggung negara;

- Koperasi dibentuk berdasarkan kesamaan, itulah akibatnya muncul

transaksi dengan anggota dan non-anggota, itulah kemudian yang memicu timbulnya sisa hasil usaha yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi;

- Mungkin benar seorang anggota koperasi pegawai negeri dirugikan

karena tidak bisa mendapatkan SHU dari transaksi dengan bukan anggota, tetapi yang non-anggota lebih dirugikan, karena dia bukan anggota maka dia tidak mendapat SHU sama sekali;

- Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 pertama kalinya

koperasi produksi ditiadakan, memang ada istilah koperasi produsen, tapi itu bukan merupakan koperasi produksi;

- Koperasi transportasi, supirnya bukan anggota, apalagi penumpangnya,

menurut Bung Hatta, koperasi yang seperti itu bukan koperasi yang sebenarnya, lebih merupakan konsentrasi atau persekutuan majikan;

- Undang-Undang 12 Tahun 1967, Undang-Undang 25 Tahun 1992

sampai Undang-Undang 17 Tahun 2012 ini pada dasarnya lebih tepat disebut sebagai Undang-Undang persekutuan majikan;

- Dengan asas kekeluargaan, Pasal 33 Undang-Undang Dasar tidak

menghendaki buruh sebagai faktor produksi;

- Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 adalah antikapitalisme atau

secara tegas adalah sosialisme;

- Untuk pekerja koperasi yang bukan anggota sudah seharusnya dia

diberi hak menjadi anggota agar dapat pembagian SHU, agar tidak terjadi ekspoitasi oleh koperasi, karena itu yang membedakan koperasi dengan kapitalis;

- Dengan dibedakannya hak anggota biasa dengan anggota luar biasa,

maka telah terjadi legalisasi pelanggaran hak-hak demokratis untuk berpartisipasi sebagai anggota;

- Kedaulatan anggota dalam koperasi adalah cermin dari kemerdekaan; - Untuk penggunaan sertifikat dan pemilihan pengurus tidak perlu diatur

karena itu termasuk kedaulatan anggota koperasi;

- Seharusnya anggota koperasi benar-benar sukarela, tidak seperti

koperasi angkatan bersenjata saat ini yang mewajibkan angkatannya untuk ikut koperasi;

- Seharusnya anggota koperasi itu bersifat terbuka tidak dibatasi profesi

atau pangkatnya;

- Dengan mengebiri koperasi, maka muluslah jalan bagi ekspansi

kapitalisme di Indonesia;

- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 dengan memberi hak kepada

pihak non-anggota membeli SKM, maka koperasi telah membuka diri untuk menjadi tempat berekspansi bagi kaum kapitalis;

2. Prof. Ahmad Erani Yustika, S.E., M.Sc., Ph.D.

- Beberapa hal yang menjadi ruh koperasi seperti koperasi sebagai suatu

gerakan usaha bersama dan aspek-aspek atau prinsip kekeluargaan, telah hilang dalam formulasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian;

- Penggunaan istilah dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2012 tentang Perkoperasian, kata orang-perorangan sebetulnya berbeda maknanya dibandingkan dengan orang seorang, seperti halnya di dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, kemudian di dalam Undang-Undang Koperasi sebelumnya, hal itu merupakan salah satu upaya untuk menegasikan aspek-aspek terkait dengan prinsip koperasi;

- Adanya pembatasan jenis koperasi sehingga bidang koperasi itu

menjadi sedemikian ketat diatur maka sebagai suatu gerakan ekonomi rakyat, ekonomi bersama, dia menjadi lebih birokratis, mengikuti prosedur seperti yang dilakukan oleh usaha yang lain, dalam bentuk PT maupun CV.

- Aspek prosedur pendirian koperasi pun juga semakin mendekati sama

dengan badan usaha yang lain. Beberapa hal yang terlihat dari situ juga kita saksikan mengenai penggunaan istilah sertifikat maupun saham di dalam pasal Undang-Undang Koperasi yang baru. Yang itu semua sebetulnya bukan hanya kita berbicara mengenai istilah, tetapi konsekuensi dari penggunaan instrumen sertifikat. Saham tersebut dalam kegiatan koperasi, maka ruh sebagai suatu kegiatan ekonomi yang memiliki prinsip-prinsip kekeluargaan dan insentif sosial lebih besar ketimbang insentif ekonomi itu menjadi hilang;

- Dalam bidang ilmu ekonomi, penguasaan kegiatan ekonomi itu

biasanya dengan menggunakan market share. Sampai hari ini khusus untuk mengatakan penguasaan dari suatu kegiatan ekonomi dalam pasar, kita dapat memakai beberapa indikator, tetapi dalam konteks koperasi sampai hari ini dalam istilah soko guru tadi, tidak ada pembicaraan baku mengenai hal itu.

3. Dr. Muchammad Ali Safa’at, S.H., M.H.

- Bahwa makna dari “usaha bersama berdasar asas kekeluargaan” tidak hanya berlaku untuk koperasi, tetapi dimaksudkan pula untuk seluruh

bangunan sistem perekonomian nasional. Namun yang terjadi selama ini, bahwa pembentuk Undang-Undang Dasar 1945, para founding father melihat bahwa ungkapan tersebut paling sesuai digunakan untuk koperasi. Sehingga koperasi diletakkan sebagai sokoguru perekonomian nasional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mohammad Hatta bahwa pelaku ekonomi utama pertama adalah koperasi, yang kedua, BUMN, dan yang ketiga adalah pihak swasta, apabila koperasi dan BUMN tidak mampu.

- Koperasi sebagai badan usaha yang memiliki prinsip sesuai dengan perekonomian nasional, maka koperasi memiliki ketergantungan terhadap konstitusi yaitu Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. - Prinsip-prinsip usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan yang

tercantum dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, risalah BPUPKI dan pimikiran Mohammad Hatta, diantaranya:

a. Kerja sama dan tolong menolong;

b. Gotong royong, mengharmoniskan antara kepentingan orang seorang dengan kepentingan umum;

c. Keanggotaan berdasarkan kebebasan dan kesukarelaan; d. Keadilan dan persaudaraan

e. Self help, dan solidarity; f. Auto aktivitas

g. Tanggung jawab social

h. Organisasi kolektif yang bertujuan mencapai keperluan hidup; i. Pembagian surplus didasarkan atas jasa.

- Sampai dengan perubahan ketiga Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33, ada rumusan perubahan yang menghilangkan asas kekeluargaan. Sehingga perekonomian disusun dan dikembangkan sebagai usaha bersama seluruh rakyat Indonesia secara berkelanjutan, tidak ada mengenai asas kekeluargaan. Adapun dilihat dari sisi sejarahnya, pada saat pembahasan Undang-Undang Dasar 1945 sedang terjadi perdebatan para ahli dibidang ekonomi;

- Pada perubahan keempat, rumusan asas kekeluargaan kembali dicantumkan. Hal ini disebabkan para perumus perubahan saat itu menyatakan bahwa perekonomian yang benar adalah menurut

Mohammad Ali. Sehingga rumusan Pasal 33 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) kembali seperti rumusan asli. Selain itu, terdapat penambahan ayat pada Pasal 33, yaitu ayat (4);

- Penambahan ayat (4) tersebut didasari keadaan perkembangan perekonomian nasional yang berwatak kapitalistik, eksploitatif, dan menimbulkan ketimpangan social. Maka untuk membatasi dari keadaan tersebut, maka terdapat penambahan ayat (4) pada Pasal 33 yang mencantumkan demokrasi ekonomi berdasarkan asas keadilan;

- Berdasarkan sejarah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan pemahaman mengenai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

- Politik hukum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian adalah memperkuat koperasi. Hal ini tercantum dalam konsiderans Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, yang bertujuan untuk dapat bersaing dengan badan usaha lain, tetapi dengan membuat tatanan yang mempermudah masuknya modal dari luar koperasi ke dalam koperasi.

- Menurut pendapat ahli, pengaturan koperasi lebih mengarah dan mereduksi koperasi sebagai badan hukum privat yang justru akan berusaha mencari keuntungan, bukan sebagai sebuah gerakan perekonomian. Koperasi akan berubah dari persekutuan yang bersifat organis menjadi persekutuan yang bersifat mekanis saja. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan mengenai sertifikat modal, larangan membagi laba dari modal penyertaan, pembatasan satu jenis usaha, serta bukan anggota dapat menjadi pengurus, yang demikian tersebut justru mengesampingkan asas, nilai dan prinsip dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian;

- Pasal 1 angka 1 telah mengubah hakikat koperasi sebagai kumpulan orang menjadi kumpulan modal. Frasa pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menunjukkan bahwa salah satu dasar keanggotaan koperasi untuk menjadi koperasi adalah modal, sertifikat modal. Ketentuan ini juga dijabarkan dalam Pasal 68, Pasal 69 bahwa kewajiban anggota koperasi yaitu membeli sertifikat modal koperasi, serta ketentuan Pasal 80 bahwa kewajiban anggota menyetor tambahan

sertifikat modal koperasi, dan koperasi simpan pinjam apabila ada defisit usaha. Sehingga terdapat perbedaan pemilikan modal, yang akan berakibat pada perbedaan kekuatan dan pengaruh dalam pengelolaan koperasi. Hal ini bertentangan dengan prinsip keanggotaan yang bersifat bebas dan sukarela;

- Ketentuan Pasal 72 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian mengatur mengenai larangan koperasi membagikan surplus hasil usaha yang berasal dari transaksi non- anggota kepada anggota koperasi. Hal ini menunjukkan bahwa modal berpengaruh terhadap pengaturan koperasi. Larangan tersebut juga menegasikan prinsip tolong-menolong, gotong-royong, keadilan, dan persaudaraan, serta tanggung jawab sosial;

- Mohammad hatta menyebutkan bahwa sisa hasil usaha koperasi itu tidak hanya dibagikan kepada anggota, namun juga lebih banyak dibagikan kepada masyarakat melalui proses transaksi produk maupun jasa;

- Pasal 82, Pasal 83, dan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian membatasi jenis usaha koperasi dengan menentukan satu jenis usaha saja. Sehingga menurut ahli, hal ini bertentangan dengan hakikat koperasi sebagai satu organisasi kolektif dengan tujuan mencapai atau mencukupi keperluan hidup. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mohammad hatta bahwa salah satu fungsi koperasi adalah merasionalisasi ekonomi dengan memendekkan jalur perekonomian sehingga dapat menyejahterakan.

4. B. Hestu Cipto Handoyo, S.H., M.H.

- Bahwa Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian,

kajian awal dalam naskah akademik menunjukkan adanya kekeliruan dalam menafsirkan prinsip ekonomi yang tertuang dalam teori-teori koperasi. Dalam Naskah Akademik pada hakikatnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi muatan Rancangan Undang-Undang yang di dalamnya memuat mengenai ruang lingkup materi muatan.

- Dalam Bab 5 Naskah Akademik membahas tentang jangkauan arah

pengaturan dan ruang lingkup materi muatan Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, dan seterusnya.

- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

memberi kewenangan dan hak yang besar pada anggotanya karena rapat tertinggi ada pada anggota.

- Tentang jenis koperasi yang bergerak di sektor riil dan koperasi atau

badan atau badan usaha yang bergerak di bidang keuangan, itu memang seyogianya tidak dalam suatu wadah usaha karena akan berpotensi menimbulkan conflict of interest. Kenapa kemudian perlu dipisah antara koperasi sektor riil dan koperasi yang bergerak di sektor keuangan.

5. Prof. Dr. Maryunani, S.E., M.S.

- Bahwa terdapat beberapa kritik terhadap UU Nomor 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian.

- Bahwa terdapat suatu permasalahan yang semakin komplek di negeri

ini salah satunya ketidakpastian perkoperasian Indonesia. Tujuan koperasi adalah untuk peningkatan usaha ekonomi produktif bagi masyarakat juga sebagai pendorong pembangunan ekonomi untuk menuju arah kemandirian, kelembagaan koperasi tentunya akan memungkinkan adanya keterlibatan anggota masyarakat lebih partisipatif dalam mengembangkan ekonomi.

- Bahwa terdapat kalimat yang terpenggal karena tidak mengikuti kalimat

berikutnya sehingga mempunyai makna lain pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian menyebutkan bahwa “Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha”, terpenggal dengan kalimat “yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”.

- Terdapat perbedaan esensi antara Pasal 1 angka 1 Undang–Undang

Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dengan Hasil Kongres ICS 1995 yang menyebutkan bahwa koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela.

- Frasa orang perseorangan yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1

dikhawatirkan akan berimplikasi karena diartikulasikan bahwa siapapun tanpa harus memahami dan menjiwai karakter jati diri koperasi itu berkesempatan untuk mengajukan badan hukum koperasi, jika ini terjadi maka di masa depan habislah makna Koperasi Indonesia yang berjati diri itu.

- Penggalan kedua pengertian koperasi yakni “pemisahan kekayaan para

anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha”, menjadi

bermakna ambigu karena akankah koperasi yang didirikan oleh orang per orang akan mematuhi nilai dan prinsip koperasi jika diantara mereka yang sudah melakukan pemisahan kekayaan dalam sertifikat modal koperasi itu sebagai modal untuk menjalankan usaha. Hal ini sangat bertetangan dengan makna badan usaha koperasi yang dibentuk oleh perkumpulan orang, perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya.

- Dalam konteks Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

disebutkan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan” terkandung sesungguhnya makna kesetiakawanan yang senantiasa saling mendorong, saling menghidupi, dan saling mengawasi.

SAKSI PARA PEMOHON

Garis besar

Dokumen terkait