• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terhadap ketentuan Pasal 70 UU Perkoperasian mengenai pemindahan Sertifikat Modal Koperas

SAKSI PARA PEMOHON 1 Isminarti Perwiran

B. Perihal menyatakan pasal-pasal UU Perkoperasian bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

9. Terhadap ketentuan Pasal 70 UU Perkoperasian mengenai pemindahan Sertifikat Modal Koperas

Para Pemohon menguji Pasal 70 UU Perkoperasian, namun dalam Permohonan perkara aquo tidak ada alasan-alasan sebagai Posita, sehingga patut dinilai sebagai tidak jelasnya Permohonan yang diajukan mengenai Pasal 70 UU Perkoperasian.

Menurut Pemerintah, walaupun para Pemohon tidak memiliki alasan dalam Posita, namun Pemerintah berpendapat bahwa perihal pemindahan Sertifikat Modal Koperasi berdasarkan Pasal 70 UU Perkoperasian adalah merupakan hal yang lumrah dan biasa sebagai perbuatan perdata atas kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi oleh anggota Koperasi.

Namun karena kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi dilakukan dengan syarat dan pembatasan, diantaranya tidak dijual kepada pihak luar atau bukan anggota Koperasi, diterbitkan dan dijual dengan jumlah nominal tertentu, dan penentuannya sesuai Anggaran Dasar Koperasi. Oleh karena itu, kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi dan pemindahannya dapat dilakukan dan takluk kepada hukum perdata biasa, namun, dengan adanya persyaratan dan pembatasan sesuai dengan asas kekeluargaan yang dianut dalam Koperasi berdasarkan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.

Pengaturan mengenai persyaratan dan pembatasan Sertifikat Modal Koperasi dalam Pasal 70 s.d Pasal 72 UU Perkoperasian merupakan bentuk jaminan hukum atas kelangsungan asas kekeluargaan dalam kaitan kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi. Sehingga norma mengenai Sertifikat Modal Koperasi termasuk pemindahannya tetap mengacu dan bersesuaian dengan asas kekeluargaan dan prinsip dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota, serta prinisp satu anggota memiiiki satu hak suara.

Pengaturan Pemindahan Sertifikat Modal Koperasi yang dimiliki anggota Koperasi justru relevan dengan hak konstitusional atas harta kekayaan [Pasal 28H ayat (4) UUD 1945], dan tidak bertentangan dengan asas kekeluargaan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.

10. Terhadap ketentuan Pasal 71 UU Perkoperasian mengenai

perubahan nilai Sertifikat Modal Koperasi sesuai standar akuntansi keuangan dan ditetapkan dalam Rapat Anggota

Para Pemohon menguji Pasal 71 UU Perkoperasian, namun dalam Permohonan perkara a quo tidak ada alasan-alasan menguji Pasal 71 UU Perkoperasian sebagai Posita, sehingga patut dinilai sebagai tidak jelasnya Permohonan yang diajukan Para Pemohon mengenai Pasal 71 UU Perkoperasian.

Namun Pemerintah memberikan keterangan bahwa perubahan nilai Sertifikat Modal Koperasi sesuai standar akuntansi dan ditetapkan dalam Rapat Anggota sebagaimana Pasal 71 UU Perkoperasian. Hal itu juga sesuai dengan nilai berkeadilan yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf f UU Perkoperasian. Sehingga menjamin tidak adanya pengurangan nilai atas Sertifikat Modal Koperasi tersebut.

Selain itu, penetapan perubahan nilai Sertifikat Modal Koperasi dilakukan dalam Rapat Anggota sebagai kekuasaan tertinggi Koperasi sehingga menjamin aspirasi anggota. dan bersesuaian dengan nilai-nilai Koperasi yakni kekeluargaan, menolong diri sendiri. Bertanggung jawab, demokrasi. persamaan, berkeadilan dan kemandirian [vide Pasal 5 ayat (1) UU Perkoperasian].

11. Terhadap ketentuan Pasal 72 UU Perkoperasian mengenai

pemindahan Sertifikat Modal Koperasi kepada ahli waris

Para Pemohon menguji Pasal 72 UU Perkoperasian, namun dalam Permohonan perkara a quo tidak ada alasan-alasan menguji Pasal 72 UU Perkoperasian sebagai Posita, sehingga patut dinilai sebagai tidak jelasnya Permohonan yang diajukan mengenai Pasal 72 UU Perkoperasian.

Atas hal tersebut Pemerintah memberikan keterangan bahwa pemindahan Sertifikat Modal Koperasi kepada ahli waris sudah merupakan kebenaran yuridis-konstitusional, karena kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi memang berkaitan dengan kepemilikan (ownership), sehingga tidak dapat dianggap sebagai milik Koperasi. Jika pemiliknya yang merupakan anggota Koperasi tersebut meninggal dunia, maka tepat dan sah norma Pasal 72 UU Perkoperasian yang membolehkan pewarisan atas Sertifikat Modal Koperasi.

Akan tetapi, pemindahan kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi dengan pewarisan dapat dilakukan apabila ahli warisnya masuk menjadi anggota Koperasi. Apabila tidak maka kepemilikannya dialihkan kepada anggota Koperasi lain atau kepada Koperasi.

Pengaturan Pemindahan Sertifikat Modal Koperasi kepada ahli waris dengan syarat menjadi anggota Koperasi justru relevan dengan hak konstitusional atas harta kekayaan [Pasal 28H ayat (4) UUD 1945], dan tidak bertentangan dengan asas kekeluargaan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.

12. Terhadap ketentuan Pasal 73 UU Perkoperasian menegani

ketentuan lebih lanjut tata cara penjualan dan pemindahan Sertifikat Modal Koperasi diatur dalam Anggaran Dasar

Para Pemohon menguji Pasal 73 UU Perkoperasian, namun dalam Permohonan perkara a quo tidak ada alasan-alasan menguji Pasal 73 UU Perkoperasian sebagai Posita, sehingga patut dinilai sebagai tidak jelasnya Permohonan yang diajukan mengenai Pasal 73 UU Perkoperasian.

Terhadap anggapan para Pemohon itu, Pemerintah memberikan keterangan bahwa penjualan dan pemindahan Sertifikat Modal Koperasi diatur dalam Anggaran Dasar, justru menjamin kedudukan Anggaran Dasar sebagai "konstitusi" Koperasi, sehingga menjadi ketentuan mengikat anggota Koperasi.

Hal ini merupakan aplikasi dari nilai kekeluargaan, demokrasi, bertanggungjawab, berkeadilan, kemandirian dan persamaan, dari tiap- tiap anggota yang mempunyai hak menentukan isi anggaran dasar

yang ditetapkan dalam rapat anggota sebagai kekuasan tertinggi Koperasi. Hal ini justru sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.

13. Terhadap ketentuan Pasal 74 UU Perkoperasian mengenai Hibah

sebagai modal Koperasi

Para Pemohon menguji Pasal 74 UU Perkoperasian mengenai Hibah sebagai modal Koperasi, namun dalam Permohonan perkara a quo tidak ada alasan-alasan menguji Pasal 74 UU Perkoperasian sebagai Posita, sehingga patut dinilai sebagai tidak jelasnya permohonan yang diajukan mengenai Pasal 74 UU Perkoperasian.

Terhadap anggapan tersebut, Pemerintah memberikan keterangan bahwa hibah sebagai modal Koperasi adalah lazim untuk Badan Hukum dan badan usaha apapun. Justru norma tersebut untuk memperkuat Koperasi. Dalam hal adanya anggapan seakan-akan bisa mempengaruhi Koperasi dan menjadi perbuatan melawan hukum seperti pencucian uang (money laundering). Anggapan para Pemohon tersebut tidak relevan karena merupakan permasalahan penegakan hukum dan kepatuhan hukum. bahkan cenderung bersifat spekulatif, halusinasi yang dengan demikian bukan menjadi objek persoalan menguji konstitusionalitas norma Pasal 74 UU Perkoperasian.

Dalam banyak yurisprudensi Mahkamah Konstitusi menolak alasan kekuatiran atas pelaksanaan norma Undang-Undang sebagai alasan menguji norma, sehingga hal itu merupakan permasalahan penegakan hukum bukan permasalahan konstitusionalitas norma Undang-Undang.

14. Terhadap ketentuan Pasal 75 UU Perkoperasian mengenai

Garis besar

Dokumen terkait