• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHMAD YASIN: AKTOR PENTING DI BALIK GERAKAN HAMAS

Dalam dokumen HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf (Halaman 37-40)

HAMAS MENOREHKAN SEJARAH 1. BAGAIMANA HAMAS BERDIRI?

2. AHMAD YASIN: AKTOR PENTING DI BALIK GERAKAN HAMAS

Berdirinya Hamas, tidak bisa dilepaskan dari sosok Syaikh Ahmad Yasin, seorang pria Arab-Palestina yang sangat berpengaruh. Yasin dilahirkan di desa Jaurah, pinggiran kota Al-Majdal, sekitar 20 km sebelah utara Gaza pada tahun 1936. Ayahnya wafat sebelum ia genap berusia 3 tahun. Sewaktu kecil, dipanggil dengan nama Ahmad Sa‗dah. Nama ini diambil dari ibunya yang bernama Sa‗dah Abdullah Al-Hubael. Hal ini dilakukan untuk membedakan nama Ahmad yang banyak dipakai di keluarga Yasin.

Pada saat terjadi hari Nakbah (hari duka rakyat Palestina) tahun 1948, usia Yasin baru 12 tahun. Keluarga Yasin bersama puluhan ribu warga Palestina lainnnya kemudian pindah ke Gaza akibat pengusiran yang dilakukan oleh kelompok-kelonpok bersenjata Yahudi. Beberapa hari menjelang syahid, Syaikh Yasin pernah mengatakan bahwa ia mendapatkan pelajaran dari peristiwa Nakbah itu. Peristiwa itu sangat mempengaruhi gaya pemikiran dan politiknya di kemudian hari. Pengalaman pahitnya itu itu menginspirasi dirinya agar bangsa Palestina mampu mempersenjatai diri sendiri. Yasin berpikir bahwa berjuang di atas kaki sendiri lebih berharga dibandingkan dengan berpangku tangan pada bantuan pihak lain, baik itu dari negara Arab tetangga ataupun negara-negara di dunia yang lain.

Sebelum pindah ke Gaza, pria yang dijuluki Amir Syuhada (pemimpin para pejuang yang syahid) ini memasuki sekolah dasarnya di Al-Jaurah, tapi hanya sampai kelas lima karena terjadi peristiawa Nakbah yang memaksanya untuk segera mengungsi ke Gaza. Selain menyiksa secara fisik, peristiwa itu juga sudah menenggelamkan masa depan anak-anak Palestina seperti Yasin kecil.

Tak jauh beda dengan keluarga pengungsi Palestina lainnya, keluarga Yasin juga merasakan getirnya kemiskinan dan kelaparan. Misalnya pada suatu saat, ia dan teman-temannya pergi ke markas militer Mesir memunguti sisa-sisa makanan dari pasukan ini agar ia bisa memberi makanan kepada sanak dan keluarganya. Selama tahun 1949-1950, Yasin meninggalkan bangku sekolah untuk menopang keluarganya dengan bekerja sebagai pegawai restoran di Gaza. Lalu ia melanjutkan kembali studinya yang sempat terputus.

Pada usia 16 tahun, ia mengalami kecelakaan yang sangat mempengaruhi hidupnya sampai masa berikutnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1952. Yasin mengalami patah tulang di bagian lehernya saat berolahraga bersama teman-temannya hingga ia mengalami kelumpuhan. Disamping lumpuh, belakangan Syaikh Yasin menderita sejumlah penyakit lain seperti mata kanannya tak bisa

melihat karena dipukuli ketika beliau menglami penyelidikan dan introgasi di penjara Israel. Selain itu, ia juga mengalami rabun mata di bagin kiri, radang akut di bagian telinga, kerawanan pada jantung dan sejumlah penyakit kronis di bagian ususnya.

Akhirnya, Syaikh Yasin dapat menyelesaikan sekolah menengah atasnya pada tahun 1957-1958 dan bisa langsung mendapat pekerjaan, walaupun pada awalnya mengalami kendala kesehatan. Sebagian besar gajinya yang ia peroleh dari mengajar digunakan untuk membantu keluarganya.

Pada usianya 20 tahun, Syaikh Yasin ikut serta dalam aksi unjuk rasa di Gaza menentang persekutuan segi tiga musuh terhadap Mesir tahun 1956. Dalam peristiwa ini, ia memperlihatkan kepiawaianya berorasi dan mengorganisir masa. Bersama rekan-rekannya, ia mengajak untuk menolak pengawasan internasional atas Gaza dan mengembalikan Gaza kepada pemerintahan Mesir.

Sejak saat itu, keahlian orasi Syaikh Yasin mulai terlihat jelas dan semakin melambungkan namanya di Gaza. Ketenaran Yasin justru malah membuat curiga para intel Mesir yang menjadi antek-antek penjajah. Akhhirnya pada tahun 1965, ia ditangkap bersamaan dengan penangkapan besar-besaran yang dilakukan pemerintahan Mesir terhadap jamaah Ikhwanul Muslimin yang lain sejak tahun 1954.

Hampir sebulan Syaikh Yasin mendekam dalam penjara. Kemudian dilepaskan kembali setelah semua penyelidikan membuktikan tak ada hubungan antara dirinya dengan jamaah Ikhwanul Muslimin. Selama masa penahanan, ia justru memperoleh kesan mendalam yang terungkap dalam kata-katanya, ―Saya benci kedzaliman.‖ Bahkan pada masa itu, ia mendukung adanya kekuasaan berdiri atas dasar keadilan dan keyakinan bahwa setiap orang harus hidup merdeka.

Setelah kekalahan Arab dalam perang tahun 1967, penjajahan Israel terhdap Palestina semakin menjadi-jadi, termasuk terhadap wilayah Jalur Gaza. Oleh karena itu, Syaikh Yasin terus berorasi dari atas mimbar Masjid Al-Abbas di kampung Al-Ramal Gaza menolak para penjajah. Pada saat yang sama, ia juga aktif menggalang dana dan bantuan bagi para keluarga syahid dan para tahanan Palestina, juga bekerja sebagai ketua kelompok Islam di Gaza.

Lantas apa hubungan Yasir dengan Ikhwanul Muslimin? Sekalipun pada saat ditangkap oleh intel Mesir tahun 1956, Yasin tidak terbukti terlibat dalam gerakan Ikhwanul Muslimin yang sedang menjadi target Mesir saat itu, peristiwa itu malah membuat Yasin mengenal Ikhwanul Muslimin. Gerakan ini pula yang membawanya kuliah di Al-Azhar Cairo Mesir. Saat itulah ia semakin intens bergaul dengan gerakan Ikhwanul Muslimin dan bahkan bergabung dalam gerakan itu. Saat itulah pola pikir Yasin tentang pergerakan menghadapi Yahudi mulai terbentuk. Sekembalinya dari Mesir, Yasin memilih bergabung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin sayap Palestina yang sejak tahun 30-an sudah berjuang untuk pembebasan Palestina.

Karena bakat orasi dan keberaniannya yang menonjol di antara aktivis-aktivis Ikhwanul Muslimin yang lain, pengaruh Yasin dalam organisasi itu dan

terhadap anak-anak muda Gaza sangat besar. Dengan orasinya Yasin dapat membakar semangat anak-anak muda Palestina untuk menentang pendudukan Israel. Bersama-sama aktivis Ikhwan yang lain, anak-anak muda itu ia didik dan ia persiapkan untuk melawan Palestina.

Tahun 1982, ketika Ikhwanul Muslimin memutuskan untuk membentuk sayap militer yang dinamai ―Mujahidin Palestina‖, Yasin dipercayai memimpin pasukan itu. Oleh karena itu, ia ditahan oleh pihak penjajah Israel. Tuduhan kejinya adalah membentuk kelompok militer bersenjata. Ia divonis hukuman 13 tahun penjara. Namun dibebaskan kembali tahiun 1985 dalam rangkaian pertukaran tawanan antara penjajah Israel dengan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina.

Setelah meletusnya gerakan Intifadhah pada tanggal 8 Desember 1987, Syaikh Yasin bersama sejumlah pimpinan Ikhwanul Muslimin lainnya memutuskan untuk membentuk organisasi Islam memeranmgi penjajah Israel. Tujuannya adalah membebaskan tanah Palestina dari Zionis-Israel. Gerakan ini mereka namakan Harakah Muqâwamah Al-Islamiyah (Hamas) atau Gerakan Perlawanan Islam. Syaikh Yasin memiliki peran sangat penting dalam Intifadhah Palestina yang meletus saat itu. Intifadhah pertama ini dikenal dengan nama Intifadhah Masjid. Dia diangkat sebagai pemimpin spritual bagi gerakan tersebut.

Meningkatnya intifadhah dan kekuatan Hamas terlihat pada kemampuannya melakukan aksi-aksi bersenjata. Misalnya, menyandera dua serdadu Israel tahun 1989. Akibat peristiwa itu, Syaikh Yasin ditahan penguasa Israel pada tanggal 18 Mei 1989 bersama dengan ratusan anggota Hamas lainnya. Pada tanggal 16 Oktober 1991, pengadilan militer Israel memvonis Syaikh Yasin penjara seumur hidup plus 15 tahun. Salah satu tuduhannya adalah memprovokasi drama penyanderaan tersebut, juga terlibat dalam pendiriaan Hamas berikut sayap militer dan keamanannya.

Melihat kedudukan Syaikh Yasin yang kharismatik di mata para anggota-anggotanya menyebabkan sebuah satuan berani mati Hamas dari Brigade Izzuddin Al-Qassam menyandera seorang serdadu Israel pada tanggal 13 Desember 1992. Pasukan khusus ini meminta sandera ini dibayar dengan pembebasan Syaikh Yasin dengan sejumlah tahanan Palestina lainnya yang terdiri dari orang tua, penderita sakit, dan tahanan Arab lainnya.

Nanum Israel menolak tawaran itu dan menggerebek tempat penyanderaan yang mengakibatkan serdadu itu tewas berikut komandan satuan penggerebekan yang diterjunkan Israel. Sementara para pejuang brigade Al-Qassam juga ikut gugur syahid di kampung Bernepala dekat kota Al-Quds (Yerussalem).

Tekanan-tekanan yang keras dari para pejuang Palestina memaksa pihak pemerintah Israel untuk membebaskan Syaikh Yasin. Pada rabu pagi (1/10/1997). Syaikh Yasin dibebaskan melalui perjanjian yang dilakukan antara pemerintahan kerajaan Yordania dengan Israel. Dengan perjanjian itu, beliau dibebaskan dengan pertukaran 2 antek Yahudi yang ditahan di Yordania karena mencoba membunuh kepala biro politik Hamas, Khaled Mashal.

Tak diduga sebelumnya, puluhan ribua warga Palestina ternyata menanti kedatangan tokoh pujaanya yang akan segera tiba di Gaza. Setelah bebas, ia kemudian melakukan kunjungan ke beberapa negara Arab untuk berobat. Selama kunjungan ini, Syaikh disambut hangat oleh sejumlah pimpinan Arab dan Islam, para pemimpin rakyat dan berbagai organisasi Islam. Di antara negara yang dikunjunginya adalah Arab Saudi, Iran , Suriah, dan Uni Emirat Arab.

Tak kenal lelah dan menyerah, Syaikh Yasin kembali memulihkan bangunan struktur Hamas setelah diobrak-abrik oleh pihak keamanan Otoritas Palestina. Peristiwa ini sempat mengganggu hubungan antara Syaikh Yasin dengan Otoritas yang mengalami kerenggangan karena pihak Otoritas seringkali memberlakukan hukum tahanan rumah serta memutuskan hubungan komunikasi terhadap aktivitas Syaikh Yasin.

Kebencian Yahudi terhadap Syaikh Yasin sudah sampai pada puncaknya. Zionis Yahudi Israel itu menganggap Yasin sebagai kekuatan Palestina yang sangat berbahaya. Walaupun dengan kakai lumpuh dan mata yang setengah buta, kekuatan kata-katanya mampu mebangkitkan semangat anak-anak muda Palestina. Akhirnya kelompok garis keras Israel memilih untuk menghabisi Yasin. Pada subuh tanggal 22 Maret 2004, saat sedang menjalankan shalat subuh, Syaikh Yasin dibombardir dengan misil dari helikopter tentara Yahudi. Kejian itu seketika menewaskan Syaikh Yasin dan orang-orang yang tengah melaksanakan shalat berjamaah bersamanya.71

3. PARA PEMIMPIN HAMAS LAIN

Dalam dokumen HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf (Halaman 37-40)