• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKHWANUL MUSLIMIN PALESTINA: CIKAL BAKAL HAMAS

Dalam dokumen HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf (Halaman 28-33)

B. Gerakan-Gerakan Radikal Bawah Tanah

4. IKHWANUL MUSLIMIN PALESTINA: CIKAL BAKAL HAMAS

Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi gerakan yang didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir tahun 1928. Ketika terjadi gejolak di Palestina akibat jatuhnya Palestina ke tangan Inggris dan eksodusnya bangsa Yahudi dari Eropa ke kawasan ini, Ikhwanul Muslimin termasuk salah satu gerakan politik di Arab yang pertama kali memberikan perhatian. Ikhwanul Muslimin memperlihatkan perhatian yang serius terhadap masalah Palestina.

Tahun 1935 Hasan Banna mengutus saudaranya, Abdurrahman Al-Banna, dan Muhammad As‗ad Al-Hakim untuk mengunjungi Palestina melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin di Palestina. Tahun 1936 Ikhwanul Muslimin mendirikan cabang di Haifa, kemudian 54 Muhsin Muhammad Shalih. op. cit. hal. 420-423

di Gaza atas prakarsa Ayash Umairah untuk mengontrol kelompok-kelompok kecil Ikhwanul Muslimin yang tersebar dari Yafa sampai Yerussalem (Al-Quds) pada tahun 1930-an. Dari sana kemudian tersebarlah cabang-cabang Ikhwanul Muslimin di seluruh Palestina. Pada tahun 1948 jumlahnya mencapai 25 caban. Jumlah anggota dari seluruh cabang antara 12 sampai 20 ribu orang yang semunya tunduk di bawah kendali Ikhwanul Muslimin pusat di Cairo. Pada tahun-tahun 30-an sampai 40-30-an Ikhw30-anul Muslimin s30-angat dekat deng30-an tokoh pergerak30-an radikal Palestina, Izzuddin Al-Qassam. Kelompok Ikhwanul Muslimin dengan kelompok Jihad Al-Qassam satu sama lain saling membantu dalam menghadapi bangsa Yahudi.

Ketika terjadi Perang Umum tahun 1948, Ikhwanul Muslimin Palestina bergabung dengan pasukan Ikhwanul Muslimin dari Mesir yang ikut menjadi pasukan sukarela dalam pasukan tentara yang dikirim oleh pemerintah Mesir. Selain dari Mesir, pasukan-pasukan Ikhwanul Muslimin dari Suriah, Yordania, dan Irak juga ikut bergabung besama-sama menghadapi pasukan Zionis Yahudi. Dari Mesir, pasukan Sukarela Ikhwanul Muslimin sebanyak tiga batalyon dipimpin oleh Ahmad Abdul Aziz; dari Yordania dikirimkan pasukan sukarela dibawah pimpinan Abdulllatif Abu Qurah, ketua Ikhwanul Muslimin Amman; dan dari Suriah didatangkan pasukan sukarela pimpinan Musthafa Al-Siba‗i, ketua Ikhwanul Muslimin Damaskus.55

Sayang sekali, pada saat yang sama, di Mesir pada tanggal 8 November, Muhammad Fahmi Naqrasyi, perdana menteri Mesir waktu itu membekukan gerakan Ihkwan, menyita harta kekayaannya, dan menangkap tokoh-tokohnya. Desember 1948, Naqrasyi diculik dan dibunuh. Orang-orang Ikhwan dituduh sebagai pelakunya. Ketika jenazah Naqrasyi diusung, para pendukungnya berteriak, ―Kepala Naqrasyi harus dibayar dengan kepala Hassan Al-Banna.‖ Pada tanggal 22 Februari 1949, Hassan Al-Banna dibunuh oleh pembunuh misterius.56

Dalam situasi seperti itu, Ikhwanul Muslimin di Palestina yang langusng berada di bawah kontrol Ikhwanul muslimin Mesir pun ikut dibekukan. Namun, para tokohnya tidak berhenti berjuang karena dibekukannya Ikhwan. Mereka mengganti nama gerakannya di Palestina dengan nama ―Jam‗iyyah Al-Tauhid‖. Melalui organisasi baru ini, tokoh-tokoh gerakan Ikhwan di Palestina kembali melakukan aktivitas perjaungannya. Kali ini, tidak hanya mempersiapkan pasukan perang yang mereka lakukan, namun juga melakukan gerakan-gerakan dakwah dan kebudayaan lainnya yang sesuai dengan visi Ikhwanul Muslimin.

Meskipun krisis Ikhwanul Muslimin di Mesir terus berjalan hingga mereka harus menjadi gerakan rahasia sejak tahun 1954 ketika Jamal Abdun-Nashr berkuasa dan banyak sekali tokoh-tokohnya yang dijebloskan ke penjara bahkan dihukum mati, perhatian Ikhwan terhadap nasib Palestina tetap besar. Sayap ikhwan di Palestina tetap ikut dalam berbagai perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dan untuk menghadapi Zionis Yahudi.

55 Jawad Al-Hamd dan Iyad Al-Barghutsy (ed.). op. cit hal. 31-32

56 Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran; Akar-akar

Ketika liga negara-negara Arab kalah dalam perang pada tahun 1967 dan perjuangan Palestina diserahkan secara langsung kepada bangsa Arab-Palestina sendiri melalui PLO, terjadi perubahan peta politik baru dalam perpolitikan Palestina. Ikhwanul Muslimin pun mengubah strateginya dengan menyiapkan pasukan baru. Namun kali ini, pasukan Ikhwanul Muslimin berada di bawah gerakan Fatah yang sebenarnya lahir dari gerakan Ihkwanul Muslimin sendiri di Gaza.

Ihkwan bergabung dengan Fatah dalam militer dan politik hanya sampai tahun 1970. Setelah itu, pada tahun 1970-an Ihkwanul Muslimin tidak terang-terangan lagi melakukan gerakan politik atau militer dalam menghadapi Israel. Mereka juga menarik diri dari Fatah karena berbagai ketidakcocokan gerakan. Kali ini, Ikhwanul Muslimin benar-benar mengubah strategi gerakannya. Sejak tahun 1968, gerakan Ihkwanul Muslimin di Palestina lebih menekankan pada pembangunan mesjid-mesjid dan mempersiapkan masyarakat baru melalui gerakan keagamaan, sosial, dan pendidikan. Ikhwanul Muslimin lebih berkonsentrasi untuk menyiapkan kader-kader Palestina di masa yang akan datang yangberkeyakinan-tauhid kuat.

Sejak tahun 1970-an terlihat mulai banyak pemuda-pemuda didikan Ikhwanul Muslimin yang pergi belajar ke universitas-universitas. Mereka adalah para pemuda yang memiliki komitmen keislaman yang tinggi. Dari sinilah Ikhwanul Muslimin memiliki kader-kader muda baru yang cerdas-cerdas. Di antara mereka ada yang berhasil menjadi dokter, insinyur, dan ilmuwan di disiplin ilmu lain. Karena kader-kadfer muda ini pula, Ikhwanul Muslimin berhasil mendirikan universitas di Gaza tahun 1978.

Tahun 1980-an, melalui strategi barunya itu, Ikhwanul Muslimin disokong oleh kader-kader muda yang tangguh, berkomitmen tinggi, dan cerdas. Dengan dukungan mereka, dimulailah era baru perjuangan Ikhwanul Muslimin di Palestina. Kali ini, tidak hanya senjata yang diangkat, namun gerakan sosial dan pendidikan yang bisa menyelamatkan rakyat Palestina dari keterpurukan dan kebodohan juga dapat dilakukan oleh para aktivis Ikhwanul Muslimin di Palestina. Sampai ketika Ihkwanul Muslimin sayap Palestina memutuskan untuk mendirikan satu gerakan baru, yaitu Hamas, gerakan ini lebih siap secara SDM dai segala sektor hingga sangat mempengaruhi gerakan Hamas pada masa-masa berikutnya.57 Secara umum gerakan Ikhwanul Muslimin di Palestina sesudah tahun 1967 melewati empat fase sebagai berikut.

Fase Pertama (1967-1976): Mempersiapkan Tiang Penyangga Perjuangan

Fase ini ditandai dengan mundurnya Ikhwanul Muslimin dari kancah perjuangan politik dan militer di Palestina. Ikhwan mengalihkan perjuangannya untuk melakukan perubahan di tengah masyarakat. Ikhwan kali ini berpikir bahwa perubahan masyarakat akan membawa pada perubahan politik. Oleh sebab itu, masyarakat harus disiapkan dari berbagai aspeknya agar siap untuk merdeka 57 Jawad Al-Hamd dan Iyad Al-Barghutsy (ed.). op. cit hal. 33-35

seutuhnya. Kemerdekaan yang diraih tanpa mempersiapkan terlebih dahulu masyarakatnya hanya akan membuat kemerdekaan itu semu belaka. Oleh sebab itu, gerakan Ikhwan mulai meluaskan arenanya ke berbagai lapangan lain, antara lain pembangunan mesjid, sosial, dakwah, dan pendidikan.

Pada fase ini, urusan politik dan militer Ikhwan dipercayakan di bawah kendali gerakan Fatah, yaitu dengan mendirikan sayap militer lokal di Pegunungan Al-joun dan Lembah Yordan yang diberi nama Shaiks antara tahun 1967-1970. Sedangkan Ikhwan sendiri, pada saat yang sama, lebih mengkonsentrasikan gerakannya pada gerakan dakwah. Pada fase ini, seolah-olah Ikhwan ingin mempersiapkan lanskap gerakan untuk perjuangan tahap lanjut di masa-masa berikutnya.

Fase Kedua (1976-1981): Mendirikan Yayasan-Yayasan dan Memperluas Gerakan

Setelah fase pertama dilalui, gerakan Ikhwanul Muslimin semakin memantapkan orientasi gerakan barunya ini dengan mendirikan berbagai lembaga sosial dan pendidikan hingga wilayah garapan gerakannya menjadi lebih luas. Kali ini, dakwah yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin telah merambah berbagai bidang: sosial, budaya, pendidikan, dan ekonomi.

Pada fase ini Ikhwanul Muslimin sangat serius untuk mengirimkan kader-kader mudanya untuk belajar di berbagai universitas. Banyak sekali kader-kader-kader-kader mudanya yang dikirimkan ke universitas-universitas di Mesir, Yordania, Syria, Irak, dan sebagainya. Selesai belajar, mereka diharuskan mendirikan sekolah-sekolah di Palestina untuk rakyat-rakyat. Yayasan-yayasan yang bergerak mengurusi pembangunan mesjid, perpustakaan, zakat, dan sebagainya didirikan juga atas prakarsa Hamas. Pada fase ini di Jalur Gaza didirikan Majma‗ Al-Islami oleh Syaikh Ahmad Yasin yang sangat berpengaruh pada pergerakan Ikhwanul Muslimin pada masa-masa berikutnya, terutama setelah Hamas berdiri. Yayasan ini bergerak dalam berbagai kegiatan sosial yang beragam. Pada fase ini pula, gerakan pendidikan Ikhwan sampai berhasil mendirikan Universitas Islam di Gaza tahun 1978.

Fase Ketiga (1981-1987): Penyempurnaan Proses Persiapan dan Awal Perubahan kembali ke Arah Gerakan Perlawanan

Fase ini ditandai dengan mulainya Ikhwanul Muslimin mengubah arah gerakannya kembali ke lapangan politik dan militer untuk menghadapi Zionis Israel. Ikhwanul Muslimin mendirikan sayap militer yang diberi nama ―Mujahid Palestina‖ (Mujâhidûn Filisthîniyyûn) di Jalur Gaza di bawah pimpinan Syaikh Ahmad Yasin. Sayap militer ini mulai melakukan perlawanan-perlawanan terhadap kesewenang-wenagan pemerintah Israel. Terjadi beberapa kali bentrok senjata antara pasukan Mujahid Palestina dengan tentara Israel. Karena gerakan-gerakan ini, tahun 1984, Syaihk Ahmad Yasin ditahan oleh pemerintah Israel.

Berdirinya sayap militer ini, sebenarnya semakin menunjukkan ketidakpercayaan Ikhwanul Muslimin kepada Fatah. Bahkan ketidakpercayaan ini

mulai terlihat sejak tahun 1970-an. Ikhwan banyak tidak menyetujui berbagai langkah yang ditempuh PLO yang didominasi oleh Fatah.

Pada saat yang sama, sayap-sayap gerakan di bidang sosial, pendidikan, dan budaya masih tetap dijalankan untuk terus menyempurnakan proses persiapan menuju kemerdekaan Palestina. Sayap militer adalah lembaga baru yang akan dijadikan ujung tombak gerakan Ikhwanul Muslimin menghadapi Israel.

Fase Keempat: (1987 dan seterusnya): Perlawanan terhadap Zionis Israel

Fase ini diawali dengan meletusnya Intifâdhah (Perlawanan) rakyat Palestina terhadap Zionis Israel pada tanggal 8 Desember 1987. Kemudian pada tanggal 14 Desember 1987, Ikhwanul Muslimin mengumumkan berdirinya Hamas (Harakah Muqâwamah Al-Islâmiyyah) di bawah pimpinan Syaikh Ahmad Yasin. Pendirian gerakan ini kemudian disusul dengan ditetapkannya Piagam Hamas sebagai anggaran dasar yang dipegang oleh gerakan ini.

Sejak saat itulah, mulai banyak terjadi perang-perang gerilya rakyat palestian yang bergabung dengan Hamas terhadap tentara Israel. Senjata yang mereka gunakan sangat minim. Bahkan seringakali, perlawanan-perlawanan hanya dilakukan dengan melempari tentara Israel yang bersenjata lengkap dan canggih dengan batu-batu kerikil.58 Selanjutnya mengenai Hamas ini akan di dikupas lebih mendalam pada bab ke-4.

58 Jawad Al-Hamd dan Iyad Al-Barghutsy (ed.). op. cit hal. 35-37

BAB IV

HAMAS MENOREHKAN SEJARAH

Dalam dokumen HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf (Halaman 28-33)