• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERTAKAN AMERIKA DAN ISRAEL: EMBARGO EKONOMI

Dalam dokumen HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf (Halaman 64-70)

HAMAS MEMENANGKAN PEMILU: MENGAPA AMERIKA MEMBENCINYA?

2. GERTAKAN AMERIKA DAN ISRAEL: EMBARGO EKONOMI

Tekanan terhadap Hamas yang dilakukan, terutama, oleh Israel dan Amerika tidak cukup hanya melalui kecaman di berbagai media masa dunia dan pembentukan opini buruk terhadap Hamas. Lebih dari itu, Amerika dan Israel juga melakukan tekanan secara politik dan ekonomi. Secara politik Amerika dan Israel akan membatasi gerak para pejabat Hamas dan memisahkan Gaza dari tepi Barat.105 Bahkan tersiar kabar bahwa Israel dan Amerika sedang mempersiapkan skenario untuk menggulingkan pemerintahan Hamas di bawah PM Ismail Haniya,106 sekalipun kabar itu kemudian ditampik oleh Amerika dan Israel.107

Skenario politik lain yang kelihatannya tengah dimanfaatkan oleh Amerika adalah memanfaatkan potensi konflik antara Hamas dengan Fatah. Pasca pemilu memang sempat terjadi beberapa kali bentrok bersenjata. Tidak jelas siapa yang melakukannya, namun media kemudian menduga-duga bentrokan itu terjadi antara faksi militer Fatah, Brigade Al-Aqsha, dengan faksi militer Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam.108 Isu itu tentu semakin memperkeruh suasana. Padahal, baik Hamas maupun Fatah sama-sama menampik bahwa masing-masing memang sengaja ingin menghancurkan pihak yang menjadi rival politiknya.

Rupanya memang ada pihak-pihak yang sengaja ingin memperkeruh suasana. Sangat besar kemungkinan bahwa Amerika dan Israel ingin memanfaatkan situasi agar terjadi chaos di Palestina agar pemerintahan Hamas ambruk. Dengan begitu, AS-Israel dapat mendorong kembali lawan Hamas, yaitu Fatah untuk kembali memimpin Palestina. Beruntung, Hamas tidak terprovokasi dengan isu-isu yang berkembang seputar kerusuhan. Sejak awal, Haniya dan 104 Amrozi M. Rais, ―Hamas dan Pemerintahan Mendatang‖ dalam Republika, 30 Januari 2006 105 ―AS yang Memulai, AS yang mengakhiri‖ Kompas, 16 Februari 2006

106 ―Hamas akan Digulingkan‖ Kompas, 15 Februari 2006

107 ―AS dan Isarel membantah‖ Republika, 16 Februari 2006; ―AS dan Isarel Bantah Ingin Jatuhkan Hamas‖ Kompas, 16 Februari 2006.

108 Ketidakjelasan siapa yang melakukan kerusuhan misalnya diperlihatkan dalam salah satu berita yang dikutip Kompas, 3 Februari 2006 bertajuk ―Ketegangan Masih Berlanjut.‖ Sampai nberita itu diturunkan tidak jelas betul siapa sebenarnya pelaku kerusuhan itu. Masing-masing pihak, Hamas dan Fatah, sama-sama menolak bahwa faksi-faksi mereka yang melakukannya. Oleh sebab itu, sangat besar kemungkinan bahwa bentrokan yang memang tidak direncanakan pad tingkat elit oleh kedua partai terbnesar di Palestina tersebut sengaja diada-adakan untuk memperkeruh situasi.

pemimpin Hamas yang lain terus melakukan pendekatan dengan pihak Fatah, terutama dengan Presiden Mahmoud Abbas. Haniya memperlihatkan keseriusannya untuk bekerja sama dengan Fatah. Sekalipun akhirnya, Hamas harus menjalankan pemerintahan sendirian tanpa Fatah, namun secara umum Parlemen Palestina yang mayoritas tersiri dari faksi Fatah dan Hamas menyetujui pemerintahan yang dibentuk Hamas.109 Pada akhir April, khusus untuk mengakhiri isu-isu pertikaian bersenjata, Hamas dan Fatah membuat nota kesepakatan bersama untuk tidak saling menyerang secara militer.110 Dengan demikian Hamas dengan sangat cerdas mengakhiri spekulasi soal pertikaian antara Hamas dan Fatah.

Secara ekonomi, Amerika dan Israel akan membuat Pemerintahan Palestina bangkrut dengan cara memotong jalur ekspor dan transfer uang, serta mendorong penghentian bantuan dana bagi pemerintahan Palestina. Dengan cara itu, AS-Israel berharap pemerintahan baru Hamas akan bangkrut dan tidak dapat menggaji 140.000 pegawainya dalam beberapa bulan ke depan. Dari sini, kedua negara itu berharap akan ada kekacauan politik di Palestian yang mendorong terjadinya pemilu baru. Pada saat itulah Fatah akan didorong kembali ke tampuk kekuasaan.111

Skenario inipun dibantah oleh Isarel dan Amerika. Namun, pada kenyataannya Israel dan Amerika sungguh-sungguh melakukan apa yang mereka rencanakan itu. Amerika, misalnya, menyatakan menarik kembali bantuan dana untuk Otoritas Palestina sebesar 50 juta dolar AS yang sebelumnya memang sudah siap diberikan untuk membantu berjalannya pemerintah Otoritas Palestina. Amerika juga mengancam negara-negara Arab agar tidak membantu pemerintahan Palestina yang dipimpin Hamas. ―Saya berharap setiap negara yang tengah mempertimbangkan untuk mendanai Hamas, berpikir mengenai implikasinya pada Timur Tengah dan tujuannya pada perdamaian antara Israel-Palestina,‖ ungkap Menlu AS Codoleezza Rice. Pernyataan itu disampaikannya terkait dengan rencana Liga Arab bersidang merundingkan bantuan keuangan bagi Palestina.112

Tidak cukup sampai di situ. Amerika, melalui Condoleezza Rice, setelah itu mengunjungi negara-negara Arab dan meminta mereka untuk tidak memberikan bantuan kepada pemerintahan Otoritas Palestina di bawah Hamas. Mesir dan Saudi Arabia menjadi target kunjungan pertama Rice. Rice secara khusus kedua negara yang selama ini banyak membantu Palestina itu untuk menghentikan bantuan mereka. Namun, Mesir dan Saudi Arabia dengan tegas menolak permintaan Rice.

109 www.palestine-info.com dalam berita bertajuk ―Palestinian Government Aprroved by

Parliament‖ yang dimuat tanggal 29 Maret 2006.

110 www.infopalestina.com dalam tajuk berita ―Hamas dan Fatah Setujui Penghentian aksi Kekerasan‖ yang dirilis tanggal 1 Mei 2006.

111 ―AS yang Memulai, AS yang mengakhiri‖ Kompas, 16 Februari 2006 112 ―AS Mulai Berupaya Perlemah Hamas‖ Republika, 20 Februari 2006

Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Abul Gheit, yang ditemui Rice mengatakan, masih terlalu dini untuk memutuskan bantuan keuangan kepada Hamas. Selain itu, tegas Gheit, Hamas harus diberi kesempatan untuk memimpin Palestina. ―Saya yakin Hamas akan berkembang dan kita tidak perlu berburuk sangka mengenai hal ini,‖ kata Gheit dalam konfrensi pers bersama dengan Rice hari Selasa (21/2/2006).113

Penolakan yang sama juga disampaikan oleh Menlu Arab Saudi, Saud Al-Faisal. ―Kami tidak ingin menghubungkan bantuan internasional dengan nasib rakyat Palestina selain dengan pertimbangan kebutuhan kemanusiaan mereka,‖ kata Al-Faisal dalam konfrensi pers yang juga digelar bersama Condoleezza Rice di Riyadh Rabu (22/2/2006). Dalam kesempatan itu, Al-Faisal juga mengatakan, Saudi tidak sepakat dengan AS yang memisahkan bantuan kemanusiaan dengan bantuan infrastruktur. Menurutnya, rakyat Palestina membutuhkan keduanya, baik kebutuhan kemanusiaan maupun infrastruktur.114

Tekanan AS-Israel terhadap Palestina di bawah Hamas kelihatannya telah dilakukan sejak pernyataan pertama kedua negera tersebut. Ini terlihat mulai terjadinya krisis keuangan sejak awal pemerintahan Haniyah. Selain meminta dikembalikannya dana bantuan sebesar 50 juta dolar AS oleh Palestina, Amerika juga membekukan aset milik LSM KindHeart yang dianggap berhubungan dengan Hamas. Stuart Leavy, Wakil Menteri Keuangan AS, mengatakan bahwa KindHeart berhubungan dengan Holy Land Foundation (HLF) dan The Global Relief Foundation yang dituduh mendukung terorisme. Kedua LSM itu, ditutup AS setelah serangan 11 September 2001.

Akibat tekanan itu, Presiden Mahmoud Abbas mengatakan, pemerintah Palestina yang dipimpin Hamas telah menghadapi krisis keuangan serious sejak awal bulan Februri 2006. ―Tekanan terus meningkat sepanjang bulan. Kami harap kami dapat mengatasi krisis ini dari bulan ke bulan,‖ Kata Abbas pada hari Senin (20/2/2006).115 Yang lebih memperparah situasi ini, Israel dengan sengaja membekukan transfer dana bulanan bernilai sekitar 50 juta dolar AS kepada Palestina. Dana itu merupakan pajak yang dikumpulkan Israel dari warga Palestina. Biasanya dana itu digunakan untuk membayar gaji sekitar 140.000 pekerja pemerintahan Otoritas Pelestina setiap bulan. 116

Melihat situasi yang cukup memprihatinkan itu, negara-negara Arab dan sejumlah negara Islam lain langusng menyatakan dukungannya kepada pemerintah Palestina dan menjanjikan bantuan segera kepada mereka. Janijan bantuan datang dari Liga Arab. Sekjen Liga Arab, Amir Musa, menjanjikan bahwa negara-negara Liga Arab akan membahas bantuan untuk Palestina setelah pertemuan para menteri luar negeri negara-negara Arab bulan Maret 2006. Dana untuk sebenarnya sudah disiapkan yang merupakan dana yang telah disetujui Liga 113 ―Mesir Tolak Ajakan AS untuk Tekan Hamas‖ Republika, 25 Februari 2006

114 ―Setelah Mesir, Giliran Saudi Tolak AS‖ Republika, 26 Februari 2006. 115 ―Krisis Dana Telah Terjadi‖ Kompas, 21 Februari 2006

Arab untuk Palestina pada tahun sebelumnya atau sebelum Hamas memenangi Pemilu.

Dari Putrajaya Malaysia, Ketua Organisasi Konfrensi Islam Abdullah Ahmad Badawi mengatakan bahwa OKI berencana memberikan bantuan keuangan dan kelembagaan kepada Otoritas Palestina pimpinan Hamas. ―Saya telah berbicara dengan sejumlah pimpinan (OKI) mengenai hal itu,‖ kata Badawi yang juga Perdana Menteri malaysia.117

Di tempat lain, Iran juga menyeru negara-negara Islam untuk memberikan dukungan kepada pemerintah Palestina melalui penggalangan dana bantuan bagi pemerintahan baru Palestina. ―Adalah hak Hamas untuk membangun pemerintahan, dan kita kita mempunyai tanggungjawab sebagai negara Muslim untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina dan membantu pemerintahan baru itu, dan kami akan melakukannya. Organisasi Konfrensi Islam (OKI) akan mengorganisasikan dan mengoordinasikan donasi negara-negara OKI dan bantuan kepada rakyat Palestina, berdasarkan usulan Pemerintah Palestina sendiri,‖ jelas Menlu Iran Manouchehr Mottaki saat bertemu Menlu Indonesia Hasan Wirayuda di Jakarta tanggal 23 Februari 2006 yang lalu.118

Rupanya yang tidak senang dengan sikap Amerika Serikat dan Israel bukan hanya negara-negara Arab dan Islam. Di Eropa, seteru lama AS, Rusia justru menyatakan dukungannya secara penuh kepada pemerintahan baru Palestina. Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin bahkan secara langsung menawarkan bantuan darurat untuk mengatasi krisis ekonomi Palestina, meskipun sikap itu dikecam oleh Amerika dan Israel.119 Tawaran dari Puitin segera disambut positif oleh para pemimpin Otoritas Palestina di bawah Hamas.

Menyusul keomitmen negara-negara Islam untuk membantu Palestina, pemerintah Otoritas Palestina di bawah Ismail Haniya pun tidak tinggal diam. Selain dengan penuh percaya diri, Haniya menyatakan siap mengembalikan dana 50 juta dolar AS yang saat itu masih tersimpan di bank,120 Haniya juga terus aktif mendekati negara-negara Islam yang siap mendukungnya. Jaringan-jaringan internasional yang telah dibangun Hamas sejak lama, digunakannya untuk menggalang dukungan dari umat Islam di seluruh dunia, selain melakukan hubungan kenegaraan secara resmi.

Dengan usaha dan dukungan yang sungguh-sungguh akhirnya krisis ekonomi yang selama hampir tiga bulan (Februari-April) melilit pemerintahan baru Palestina terlihat berangsur-angsur pulih. Pulihnya perekonomian Palestina diawali dengan kesiapan bank-bank di Palestina untuk mencairkan donasi dari negara-negara Liga Arab dan negara Islam lain, termasuk Indonesia yang pada bulan April menyatakan siap memberikan bantuan dana kepada pemerintah Palestina. Dana tersebut, menurut Haniya, jumlahnya lebioh dari cukup untuk 117 ―Krisis Dana Telah Terjadi‖ Kompas, 21 Februari 2006

118 ―Iran Ajak Bantu Hamas‖ Kompas, 24 Februari 2006.

119 ―Rusia Tawarkan bantuan Darurat‖ Kompas, 22 Februari 2006; ―Rusia tidak akan Menekan Hamas‖ Republika, 18 Februari 2006.

membayar gaji 140.000 pegawai yang telah dua bulan tidak menerima gaji. Pada bulan Mei 2006 gaji mereka akan segera dibayarkan. Ismail Haniya merasa sangat optimis bahwa krisi yang melanda bangsanya akan segera selasai dalam waktu dekat. ―Krisis ini akan selesai dalam waktu yang sangat dekat sekali,‖ ujarnya.121

Usaha yang ditempuh para pimpinan Palestina di bawah Hamas memang tidak sia-sia. Komunikasi dan penjalinan hubungan internasional yang terus dilakukan, terutama kepada negara-negara Arab dan Islam, akhirnya mampu menjebol ‗isolasi ekonomi‘ yang dilakukan oleh Amerika dan negara-negara Barat agar Palestina mengakui eksistensi Israel dan menghentikan perlawanan. Berhasilnya Palestina mengatasi krisi ini, justru malah semakin mengukuhkan legitimasi terhadap pemerintahan baru Palestina di bawah Hamas.

121 ―Ismail Haniya Optimis: Krisis ini akan Selesai dalam Waktu sangat Dekat‖ dalam www.hidayatullah.com, 1 Mei 2006 pukul 14.55.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan yang sudah disampaikan dari awal sampai akhir, kita tahu bahwa sekalipun baru berdiri tahun 1987, sesungguhnya Hamas (Harakah Muqawamah Al-Islâmiyyah) bukan ‗pemain‘ baru di Palestina. Keberadaannya dapat dilacak sejak kedatangan awal Ikhwanul Muslimin di Paletina pada tahun 30-an pada saat konflik Yahudi-Palestina mulai memuncak. Hamas tidak lebih dari metamorfosa Ikhwanul Muslimin di dunia politik dan militer Palestina setelah sejak tahun 1976 memilih menarik diri terjun ke lapangan dakwah, sosial, dan pendidikan. Tokoh pendirinya, Syaikh Ahmad Yasin adalah kader Ikhwanul Muslimin yang memang sejak awal disiapkan untuk menjadi motor penggerak Ikhwanul Muslimin sayap Palestina (baca: Hamas).

Pilihan Ikhwanul Muslimin untuk terjun ke dunia dakwah, sosial, pendidikan, dan budaya sebelum mendirikan Hamas adalah pilihan yang sangat tepat. Di saat gerakan-gerakan besar lain lebih berkonsentrasi pada politik hingga membuat mereka jauh dari rakyat, Ikhwanul Muslimin justru mendekat pada rakyat. Kedekatannya pada rakyat melalui program-programnya membuat simpati rakyat sangat besar. Sekalipun terkesan radikal, namun karena kedekatannya itu, justru malah mendapat dukungan dari sebagian besar rakyat. Hal ini tidak terjadi pada gerakan radikal lain seperti Jihad Islam yang hanya didukung oleh sedikit masa, sekalipun sama-sama radikal seperti Hamas. Radikalisme Hamas terkesan diisolasi hanya pada sayap militernya, Batallion Izzuddin Al-Qassam. Sisanya, gerakan Hamas adalah gerakan sosial-kemasyakarakatan yang justru sangat jauh dari kekerasan dan kesan radikal.

Itulah profil Hamas yang membuatnya menang cukup mudah atas Fatah yang sudah sangat lama malang-melintang di dunia perpolitikan Palestina, selain karena popularitas Fatah cenderung menurun akibat isu korupsi. Kemenangan ini tentu saja membuat Amerika dan sekutu-sekutu isarel yang lain merasa khawatir karena sikap Hamas yang sangat keras terhadap Isarel dan Amerika. Lebih dari itu, Hamas juga memiliki kekuatan yang tidak bisa dianggap kecil. Apalagi jaringan internasional yang dibuat Hamas di seuluruh Arab dan di negara-negara Islam yang lain membuat Hamas terlihat begitu kokoh. Sangat wajar Amerika dan Isarel merasa khawatir atas kemenangan Hamas dalam pemilu yang baru pertama kali diikutinya itu. Ancaman Hamas terhadap Amerika sama seperti ancaman FIS di Aljazair atau Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Persoalannya kemudian, apa yang akan dilakukan Hamas setelah memegang kendali pemerintahan PNA (Palestinian National Authority). Akankah Hamas masih akan tetap radikal seperti sebelumnya? Apakah juga Hamas tidak akan berkompromi dengan Israel sampai kapanpun sehingga perdamaian antara Palestina dan Israel menjadi sangat tidak mungkin terjadi? Semua masih harus menunggu jawaban yang akan diberikan Hamas di bawah Isamil Haniya. Semoga ke depan Palestina menjadi lebih baik. Amin.

Lampiran

Dalam dokumen HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf (Halaman 64-70)