• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kata Pengantar

Persoalan Palestina dalam studi Timur Tengah selalu menjadi sorotan penting, terutama saat terjadi Perang Salib dan setalah pendudukan Yahudi tahun 30-an. Baru-baru ini kemenangan Hamas (Harakah Muqâwamah Al-Islâmiyyah) yang baru pertama kali mengikuti Pemilu Legislatif Palestina cukup mengagetkan dunia, terutama para pendukung Israel seperti Amerika dan Uni Eropa. Kemengan ini mengingatkan pada kemenangan Partai Refah di Turki, FIS di Aljazair, Ikhwanul Muslimin di Mesir, dan kemenangan calon garis keras Ahmadi Nejad sebagai presiden di Iran. Semua kemenangan pihak yang sangat keras terhadap berbagai kebijakan Amerika itu tentu saja membuat Amerika kelimpungan. Demokrasi yang dibangunnya ternyata mengancam eksistensinya sendiri.

Siapakah Hamas hingga bisa memenangi Pemilu di Palestina? Mungkin itu pertanyaan yang muncul dalam benak orang yang baru mendengar namanya. Untuk menjwab pertanyaan itu, sesungguhnya cukup banyak buku yang ditulis tentang Hamas dari berbagai aspeknya. Sayang, buku-buku sangat jarang tersedia dalam bahasa Indonesia. Kalaupun ada pembahasan tentang Hamas, biasanya hanya ulasan dari buku-buku yang membahas masalah Palestina secara umum. Tentu yang disediakan buku-buku seperti itu hanya akan menjawab pertanyaan soal Hamas serba sedikit. Profil lengkap mengenai Hamas tidak akan tersedia.

Untuk mengisi kekosongan itulah buku ini ditulis. Sekalipun ditulis dengan menggunakan sumber-sumber sekunder, namun diharapkan buku ini dapat mengisi kekosongan rujukan tentang Hamas secara khusus dalam bahasa Indonesia. Walaupun kadar keilmiahannya tidak terlalu tinggi, atau mungkin rendah, diharapkan buku ini dapat menjadi rujukan awal semacam preliminary knowledge untuk memahami lebih dalam mengenai Hamas dan permasalahan Palestina. Dan memang buku ini dibuat untuk kalangan umum, bukan untuk kalangan akademisi yang lebih membutuhkan rujukan dengan bobot ilmiah yang tinggi.

Selama proses penulisan buku ini yang cukup singkat, penulis berhutang pada banyak orang, terutama Kang Deden Ridwan dan Kang Iqbal Santosa dari penerbit Hikmah (Grup Mizan) yang memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Kesempatan yang mereka berikan sangat berarti buat penulis. Ucapan terima kasih juga harus penulis sampaikan pada Nurhakim Zaki, teman sejawat di PP Pemuda Persis yang telah memperkenalkan penulis pada Comes (Center for Middle East Studies). Dari Comes-lah penulis mendapatkan cukup banyak bahan penting yang menjadi rujukan utama dalam buku ini.

Saat dalam proses penulisan, penulis meninggalkan cukup banyak tugas yang harus segera di selesaikan di PP Pemuda Persis. Untuk itu, penulis harus meminta maaf dan sekaligus ucapan terima kasih atas support yang diberikan kepada Ustadz Jeje Zainuddin, ketua umum PP Pemuda Persis, dan AM Furqan yang sering menjadi tempat diskusi sangat asyik. Juga buat rekan-rekan yang lain. Semoga setelah buku ini rampung, akan semakin banyak yang bisa segera

(3)

dikerjakan penulis. Terima kasih juga buat Ustadz Adian Husaini, Ustadz Aang Suandi, dan Dr. Yudi Latif atas kesediaan mereka memberikan endorsment untuk buku ini.

Tak lupa juga untuk sahabat karib penulis, Pepen Irfan Fauzan dan para santri di Ma‗had Aliy Baiturrahman Garut yang menjadi teman diskusi yang hangat, penulis harus menyampaikan terima kasih karena telah banyak direpotkan untuk mengumpulkan bahan-bahan kliping koran untuk penulisan buku ini. Terima kasih juga kepada Al-Ustadz Entang Muchtar, Mudîrul „Âm Pesantren Persatuan Islam 19 Bentar Garut. Terakhir tentu saja penulis tidak bisa melewatkan jasa baik kedua orang tua penulis di Ciamis. Semoga apa yang telah mereka berikan mendapatkan balasan yang setimpal.

Bagi para pembaca, buku ini tentu saja bukan buku yang sempurna dan bebas dari kesalahan. Untuk itu, masukan-masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang sangat penulis nantikan. Kritik akan selalu menjadi obat mujarab bagi siapa saja yang ingin berkembang. Akhiornya, kepada Allah jua-lah segalanya terpulang. Penulis memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan. Amin. Wallâhu A„lamu bi Al-Shawwâb.

Perpusatakaan Pesantren Persatuan Islam 19 Garut, Tengah Mei 2003

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Kemenangan Hamas (harakah al-muqâwamah al-islâmiyyah) atas lawan-lawan politiknya, terutama Fatah, partai yang pernah dipimpin mendiang Yasser Arafat yang selalu memenangi pemilu, pada pemilu Januari 2006 mengagetkan banyak pihak, terutama Barat. Amerika seperti kebakaran jenggot. Demokrasi yang dikampanyekannya justru mengancam keberadaan induk semangnya. Pasalnya, secara resmi Amerika telah memasukkan Hamas sebagai salah satu organisasi teroris yang menjadi target Amerika.1

Oleh sebab itu, wajar bila jauh-jauh hari, sebelum Pemilu Legislatif Palestina (25 Januari 2006) digelar Amerika dan Uni Eropa telah mengeluarkan ancaman serius bahwa seandainya Hamas menang Pemilu, Amerika tidak akan bekerja sama dengan pemerinthan Palestina. Selain karena sikap kerasnya kepada Israel dan Amerika, sikap itu juga disebabkan Hamas menolak dengan tegas Kesepakatan Oslo yang ditandatangani Yitsak Rabin dan Yaser Arafat. Bagi Amerika dan Israel, sikap itu hanya akan memicu perseteruan dan kekerasan baru di kawasan ini. Oleh sebab itu, Ancaman Amerika dan Israel kelihatannya sangat serius.2

Benar saja, saat Hamas benar-benar menang pemilu dan mulai membentuk pemerintahan, ancaman senada diungkapkan. Amerika dan Negara-negara sekutunya di Eropa, juga Israel mengancam menggagalkan pemerintah Hamas jika tidak tunduk pada tuntutan Israel yang tidak terbatas; yang terpenting adalah Palestina harus berkompromi dan melepaskan hak-hak rakyat Palestina yang konstitusional, mempertahankan pemukiman Yahudi, tidak mengganggu Israel dalam hal permukiman, masalah Al Quds, masalah pengungsi, berdirinya negara Palestina, mengakui penuh Israel, menerima semua proyek ekonomi, keamanan dan sistem isolasi Israel.3

Beberapa saat setelah Hamas memenangkan pemilu, pejabat perdana Menteri Israel, Ehud Olmert dengan tegas mengatakan bahwa pemerintah Israel tidak bisa bekerja sama dengan pemerintahan yang di dalamnya diisi oleh kelompok yang mereka sebut teroris. Ancaman yang lain disampaikan oleh Menhan Israel, Shaul Mofaz. Dia mengatakan tidak ada perlindungan bagi para pemimin Hamas jika tetap saja memerangi dan ingin menghancurkan Israel.4

Amerika pun mengeluarkan ancaman serupa. Bahkan Amerika mengancam akan menarik bantuan sebesar 50 juta US dolar yang sudah 1 Dalam publikasi resmi pemerintah Amerika Serikat, Hamas tercatat sebagai salah satu organisasi yang dianggap teroris oleh Amerika. Publikasi itu dikelurkan oleh Departement of State dan disebarkan melalui web site resmi pemerintah Amerika serikat (www.us.gov). Selain Hamas, dalam situs itu diebutkan beberapa organisasi lain seperti Abu Nidal Organisazation, Abu Sayyaf Group, Jamaah Islamiyah, Liberation Tigers of Tameel Elaam, Al-Qaida, dan sebagainya. Selengkapnya lihat situs.

2 Kompas, 19 Januari 2006

3 www.infopalestina.com/indeks.asp 4 Republika, 30 Januari 2006

(5)

diberikannya pada pemerintahan otoritas Palestina beberapa waktu yang lalu. Tidak cukup sampai di situ, Amerika pun meminta negara-negara sekutunya untuk menghentikan bantuan pada pemerintah Palestina. Sekalipun kebanyakan menolak saran Amerika, sikap itu dengan sangat jelas memperlihatklan bagaimana Amerika begitu khwatir atas kemenangan Hamas di Palestina. Amerika melihat Hamas sebagai ancaman serius bagi kepentingan-kepentingan Amerika di Timur Tengah.

Namun, pada satu sisi, saat Amerika mempertontonkan arogansinya, Di sisi lain banyak negara, terutama pesaing Amerika, yang melirik Palestina. Barangkali mereka ingin mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Amerika melalui Palestina, atau setidaknya kembali ingin dilihat dunia sebagai negara "super" di samping Amerika. Yang terlihat paling bersemangat adalah Rusia. Negara bekas Uni Soviet ini memiliki sejarah panjang persaingan politik dan militer dengan Amerika, baik pada masa Perang Dunia dan Perang Dingin. Oleh sebab itu, sangat wajar bila pada saat Amerika mengancam akan memboikot pemerintahan Hamas, Rusia malah menawarkan bantuan.

Rusia memang termasuk dalam kuartet negara-negara yang menyokong dan merancang Persetujuan Oslo tahun 1993 bersama dengan Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, Rusia lebih memilih untuk mendukung pemerintahan Hamas. Dukungan ini bisa ditafsirkan sebagai keinginan Rusia untuk memperlihatkan kembali ‗taringnya‘ di hadapan Amerika yang ‗tanggal‘ semenjak kehancuran Uni Soviet. Selain kepada Palestina, Rusia pun melakukan hal yang hampir sama kepada Iran. Saat Amerika mengusulkan untuk mengembargo nuklir Iran, Rusia malah menawarkan bantuan pengayan uranium pada Iran.

Situasi menjadi semakin panas ketika Fatah, partai pesaing terkuat Hamas menyatakan tidak bersedia bergabung dengan pemerintahan yang dibentuk oleh Hamas. Konflik bisa semakin meruncing. Selain dengan Israel yang tetap menjadi ―target‖ Hamas, juga secara internal dengan pesaingnya di parleman, Fatah. Situasi bisa berubah menjadi tidak menentu dengan menangnya Hamas, ataupun sebaliknya, bila Hamas sanggup mengendalikan situasi dengan baik dan mendapat sokongan kuat secara internasional.

Pertanyaam kita yang, barangkali, tidak terlampau intens megikuti perkembangan politik di Palestina adalah siapa sesungguhnya Hamas? Bukankah dalam berita-berita di media massa yang kita dengar, Hamas tidak lebih dari gerakan radikal pinggiran? Mengapa Hamas bisa memenangkan pemilu dan Amerika, juga Israel begitu khawatir akan kemunculannya? Bukankah selama ini PLO yang dikuasai oleh Fatah dan telah berdiri sejak 1964 lebih dominan dibandingkan dengan Hamas? Mengapa kali ini Hamas yang lebih dipercayai oleh rakyat Palestina, bukan Fatah?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tentu tidak hanya bisa dijawab dengan menjelaskan apa yang terjadi hari ini. Kemenangan Hamas atas Fatah dan sikap-sikap yang ditunjukkan Amerika dan Uni Eropa terkait dengan latar belakang historis Israel-Palestina. Bila kita tidak merunutnya ke belakang, kita akan

(6)

kehilangan jejak atas apa yang terjadi hari ini di Palestina. Apa yang terjadi hari ini, bukan hanya produk sejarah satu atau dua tahun. Situasi Palestina hari ini adalah produk sejarah konflik Arab (Islam)-Yahudi selama berpuluh-puluh tahun sejak akhir abad ke-19.

Tulisan ini ingin memaparkan semua itu, terutama masalah Hamas yang menjadi sorotan utama media masa di seluruh dunia perihal topik Timur Tengah. Tulisan ini dibuat dengan pendekatan historis, namun data-data yang dihimpun lebih banyak berasal dari sumber-sumber sekunder mutakhir, bukan sumber sezaman dan sumber primer lain. Oleh sebab itu, untuk kepentingan ilmiah, sesungguhnya tulisan ini memiliki kadar yang tidak terlampau tinggi.

Namun, tulisan memang ini tidak ditujukan untuk kepentingan ilmiah. Tulisan ini dibuat lebih untuk memberikan informasi awal mengenai Israel, Palestina, dan terutama Hamas kepada para pembaca Indonesia yang ingin mengetahui tentang apa yang sesungguhnya terjadi di Palestina. Tentu saja, tulisan yang disajikan akan lebih baik bila sifatnya informatif. Untuk tulisan informatif semacam ini, sumber-sumber sekunder mutakhir lebih baik untuk digunakan. Selain, untuk mengumpulkan data-data otentik dan primer memerlukan waktu dan kajian yang lebih mendalam, seringkali informasi mendalam malah sering membingungkan pembaca pemula. Alih-alih mendapat informasi yang diinginkan, malah dipusingkan dengan detail-detail yang— terkadang—tidak diperlukan oleh pembaca awam.

Tulisan dalam buku ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yang memungkin pembaca bisa mendapatkan perspektif yang utuh mengenai konflik berkepanjangan Israel-Palestina dan posisi Hamas dalam konflik itu. Pada saat yang sama, pembaca juga bisa mengenal Hamas secara lebih objektif, tidak emosional. Bagian pertama setelah pendahuluan akan mengkaji konteks tempat Hamas lahir. Pada bagian ini akan dikaji akar historis-politis wilayah yang kini menjadi sengketa antara Israel dengan Palestina sebelum kedeua teritori itu berdiri. Setelah itu, pembaca akan disuguhi akar sejarah munculnya Israel dan Palestina, serta konflik-konflik berkepanjangan yang terjadi di antara dua teritori itu.

Bagian kedua secara ekstensif akan menjelentrehkan konteks kelahiran Hamas. Masalah ini akan dilihat dari perspektif lahirnya gerakan-gerakan pembebasan Palestina seperti PLO dan sebagainya. Setelah itu, akan dikaji bagaimana Hamas lahir. Dengan beitu, pembaca dapat melihat konteks langung berdirinya organisasi ini. Bagian ketiga akan menjelaskan segala seluk beluk tentang Hamas, mulai dari organisasi, pendanaan, struktur kepemimpinan, gerakan-gerakan sampai pada rahasia kemenangannya pada pemilu Januari 2006 lalu. Pada bagian inilah pembaca akan mengenal lebih dekat, siapa sesungguhnya Hamas. Dengan begitu, pembaca dapat lebih berempati pada perjuangan yang tengah mereka lakukan.

(7)

BAB I

PALESTINA DALAM LINTASAN SEJARAH

1. AWAL SEJARAH ISLAM DI PALESTINA

Sejarah Palestina di awal Islam sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Peristiwa isrâ Rasulullah Saw. dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Yerussalam (Palestina) menandai awal hubungan historis Islam dengan Palestina. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian sekitar satu tahun setelah Rasulullah ditinggalkan oleh dua orang yang sangat dikasihinya dan sangat membantu perjalanan dakwahnya, yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah.

Saat itu, secara teritorial wilayah Palestina yang saat itu dikenal dengan nama Syam5 berada di bawah kekuasaan Byzantium yang berpusat di Konstantinopel. Beberapa tahun sempat dikuasai oleh Persia pada abad ke-7 setelah Persia berhasil mengalahkan Romawi dalam Perang Persia-Romawi. Namun, setelah itu, Romawi berhasil merebut kembali Palestina.6 Sampai nanti 5 Nama Palestina adalah nama yang digunakan untuk satu kawasan di sebelah tenggara Tanah Syam. Dahulu untuk menyebut kawasan ini, cukup menyebut Syam saja. Dari mana nama Palestina didapat? Dalam ensiklopedia virtual, www.en.wikipedia.org/wiki/Palestine dikatakan mengenai asal-usul nama Palestina sebagai berikut.

Palestine (Filasteen نيطسلف) has been the Arabic name of the region since the earliest medieval Arab geographers adopted from the then-current Greek term Παλαιστινη (in Latinised form:

Palaestina), first used by Herodotus, itself derived ultimately from the name of the Philistines), and "Palestinian" (Filasteeni ينطسيسلف) was always a common nisba adopted by natives of the region, starting as early as the first century after the Hijra (eg `Abdallah b. Muhayriz al-Jumahi al-Filastini[25], an ascetic who died in the early 700's.) However, the Palestinians, like most Arab nationalities, have come to view themselves as primarily Palestinians (rather than as primarily Arabs, or Syrians, or citizens of a particular town) mostly in the past century. Whereas European colonialism and to a lesser extent Turkish nationalism in the Ottoman Empire was the main spur in forming national identities and borders elsewhere, the main force in reaction to which Palestinian nationalism developed was Zionism. One of the earliest Palestinian newspapers, Filastin founded in Jaffa in 1911 by Issa al-Issa, addressed its readers as "Palestinians"

6Konflik antara Romawi dan Persia sudah terjadi sejak tahun 53 SM, antara Konsul Crassus dengan penguasa Parthia. Perang yang terjadi disebabkan perebutan kekuasaan atas daerah-daerah taklukan. Semenjak Romawi memindahkan ibukotanya ke Byzantium (Konstantinopel) konflik antara Romawi dan Persia semakin sering terjadi. Sementara itu, Jazirah Arab, tempat kelahiran Nabi Muhammad, terjepit di antara dua kekuatan adidaya tersebut, namun tidak pernah dikuasai, baik oleh Persia maupun Romawi. Jazirah Arab adalah daerah bebas sehingga menjadi jalur perlintasan dagang bebas dunia waktu itu. Para pedagang yang berdagang melalui Jalur Sutera (antara Eropa sampai India dan China) memilih Semenanjung Arab sebagai jalur penghubung perdagangan mereka.

Puncak konflik terjadi sewaktu Persia di bawah raja Hurmuz atau yang dikenal oleh orang Arab dengan sebutan Kisra dan Byzantium dipimpin Heraklius Muda atau yang dikenal oleh orang Arab sebagai Hiraqla. Putra Hurmuz, Kisra Aboriz, menyerbu Syam dan Palestina yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Byzantium. Kisra Aboriz berhasil menguasai Anthakiah, Damaskus, dan berhasil mengepung Bait Al-Maqdis, sampai kemudian merebut dan membakarnya. Api

(8)

ditaklukkan oleh Islam, Palestina tetap berada di bawah kekuasaan Byzantium (Romawi Timur).

Ketika dikuasai Byzantium, agama yang banyak tersebar di sana adalah Kristen. Sementara orang-orang Yahudi yang semula menghuni wilayah ini diusir secara paksa oleh penguasa Romawi ketika pertama kali menguasai kawasan ini sekitar abad ke-2 Masehi.7 Sejak Kaisar Romawi, Constantine, memeluk agama Kristen tahun 312, Palestina mulai mendapatkan perhatian kembali dari Romawi setelah sebelumnya ditelantarkan dan menjadi daerah yang hilang. Orang-orang Roma Kristen membangun gereja-gereja di Yerussalem dan menjadikannya sebagai sebuah kota Nashrani sampai paruh pertama abad ke-7 saat Umar ibn Khaththab berhasil menguasai kawasan ini.8

Palestina ditaklukkan oleh Umar ibn Khaththab, khalifah kedua sepeninggal Rasulullah menggantikan Abu Bakar. Ketika memasuki Yerussalem, toleransi, kebijaksanaan, dan kebaikan ditunjukkan oleh Umar kepada penduduk daerah ini tanpa membeda-bedakan agama mereka. Inilah awal zaman baru yang sangat Indah. Kaum Muslim yang datang menaklukkan Palestina, tidak datang dengan membawa pedang dan perang, melainkan perdamaian. Kristen dan Muslim bisa hidup berdampingan dengan amand an damai. Karen Armstrong menggambarkan sebagai berikut.

Khalifah Umar memasuki Yerussalem dengan mengendarai seekor kuda putih, dikawal oleh pemuka kota tersebut, uskup Yunani Sofronius. Sang Khalifah minta agar segera dibawa ke Haram asy-Syarif. Di sana, di tempat sahabatnya, Muhammad, melakukan mi„râj, ia berlutut dan berdoa. Sang Uskup melihatnya dengan ketakutan: ini, ia pikir, pastilah akan menjadi penaklukkan penuh kengerian yang pernah diramalkan oleh Nabi Daniel bahwa ia yang memasuki rumah ibadat itu Melahap gereja Al-Qiyâmah. Salib di gereja itu berhasil mereka kuasai dan memindahkannya ke ibukita mereka di Persia. Peristiwa ini terjadi tahun 615 M, ketika Nabi Muhammad tengah berada dalam tekanan kaum Musyrikin Mekah.

Mendengar kekalahan itu, kaum Musyrik Mekah merasa sangat senang karena kaum penyembah berhala, Persia, berhasil mengalahkan penyembah Tuhan, Romawi. Mereka mengejek Nabi bahwa mereka yang meyembah berhala seperti bangsa Persia juga akan mengalahkan Nabi yang menyembah Tuhan seperti orang Romawi. Untuk menanggapi ejekan kaum Musyrik Mekah, turunlah surat Al-Rûm [30] ayat 1-6 yang meramalkan akan dikalahkannya kembali Persia. Dalam ayat ini, Allah mengatakan sekalipun Romawi saat itu kalah, mereka pasti akan kembali mengalahkan Persia dalam beberapa tahun kemudian (ayat 3-4). Ini ramalan Al-Quran. Tentu saja orang-orang Musyrik Mekah tidak percaya pada ramalan itu, dan menganggapnya cuma isapan jempol belaka. (Diadaptasi dari Abdullah Yusuf Ali. Tafsir Ayat Suci Al-Quran. [Jil. III; Jakarta: Litera Antar Nusa, 1998] dalam awal tafsir surat Al-Rûm).

Namun, beberapa tahun kemudian, Romawi (Byzantium) benar-benar dapat mereabut kembali daerah-daerah yang ditaklukkan Persia sebelumnya dan bahkan berhasil melumpuhkan kekuasan Persia. Kemenangan Romawi atas Persia secara sempurna terjadi pada tahun 624, bersamaan dengan kemenangan kaum Muslim pada Perang Badar tahun ke-2 Hijriyah. Saat itu, Romawi berhasil merebut kembali daerah-daearah yang ditaklukkan Persia, terutama Palestina dan Syria. Ada juga yang berpendapat bahwa kemenangan Romawi terjadi pada tahun 622, saat nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Itu adalah awal-awal tahun kemenangan Romawi atas Persia. 7 Karen Armstrong. Perang Suci: Dari Perang Salib hingga Perang Teluk. (Jakarta: Serambi, 2001) hal. 58

(9)

pastilah sang Anti-Kristus yang akan menandai Hari Kiamat. Kemudian Umar minta melihat-lihat tenpat-tempat suci Nashrani. Ketika ia berada di gereja Holy Sepulchre, waktu shalat tiba. Dengan sopan, sang Uskup mempersilakannya shalat di tempat ia berada. Namun, Umar dengan sopan pula menolak. Jika ia berdoa dalam gereja, jelasnya, umat Islam akan mengenang kejadian ini dengan mendirikan sebuah mesjid di sana. Hal ini berarti mereka akan memusnahkan Holy Sepulchre. Umar pun pergi shalat di tempat yang agak jauh dari gereja itu, yaitu di tempat yang langusng berhadapan dengan Holy Sepulchre. Di tempat itu, kini masih ada sebuah mesjid kecil yang dipersembahkan untuk Khalifah Umar.

Masjid besar Umar lainnya didirikan di Haram asy-Syarif untuk menandai penaklukkan Palestina oleh umat Islam bersama dengan Masjid Al-Aqsha yang mengenang perjalanan malam Muhammad (isrâ). Selama bertahun-tahun, umat Nashrani menggunakan tempat reruntuhan biara Yahudi ini sebagai tempat pembuangan sampah kota. Sang Khalifah membantu umat Islam membersihkan sampah-sampah itu dengan tangannya sendiri. Dan di sana umat Islam membangun tempat sucinya untuk memabngun Islam di kota suci ketiga bagi dunia Islam.9

Apa yang dilakukan Umar itu memperlihatkan bahwa Islam memasuki wilayah-wilayah taklukannya, tidak terkecuali Palestina, bukan untuk menghancurkan daerah itu dengan seluruh penduduknya. Umat Islam hanya ingin menciptakan kedamaian dan mengembangkan peradaban yang gemilang bagi sebesar-besarnya kesejahteraan umat manusia sendiri, tanpa memilah-milah agama, ras, atau bangsa.

2. PALESTINA DI BAWAH DINASTI UMAYYAH DAN ABBASIYAH

Tidak banyak yang berubah di Palestina ketika kekuasaan Islam beralih dari para khalifah al-rasyidûn kepada klan Umayyah yang memusatkan kekuasaannya di Damaskus, maupun pada saat kekuasaan berada di tangan Dinasti Abbasiyyah yang mengambil Baghdad sebagai ibu kotanya. Kedamaian dan ketertiban terus berlanjut sepanjang orang-orang Islam memerintah di daerah ini.

Umat Islam membawa peradaban bagi Yerussalem dan seluruh Palestina. Mereka tidak memegang keyakinan yang tidak menunjukkan sikap hormat terhadap nilai-nilai suci orang lain dan membunuh orang-orang hanya karena mereka mengikuti keyakinan berbeda. Budaya Islam yang adil, toleran, dan lemah lembut membawa kedamaian dan ketertiban kepada masyarakat Muslim, Nashrani, dan Yahudi di daerah itu. Umat Islam tidak pernah memaksakan agama. Beberapa orang non-Muslim yang melihat bahwa Islam adalah agama sejati berpindah agama dengan bebas menurut keyakinannya sendiri.

Selama masa itu pula, penduduk Palestina segera mengadopsi kebudayaan Arab hingga kebudayaan Arab menjadi dominan di Palestina. Bahasa sebagai salah satu simbol budaya terpenting segera berubah. Sebelumnya bahasa Aramiah digunakan secara luas di Palestina. Setelah Masala penguasaan Islam segera

9 Karen Armstrong. Op. Cit. hal. 92; Harun Yahya. Ibid. hal. 32.

(10)

digantikan oleh bahasa Arab. Sampai saat ini, bahasa yang dominan dipakai di kawasan Palestina adalah bahasa Arab.10

Kedamaian dan ketenangan Palestina terganggu pada akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyyah. Pada mulanya terjadi ketagangan-ketegangan politik antara dinasti-dinasti Islam yang berkuasa di akhir masa kekuasaan Abbasiyah, terutama antara dinasti Fathimiyyah dengan Abbsiyah. Pada abad ke-10, dinasti ini bahkan mengklaim kekuasaan atas daerah-daerah Mesir, Syiria, Anatolia, termasuk Palestina.11 Gejolak politik ini tidak sampai mengganggu kedamaian beragama orang-orang Nashrani, Yahudi, dan Islam di Yerussalem. Mereka masih tetap hidup berdampingan, saling menghormati satu sama lain.

Ketegangan antar-agama, terjadi pada saat orang-orang Barat mulai melakukan penaklukan-penaklukan balasan atas daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai oleh Romawi. Mereka mengklaim bahwa daearah-daearh itu seharusnya tetap menjadi milik mereka. Oleh sebab itu, secara bertahap kerjaan-kerjaan Eropa yang dimotori oleh orang-orang Italia, Spanyol, dan Normandia menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya sudah jatuh ke tangan umat Islam.12 Mereka manamakan diri sebagai pasukan Salib. Inilah awal mula pemicu munculnya ―perang agama‖ berkepanjangan, Perang Salib, yang sangat bersejarah itu. Pada masa inilah kedamaian beragama di kawasan Palestina, terutama Yerussalem, terganggu.

3. PALESTINA ERA PERANG SALIB

Era Perang Salib ditengarai mulainya pada 26 November 109513 ketika Paus Urbanus II mengunjungi Prancis. Memang bukan perang yang dilakuan sang paus di sana. Di hadapan orang-orang Normandia, Paus memprovokasi mereka agar mau mengangkat senjata merebut kembali kota suci Yerussalem dari tangan kaum Muslim. Sentimen anti-Islam dikobarkan dengan dalih agama. Padahal, di sana Islam justru dapat memelihara perdamaian setelah sebelumnya, orang-orang Kristen sebegitu keji membunuh penduduk Yahudi di Yerussalem.

Provokasi Paus Urbanus II ini menjadi sangat efektif pada saat orang-orang Barat berkeinginan kuat untuk melakukan kunjungan suci ke Yerussalem yang mereka anggap sebagai kampung halaman Yesus. Mereka bahkan dengan 10 Ahmad Amin. Fajr Al-Islâm. (Singapura: Sulaiman Mar‘i, 1965), hal. 84-85.

11 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. I; Jakarta: Rejawalio Press, 1999), hal. 537-539 12 Reconquista (pengusiran umat Islam) sebagai serangan balik Barat terhadap umat Islam dimulai di Spanyol; tahun 1085 kota Toledo jatuh ke tangan orang Kristen. Tahun 1087 Pisa dan Genoa menghancurkan kota Mahdia, kota pusat perdagangan dan politik bagi Muslim Afrika Utara. Bangsa Normandia menaklukan Sisilia antara tahun 1061-1091 dan terus bergerak menyerang imperium Byzantium. Selanjutnya, dewan uskup segera mendamaikan gereja Yunani dan gereja barat, dan segera mendukung imperium Bizantium dalam melawan kekuatan Saljuk Turki. Dewan gereja segera membentuk negara-negara baru di bawah bantuannya di wilayah Laut Tengah dalam rangka menyebarkan pengaruh gereja Latin di kalangan warga Kristen timur. (Ira M. Lapidus.

Ibid. hal. 539).

13 Philip K. Hitti.History of the Arabs. (London: The Macmillan Press, 1974) hal. 636. Dalam catatan Ira M. Lapidus, kejadian ini terjadi tahun 1096 (Ira M. Lapidus. Op. Cit. hal. 540).

(11)

sangat percaya diri ingin menganeksasi Yerussalem agar berada di bawah kekuasaannya. Apalagi setelah Seljuk Turki melakukan invasi ke Yerussalem. Invasi ini membuka jalan bagi mereka untuk memasuki Yerussalem yang saat itu menjadi daerah kekuasaan Seljuk.14

Pidato ini mungkin merupakan pidato paling berpengaruh sepanjang sejarah. Pada pidatonya di Clermont, Prancis Utara, Urbanus menyerukan agar menyerang dan merebut kembali tanah suci Yerussalem dari tangan kaum Muslim. Mengikuti ajakan sang Paus, pada musim panas tahun 1097 sekitar 150.000 orang, kebanyakan dari Prancis dan Normandia yang sebagiannya perampok, berkumpul di Konstantinopel. Mereka bersepakat untuk berperang menuju Yerussalem. Mereka menamakan diri sebagai ―Pasukan Salib‖ dan menjadikan salib sebagai lencana mereka. Inilah perang pertama yang kemudian dikenal dengan istilah ―Perang Salib‖. 15

Pasukan ini berhasil menaklukkan Yerussalem tahun 1099. Kota ini jatuh setelah pengepungan lima minggu. Ketika Tentara Salib ini memasukinya, mereka melakukan hal yang sangat biadab: seluruh orang Islam dan Yahudi dibasmi dengan pedang. Salah satu panglima Tentara Salib malah merasa sangat benagga dengan apa yang mereka lakukan:

Pemandangan mengagumkan akan terlihat. Sebagian prajurit kami (ini tindakan yang lebih ringan) memenggal kepala musuh-musuh mereka; lainnya menembaki dengan panah, sehingga mereka berjatuhan dari manara-menara; lainnya menyiksa mereka lebih lama dengan memasukkan mereka ke dalam api. Tumpukan kepala, tangan, dan kaki terlihat di jalan-jalan kota, sehingga kami harus berjalan di atas mayat-mayat manusia dan kuda. Ini belum seberapa jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Biara (Haikal) Sulaiman, tempat ibadah keagamaan kini dinyanyikan kembali. Di sana, para pria yang berdarah-darah disuruh berlutut dengan leher terbelenggu.16

Dalam dua hari, Tentara Salib membunuh sekitar 40.000 orang Islam dengan cara yang keji seperti yang digambarkan di atas. Kedamaian dan ketertiban Palestina yang telah berlangsung sejak Umar menaklukkan Palestina berakhir dengan pembantaian yang sangat mengerikan. Dengan penaklukkan itu, Tentara Salib menjadikan Yerussalem sebagai ibu kota kerajaan Katolik baru yang terbentang dari Palestina hingga Antakiyah.

4. KEMBALI KE TANGAN ISLAM: DARI SALAHUDDIN SAMPAI USMANI

Beruntung penguasaan orang-orang Kristen tidak berlangsung lama. Pasukan Salib hanya menguasa kawasan ini selama 88 tahun (sampai tahun 1187). Setelah itu kawasan Palestina kembali ke tangan kaum Muslim. Salahuddin Al-Ayyubi adalah panglima yang paling berjasa mengembalikan Yerussalem ke pangkuan Islam.

14 Ira M. Lapidus. Op.Cit. hal. 540

15 Philip K. Hitti. Op. Cit. ha;. 636

16 August C. Krey seperti dikutip oleh Harus Yahya. Op. Cit. hal. 33-34. Kekejaman ini juga dijelaskan secara panjang lebar oleh Karen Armstrong.Op. Cit. hal. 243-298.

(12)

Beberapa saat setelah Pasukan Salib menguasai Yerussalem, secara bertahap pasukan Muslim kembali dapat menguasai kawasan ini. Serangan kaum Muslim melalui tiga fase. Pertama, tahun 1099-1146 pada saat kepemimpinan kaum Muslim berada di bawah Dinasti Seljuk. Saat itu, pemegang otoritas Syria yang bermaksud ingin membentuk imperium-kecil sendiri melakukan serangan kepada pasukan-pasukan Salib. Pertaka kali dilakukan oleh Maudud. Namun tidak terlampau berhasil. Pada tahun 1128 serangan-serangan mereka membawa hasil. Di bawah kendali gubernur Mosul, Zengi, Aleppo berhasil direbut. Setelah itu Edessa ditundukkan tahun 1144. Zengi meninggal tahun 1146.

Zengi digantikan oleh Nur al-Din (1146-1174), putra Zengi. Inilah fase kedua proses perebutan kembali Yerussalem dari tangan pasukan Salib. Target Nur al-Din adalah menaklukkan Damaskus yang akan membuka jalan untuk merebut Yerussalem. Pada tuhun 1147, ia membantu penduduk setempat dari kepungan Pasukan Salib pada Perang Salib ke-2. Akhirnya pada tahun 1154, sebuah pemberontakan lokal memaksa gubernur-gubernur Seljuk dan masyarakat umum kota tersebut menyerahkan Damaskus kepada Nur al-Din. Nur al-Din berhasil membangkitkan semangat anti-Pasukan Salib setelah Damaskus ia kuasai.

Pada periode ini terjadi beberapa kali Perang Salib antara pasukan Nur al-Din dengan Pasukan Salib Eropa, namun belum sampai dapat menguasai kembali Yerussalem. Ketika Nur al-Din berhasil mengambil alih kekuasaan Mesir dari Dinasti Fathimiyyah melalui tangan salah seorang jendralnya yang brilian, Salahuddin Al-Ayyubi, Mesir dan Syria bersatu di bawah satu kekuasaan. Keadaan ini semakin membuka kesempatan semakin luas kepada kaum Muslim untuk menaklukkan Yerussalem.

Penyatuan Mesopotamis dan Mesir menandai fase ketiga respon terhadap pasukan Salib. Dari Mesir, Salahuddin berhasil merebut Damaskus (1174, kemudian Aleppo pada tahun 1183, lalu Mosul pada tahun 1186. Setelah semua daerah yang mengitari Palestina benar-benar dapat disatukan, ahirnya tahun 1187 Salahuddin Al-Ayyubi berhasil menaklukkan Pasukan Salib pada Perang Hittin. Inilah akhir pendudukan bangsa Latin di Yerussalem. Setelah itu, Salahuddin mendirikan Dinasti Ayyubiyah yang berpusat di Palestina.17

Apa yang dilakukan Salahudin Al-Ayyubi saat masuk ke Yerussalem sebagai tanda kemenangannya atas Pasukan Salib sangat berbeda dengan yang dilakukan Pasukan Salib sebelumnya. Karen Armstrong mengakuinya secara jujur dalam bukunya sebagai berikut.

Pada tanggal 2 Oktober 1187, Saladin dan tentaranya memasuki Yerussalem sebagai penakluk dan selama 800 tahun kemudian, Yerussalem tetap menjadi kota Muslim. Saladin menepati janjinya dan menaklukkan kota itu sesuai dengan cita-cita tertinggi Al-Quran. Ia tidak membalas dendam atas pembantaian tahun 1099; dan setelah permusuhan itu hilang ia mengakhiri pembunuhan (QS Al-Baqarah [2]: 193-194).

Tidak ada satupun orang Kristen yang dibunuh dan tidak ada penjarahan. Tebusan dengan sengaja ditetapkan amat rendah, tapi tetap saja ribuan kaum miskin 17 Ira M. Lapidus.Op. Cit. hal. 540-544.

(13)

tidak dapat membayarnya dan karena itu ditawan oleh kaum Muslim. Begitu banyak tawanan sehingga konon seorang budak dari kaum Frank dapat ditukar dengan sandal di Damaskus. Tapi ada sejumlah tawanan yang lolos dari nasib seperti itu karena Saladin merasa terharu hingga menangis atas penderiataan keluarga yang cerai-berai dan ia membebaskan mereka tanpa tebusan, dengan tatapan putus asa dari para pencatat keuangan Saladin yang lama menderita akibat sikap murah Saladin. Sauranya, Al-Adil, begitu tertekan atas penderitaan para tahanan itu sehingga ia meminta Saladin agar seribu orang dari mereka akan ia gunakan sendiri da kemudian ia membebaskan mereka di tempat itu juga. Semua pemimpin Muslim saat itu terkejut menyaksikan orang-orang kaya Kristen kabur dengan harta benda mereka, yang sebenarnya dapat digunakan untuk menebus seluruh tawanan. Ketika Imaduddin melihat Uskup Agung Heraclius meninggalkan kota dengan yang penuh beban harta bendanya, ia mendesak Saladin untuk menyita harta itu. Tapi Saladin menolak. Al-Quran menyatakan bahwa sumpah dan perjanjian harus benar-benar dijaga dan amatlah penting bagi kaum Muslim untuk menaati hukum. ―Orang Kristen di manapun akan mengingat kebaikan yang telah kita berikan pada mereka,‖ katanya. Heraclius membayar sepuluh dinar tebusannya seperti orang lain dan bahkan disediakan pengawal khusus untuk menjaga hartanya yang selamat selama perjalanan menuju Tirus.18

Tahun 1514, Baitul Maqdis beralih kekuasaan ke tangan Turki Usmani. Sejak saat itu, sampai nanti Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris setelah Perang Dunia I, selama 400 tahun Palestina berada di bawah kekuasaan Turki Ustmani. Seperti di negara-negara Usmani lainnya, masa ini menyebabkan orang-orang Palestina menikmati kedamaian dan stabilitas. Meskipun ada pemeluk tiga keyakinan berbeda hidup berdampingan satu sama lain.

Pada akhir kekuasaan Turki Usmani (akhir abad ke-19), terjadi imigrasi besar-besaran orang-orang Yahudi dari Eropa ke empat kota penting di Palestina, yaitu Yerussalem, Safed, Tiberias, dan Hebron. Keempat daerah ini pada masa berikutnya menjadi pemukiman-pemukiman Yahudi aling penting. Pada saat ini pula muncul gerakan Zionisme, sebuah gerakan politik yang dilegitimasi dengan doktrin-doktrin agama yang menghendaki orang-orang Yahudi menguasai seluruh Palestina tanpa kecuali. Inilah awal munculnya kekisruhan Yahudi-Arab Muslim di Palestina.

5. PENGUASAAN BARAT ATAS PALESTINA

Sebetulmya Palestina mulai jatuh ke tangan Barat (Inggris) setalah Perang Dunia I melalui apa yang disebut dengan ―Mandat Inggris‖ (The Mandat British), namun prosesnya terjadi sejak akhir abad ke-19 ketika kekuasaan Turki Usmani melemah. Saat itu, Turki Utsmani diejek sebagai ―The Sickman in Europe‖. Posisi Turki yang lemah ini diakibatkan oleh banyak faktor, terutama faktor semakin

18 Karen Armstrong.Op. Cit. hal. 409-410; penaklukkan Salahuddin ini digambarkan dengan sangat menarik dalam film produksi 21 Century Fox garapan sutradara Ridley Scott, Kingdom of

(14)

melemahnya kekuatan pemerintahan Turki akibat perebutan kekuasaan (krisis politik).19

Di pihak lain, saat di dalam negeri tengah terjadi krisis, kekuatan Eropa yang mulai bangkit sejak abad ke-18 mulai merangsek ke wilayah kekuasaan Turki Usmani. Berturut-turut Rusia berhasil merebut Crimea dan menguasai Laut Hitam. Prancis menmgambil-alih Mesir, tapi kemudian berhasil digagalkan atas bantuan Inggris. Setelah itu Turki menjadi ajang rebutan kekuasaan antara Inggris, Rusia, dan Prancis. Pemberontakan pun terjadi di Bosnia dan Herzegovina sehingga Turki harus rela melepaskan kedua kawasan yang sebelumnya berada di bawah kekuasaannya. Singkatnya, kondisi Turki Usmani benar-benar berada di ambang kehancuran.20

Kehancuran Turki Usmani semakin parah saat meletus Perang Dunia I (1914-1917). Usmani melibatkan diri dalam perang itu dengan bergabung bersama Jerman dan Austria menghadapi kubu Inggris-Prancis-Rusia-Italia. Kekalahan Blok Jerman memaksa Ustmani menyerahkan sebagian wilayah yang dikuasainya kepada Blok Inggris yang menang perang. Inggris, Prancis, Rusia, dan Italia pun akhirnya sepakat untuk membagi-bagi wilayah Usmani melalui perjanjian Sykes Picot (1916). Perancis akan mendapatkan wilayah Libanon, bagian barat-laut Turki, Syria Utara, dan Irak Utara; sedang Inggris akan mendapatkan wilayah Irak, Arabia yang berbatasan dengan teluk Persia, dan Transjordan. Rusia kebagian Istambul, dan beberapa bagian timur Anatolia. Italia dijanjikan kebagian wilayah selatan Anatolia. Semantara Palestina disiapkan untuk menjadi rezim internasional khusus. Terhadap Syarif Hussein di Mekah, Inggris menjanjikan sebuah negara Arab merdeka karena jasa Syarif (penguasa) Mekah membantu sekutu menghadap Usmani, Jerman, dan Austria.21 Tahun 1917 melalui Deklarasi Balfour, Inggris menyatakan dukungan atas pembentukan tanah air bangsa Yahudi di Palestina. Deklarasi ini berbentuk surat bertanggal 2 November 1917 dari Arthur James Balfour, sekretaris urusan luar negeri pemerintah Inggris kepada Lord Rothchild, penyandang dana Zionis dunia yang membiayai perpindahan bangsa Yahudi dari Eropa ke Palestina. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut.

His Majesty‘s Government view with favor the establishment in Palestina of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavors to facilitate the acievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of exixting non-Jewish communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by jews in any other country.22

(Yang Mulia Pemerintah memandang baik-baik saja Palestina dijadikan sebagai rumah-bangsa bagi orang-orang Yahudi dan akan menggunakan cara-cara paling 19 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. II; Jakarta: Rajawali Press, 1999) hal. 70 20 Ira M. lapidus. Ibid. hal. 65-70

21Ira M. Lapidus.Ibid.hal. 70-71

22 Hanry Cattan,―The Palestine Problem: A Palestine Point of View‖ dalam Syafiq Mughni (ed.).

An Anthology of Contemporary Middle Eastern History. (Canada: McGill University, tt.) hal.

(15)

baik untuk memfasilitasi usaha ke arah sana; dapat dimengerti dengan jelas bahwa tidak ada sesuatupun yang akan dilakukan yang bisa merugikan hak-hak sipil dan agama dari komunitas non-Yahudi di Palestina ataupun hak-hak dan status politik yang sudah dinikmati oleh orang-orang Yahudi di negeri mana saja.)

Tahun 1918, sekutu Eropa memenangkan Perang Dunia I. Dengan kemenangan itu, mau tidak mau pihak yang kalah perang harus melepaskan wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Palestina, yang dikuasai oleh Turki Usmani, harus diserahkan kepada Inggris sesuai dengan Perkankian Sykes-Picot tahun 1916. Inilah masa awal Palestina berada di bawah ―The British Mandate of Palestine‖ yang secera resmi memerintah kawasan Palestina setelah lepas dari Turki Usmani.

Karena kekuasaan berada di tangan Inggris yang memberikan sokongan penuh kepada Israel, keinginan bangsa Yahudi untuk mendirikan negara bagi bangsa Yahudi di tanah Palestina sudah mendekati kenyataan. Mereka yang sebelumnya tidak diterima oleh Sutan Hamid untuk mendapatkan tanah di Palestina,23 kini dengan leluasa dapat memilih tanah mana saja dari wilayah Palestina yang mereka inginkan. Antara tahun 1920-1945 penduduk Yahudi di Palestina bertambah sangat cepat sampai sekitar 31% dari seluruh penduduk Palestina. Pertambahan itu meningkat cepat terutama setelah ada kebijakan pengusiran bangsa Yahudi dari Jerman pada masa Nazi berkuasa.24

Kebijakan imigrasi besar-besaran ini menuai protes keras dari bangsa Arab Palestina. Sejak saat itu ketegangan-ketegangan antara bangsa Yahudi dan Arab Palestina tidak bisa dihindarkan lagi. Masing-masing pihak sama-sama ingin saling melenyapkan dan ingin menguasai Palestina tanpa yang lain. Ketegangan tidak hanya sebatas ucapan tapi sudah sampai pada tarap perang dan melenyapkan nyawa, apalagi setelah negara Israel resmi didirikan pada tahun 1998. Konflik politik sampai konflik fisik terus berlangsung sampai sekarang. Apa yang menjadi sebab itu terjadi? Kita akan menemukan jawabnnya setelah mengikuti proses kelahiran negara Israel yang sangat kontroversial sampai hari ini.

23 Abu Ridha (ed.).Palestina Nasibmu Kini. (Jakarta: Yayasan SIDIK, 1994) hal. 72

(16)

BAB III

KONTEKS KELAHIRAN HAMAS

1. LAHIRNYA ISRAEL: AWAL KONFLIK BERKEPANJANGAN A. Gerakan Zionisme

Zionisme adalah salah satu ‗mazhab‘ dalam agama Yahudi. Munculnya mazhab Zionisme ini tidak bisa dilepaskan dari harapan orang Yahudi untuk kembali ke ―Tanah yang Dijanjikan‖ (Yerussalem). Mereka yang berkeyakinan untuk kembali ke ―Zion‖ ini tersebar di berbagai tempat. Pada abad ke-19 banyak di antara mereka yang datang ke Palestina, terutama dari Rusia dan Eropa Timur yang sangat menderita akibat berbagai penganiayaan. Intensifnya gerakan anti-Semitisme di Rusia dalam dua dekade terakhir abad ke-19 menyebabkan berdirinya organisasi Hovevei Zion di Odessa dan koloni-koloni Zionis pertama di Palestina (1882), antara lain koloni Rishon le Zion di Yudea, Zichron Jacob di Samaria, dan Rosh Pina di Galilea. Pada tahun 1880-an pemukiman lainnya menyusul. Mereka kebanyakan orang Yahudi dari Rusia, Rumania, Galisia, dan Lithuania. Orang-orang kaya Yahudi di Barat seperti Baron Edmon de Rothchild banyak memberi sumbangan kepada orang-orang Yahudi yang datang ke Palestina. Bahkan sengaja didirikan Asosiasi Kolonisasi Yahudi (ICA) oleh Baron Maurice de Hirsch yang bertugas membeli tanah di Palestina dan menyediakan permodalan secukupnya bagi para pemukim.

Zionisme menjadi sebuah gerakan resmi sekitar tahun 1897. Pada tahun itu, seorang koresponden Paris majalah Neue Freie Presse di Wina, Dr. Theodor Herzl menerbitkan majalah mingguan Die Welt sebagai sarana resmi para Zionis. Pada tahun yang sama, atas inisitifnya, terselenggara Kongres Zionis pertama yang diselenggrakannya di Basel, Swis. Kongres ini menghasilkan resolusi tentang Palestina yang harus menjadi pemukiman bangsa Yahudi dan didirikannya Organisasi Zionis Dunia. Herzl sendiri terpilih menjadi ketuanya. Inilah awal gerakan Zionisme secara mondial.

Untuk mewujudkan impian mereka ―kembali ke tanah yang dijanjikan‖ banyak cara yang mereka lakukan. Ketika Turki Usmani masih menguasai Palestina, berulang-ulang mereka meminta izin kepada sultan Abdul Hamid agar mereka boleh membeli tanah yang akan disiapkan menjadi pemukiman bangsa Yahudi. Namun, sampai akhir kekuasaannya, Sultan tidak pernah mengizinkan orang-orang Yahudi memiliki tanah-tanah di Palestina. Baru setelah Turki Usmani jatuh ke tangan Inggris pasca-Perang Dunia I, kaum Zionis mendapatkan izin untuk membuka pemukiman di Palestina. Mulanya membeli tanah, tapi kemudian banyak yang melakukan penyerobotan tanah-tanah milik rakyat Palestina. Sebelumnya, sekitar tahun 1903, ketika terjadi penganiayaan terhadap Yahudi secara besar-besaran di Rusia, kelompok Zionis melalui Herzl berunding dengan Inggris agar diberi tempat pemukiman baru bagi orang-orang Yahudi yang terusir itu. Inggris menawarkan Uganda, namun dalam Kongres ke-7 Organisasi Zionis Dunia tahun 1904 tawaran itu ditolak. Hanya satu tempat yang mereka inginkan,

(17)

yaitu Palestina, tempat yang mereka anggap sebagai warisan leluhur mereka yang dijanjikan untuk mereka.25

Perjanjian Sykes-Picot (1916) memberikan peluang besar kepada orang-orang Yahudi untuk mendapatkan Palestina. Kesempatan itu semakin terbuka lebar pada saat Deklarasi Balfour (1917) ditandatangani. Dalam Deklarasi itu, Inggris mendukung sepenuhnya niat bangsa Yahudi mendirikan negara Nasional di Palestina.26 Keberhasilan-keberhasilan diperoleh bangsa Yahudi atas lobi-lobi yang dilakukan oleh kelompok Zionis ini. Sebab, merekalah yang sangat berambisi untuk merebut Palestina dan mendirikan sebuah negara Yahudi di sana. Harus dicatat bahwa sejak awal didirikan sampai saat ini, gerakan Zionisme bukanlah murni gerakan keagamaan Yahudi. Sampai saat ini, Zionisme tetap merupakan gerakan nasional, sebuah gerakan bermotif duniawi yang menginginkan bangsa Yahudi memiliki tanah air sendiri. Hanya saja, untuk memperkuat posisi ini, mereka menggunakan doktrin-doktrin agama Yahudi yang seringkali dipaksakan agar sesuai dengan keinginan mereka. Oleh sebab itu, tidak heran kalau gerakan Zionisme ini mendapat tentangan juga dari kalangan agamawan Yahudi sendiri, selain dari orang-orang Arab Israel yang merasa hak-hak mereka dirampas.

Tentangan antara lain muncul dari kaum Yahudi ultraortodoks. Mereka berkeberatan terhadap aspek politik gerakan ini. Mereka percaya bahwa kebali ke Zion (Tanah yang dijanjikan) harus merupakan takdir Tuhan, bukan kehendak duniawi. Di pihak lain, kelompok sosialis dan komunis menganggap Zionisme sebagai gerakan reaksioner kaum borjuis. Para rabbi Yahudi dan pengikutnya menentang zionisme juga karena karakter nasionalnya. Karena percaya bahwa Yudaisme adalah agama dan bukan kebangsaan, mereka cenderung menolak konsep politik Zionisme.

Di Inggris dau organisasi Yahudi, Badan Perwakilan Yahudi Inggris dan Asosiasi Inggris-Yahudi, menentang Zionisme juga atas dasar kepercayaan bahwa Yudaisme adalah agama, bukan bangsa seperti klaim para Zionis. Oleh sebab itu, buat mereka tidak perlu orang-orang Yahudi memiliki negara nasional sendiri. Tentangan yang sama juga datang dari Komisi Yahudi di Amerika pimpinan Jacob H. Schiff, Louis Marshall, serta Mayer Sulzberger. Protes keras sering mereka lancarkan menentang keinginan-keinginan politik kaum Zionis.27 Jelas bahwa munculnya Zionisme bukanlah gerakan keagamaan, melainkan gerakan nasionalisme yang sangat dipengaruhi oleh gaung nasionalisme yang pada masa itu tengah digandrungi di seluruh dunia.28 Ini juga menandakan bahwa Zionisme juga tidak lebih daripada proyek borjuasi (baca: kapitalisme) yang ingin mencaplok apa saja yang menghalanginya. Dan ini juga merupakan salah satu

25 George Lenczowski.Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1993) hal. 234-235

26 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. II; Jakarta: Rajawali Press, 1999) hal. 70 27 George Lenczowski. op. cit. hal. 235-237

(18)

proyek pembaratan dunia Islam yang terus dilancarkan setelah kekalahan Eropa oleh umat Islam.

B. Gelombang Perpindahan Bangsa Yahudi ke Palestina

Seperti telah disinggung sekilas di atas, sejak banyaknya penganiayaan terhadap bangsa Yahudi di Rusia dan Eropa Timur terjadi perpindahan cukup signifikan orang-orang Yahudi ke Palestina. Perpindahan inilah yang menjadi faktor penentu lain lahirnya negara Israel Raya. Selain menambah jumlah orang-orang Yahudi di Palestina, perpindahan inilah yang pertama kali memicu munculnya konflik antara bangsa Arab-Palestina dengan Yahudi-Israel sejak awal tahun 1920-an sampai saat ini. Konflik ini pula yang nantinya menyeret konflik Israel-Palestina menjadi masalah internasional yang bahkan melibatkan negara-negara lain, terutama negara-negara-negara-negara Arab.

Imigrasi Yahudi ke Palestina ini terjadi sejak tahun 1881 sebelum gerakan Zionisme internasional dideklarasikan oleh Theodor Herzl tahun 1897. Namun ide perpindahan ke Israel ini sejak awal telah diilhami oleh ide-ide kaum yang menganut paham Zionis yang nanati bersama Herzl mendeklarasikan gerakan Zionisme internasional..29 Gelombang perpindahan kedua terjadi antara tahun 1904-1914 yang membawa sekitar 40 ribu orang Yahudi ke Palestina. Setelah berakhir Perang Dunia I terjadi gelombang perpindahan ketiga (1919-1923) dan keempat (1924-1929). Saat itu, Palestina sudah di bawah The British Mandate (Mandat Inggris) yang sangat menyokong didirikannya negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina, terutama setelah digagasnya Deklarasi Balfour tahun 1917. Dengan adanya deklarasi ini, Pihak Inggris membayangkan bahwasanya tanah air Yahudi akan menjadi dalih bagi klaim Inggris untuk menguasai negeri ini. Mereka juga membayangkan bahwa meraka akan mendapatkan dukungan dari warga Yahudi di Rusia dan Amerika dalam pertempuran melawan Jerman.30

Munculnya Nazisme di Jerman tahun 1933 mendorong gelombang imigrasi keempat bangsa Yahudi ke Palestina. Pada tahun 1922 jumlah penduduk Yahudi di Palestina hanya 11%. Gelombang imigrasi keempat ini telah menaikkan jumlah orang Yahudi di Palestina secara signifikan hingga mencapai angka 33%. Adalah Peristiwa Holocaus (pembantaian bangsa Yahudi oleh Nazi) yang telah sangat signifikan membawa pada perubahan ini. Sampai akhir Perang Dunia II jumlah penduduk Yahudi di Palestina mencapai sekitar 600.000 jiwa.31 Jumlah ini 29 Paham yang dianut Zionis terhimpun dalam Protokolat Para Hakim Zionis yang antara lain sebagai berikut: (1) semua orang Yahudi di dunia adalah anggota keluarga bangsa Israel; (2) zionisme bertujuan agar orang-orang Yahudi mampu mendominasi dunia sebagaimana telah dijanjikan oleh tuhan mereka ―Yahweh‖, sebagai titik tolak dari rencana besar itu, mereka harus mendirikan sebuah pemerintahan di bumi yang telah dijanjikan, yaitu yang terbentang antara Sungai Nil sampai sungai Eufrat; (3) orang Yahudi adalah bangsa istimewa yang harus menjadi tuan yang berkuasa, sementara bangsa-bangsa lainnya adalah budak-budak mereka, dan sebagainya. (Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran;

Akar-akar Ideologis dan Penyebarannya. [Jakarta: WAMY, 1999] hal. 247).

30 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 170 31 www.en.wikipedia.org/wiki/Israel

(19)

sangat signifikan mengingat jumlah penduduk Palestina seluruhnya hanya sekitar 1,3 juta jiwa.32

Karena sejak awal muncul protes dari bangsa Arab-Palestina terhadap keberadaan bangsa Yahudi di tanah mereka, situasi di Palestina terus menerus tegang. Bahkan, tahun 1937 muncul pemberontakan Arab terhadap penguasa Mandat Inggris. Pemberontakan ini mendorong Inggris mengubah kebijakan yang memperlonggar eksodus bangsa Yahudi dari berabagai belahan dunia, terutama dari Eropa, ke Palestina. Pada tanggal 17 Mei 1939 Inggris mengumumkan Naskah Putih yang berisi prinsip-prinsip baru tentang Palestina. Kebalikan dari kebijakan lama, pemerintah mengusulkan pendirian, dalam sepuluh tahun, negara Palestina Merdeka yang dihubungkan dengan Inggris oleh suatu perjanjian khusus.

Ketentuannya yang terpenting adalah mengenai imigrasi dan transfer tanah. Pada kedua hal ini, Inggris sebenarnya mengabulkan tuntutan orang-orang Arab, yaitu para imigran dibatasi hingga 75.000 orang untuk lima tahun berikutnya, dan setelah itu dihentikan sama sekali. Sementara itu, Palestina akan dibagi ke dalam tiga zona: pertama, zona yang memperbolehkan transfer tanah dari golongan Arab ke Yahudi; kedua, zona yang membatasi tindakan itu; dan ketiga, zona yang melarang sama sekali adanya transfer tanah itu.33

Naskah Putih ini, sekalipun belum memuaskan pihak Arab, namun telah mencatat kemenangan cukup berarti bagi mereka. Pada saat yang sama kelompok Zionis merasa sangat terganggu dengan munculnya kebijakan itu. Mereka menganggap bahwa kebijakan itu telah menyalahi Deklarasi Balfour. Zionis Yahudi kemudian menuntut agar Inggris mencabut kembali kebijakan itu. Belum sempat ketegangan antara keduabelah pihak reda, keburu meletus Perang Dunia II pada bulan September 1939 yang ditandai dengan jatuhnya Pearl Harbour ke tangan Jepang.

C. Era Dukungan Amerika

Ketika meletus Perang Dunia II konflik Arab-Yahudi di Palestina agak sedikit mereda karena pihak Sekutu tengah berkonsentrasi menghadapi blok Jerman-Jepang-Itali. Untuk itu, banyak sekali pasukan Sekutu yang berada di kawasan Palestina. Bila orang-orang Arab memaksakan meneruskan gerilya, sama saja dengan bunuh diri. Sebab, Israel berada di pihak Sekutu yang dimotori oleh Amerika.

Gencatan senjata Arab-Yahudi di Palestina hanya berlangung sampai tahun 1943 karena dinodai oleh gerakan terorisme yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap pemerintah Inggris. Ada dua faktor yang menyebabkan munculnya gerakan ini. Pertama, adanya peningakatan luar biasa imigrasi Yahudi ilegal dari Eropa yang diduduki Nazi. Para Korban penyiksaan Nazi datang berbondong-bondong ke Palestina. Sementara, atas dasar Naskah Putih, 32 Harun Yahya. Palestina: Zionisme dan Terorisme Israel. (Bandung: Dzikra, 2005) hal. 55 lihat juga Haitsam Al-Kailani. Siapa Teroris Dunia. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) hal. 166-167. 33 George Lenczowski. op. cit. hal. 243

(20)

pemerintah melarang mereka masuk ke Palestina. Mereka yang datang akhirnya diungsikan ke kamp-kamp penampungan di Siprus dan wilayah di seberang Palestina lainnya. Kedua, meningkatnya tekanan dari kelompok Zionis Amerika. Pada tanggal 11 Mei 1942 Organisasi Zionis Amerika bersidang di New York dan menghasilkan Program Biltmore yang diajukan oleh David Ben Gurion, ketua Komisi Eksekutif Agen Yahudi. Program Biltmor berisi: (1) pendirian negara Yahudi yang mencakup seluruh Palestina; (2) pembentukan militer Yahudi; (3) penolakan Naskah Putih tahun 1939 dan diteruskannya imigrasi tak terbatas ke Palestina yang tidak hanya diawasi oleh Inggris, tapi juga oleh Agen Yahudi.34 Karena alasan itu, orang-orang Yahudi berani memprotes kebijakan Inggris.

Keberanian mereka juga didukung oleh keberhasilan Zionis Amerika melobi Kongres Amerika Serikat agar mendukung usaha-usaha mereka untuk membatalkan Naskah Putih hingga kedatangan mereka ke Palestina tidak perlu dibatasi. Banyak badan legislatif negara bagian di AS yang mengesahkan resolusi pro-Zionis di atas. Bahkan pada bulan Februari 1944 Kongres AS mengeluarkan sebuah resolusi yang berisi permintaan untuk dibukanya kembali Palestina untuk imigran Yahudi tanpa pembatasan dan pembangunan kembali Palestina sebagai suatu ―persemakmuran Yahudi yang bebas dan demokratis.‖ Resolusi ini juga mengharapkan campur tangan Pemerintah AS secara resmi untuk mencapai tujuan itu.

Resolusi Kongres AS ini memang tidak sampai jadi diberlakukan karena Jendrall Marshall berkeberatan atas resolusi itu karena hanya akan merugikan hasil perang Sekutu. Namun, berkat lobi-lobi yang dilakukan agan-agen Zionis kepada para petinggi AS, niat kaum Yahudi itu secara resmi mendapat dukungan dari Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt.35 Atas dasar dukungan itu, orang-orang Yahudi berani menentang kebijakan Inggris yang secara de jure masih menjadi pemegang kekuasaan atas Palestina.

Setelah itu, pemerintah Amerika terus menekan Inggris agar mencabut kembali kebijakan Naskah Putih-nya. Berkali-kali Inggris melakukan pembicaraan dengan pihak AS. Pihak Inggris tetap ingin mempertahankan diplomasi tradisional mereka untuk tidak memusuhi Arab. Oleh sebab itu, Inggris tetap berkeras untuk tetap melakukan pembatasan bagi para imigran Yahudi. Masalah tetap tidak selesai. Akhirnya, Inggris membawa masalah ini ke hadapan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tanggal 2 April 1947.

Dalam majelis PBB inilah Yahudi semakin mendapatkan angin segara karena mayoritas dukungan di Majelis Umum berasal dari Amerika dan Karibia yang menyokong mereka. Pada tanggal 29 November 1947 Majelis Umum PBB memutuskan untuk membagi wilayah Palestina berdasarkan kesatuan ekonomi. Melalui pembagian wilayah ini, kaum Yahudi berhasil mendapatkan 2/3 wilayah palestina meliputi: Yaffa, Galilea Timur sampai Lembah Esdraelon, darah pantai dari Haifa hingga ke Selatan Yaffa, dan sebagian besar Negeb. Sisanya di bagian tengah dan timur Palestina diserahkan kepada bangsa Arab. Sementara 34 George Lenczowski. ibid. hal. 245

(21)

Yerussalem dan Bethlehem berada di bawah pengawasan pemerintahan yang bertanggung jawab langsung kepada dewan Perwalian PBB. Keputusan PBB juga memperhatikan keputusan Inggris yang akan mengakhiri mandat atas Palestina pada tanggal 1 Agustus 1948.36

D. Negara Israel Berdiri

Pembagian wilayah oleh Majelis Umum PBB itu mendapat reaksi keras dari bangsa Arab, tidak hanya Arab-Palestina, tapi juga bangsa-bangsa Arab dari daerah lain. Perang antara bangsa Arab dan Yahudi tidak bisa dielakkan. Pada bulan Januari 1948 detasemen bersenjata Arab mulai memasuki Palestina dan menyerang perkampungan Yahudi. Hingga 1 Februari perang ini menelan korban lebih dari 2.500 orang dan setelah itu setiap hari korban berjatuhan.

Menghadapi kekerasan ini, Inggris menyatakan bahwa karena Arab dan Yahudi tidak menyetujui penyelesaian, ia tidak akan membantu PBB dalam melaksanakan rencana pembagian Palestina, akan mengakhiri mandatnya pada tanggal 15 Mei 1948, dan akan menentang masuknya Komisi Palestina PBB ke negara ini.

Oposisi Arab juga mempengaruhi politik AS. Pada tanggal 19 Maret AS menyatakan di depan Dewan Keamanan PBB bahwa bila pembagian tidak dapat dilaksanakan, Palestina harus diawasi oleh perwalian sementara PBB. Perubahan politik ini mendatangkan protes dari Zionis. Sidang khusus DK PBBlainnya (16 April dan 15 Mei) memperbincangkan proposal baru AS, namun gegal menghasilkan kesepakatan. Soviet, khususnya, bersikeras atas pelaksanaan resolusi pembgaian November 1947. Akhirnya Majelis Umum menyarankan penunjukkan mediator dan komisaris PBB bagi Yerussalem.

Pada saat yang hampir bersamaan, sesuai dengan janji Inggris, pada tanggal 14 Mei 1948, Inggris secara resmi mengakhiri mandatnya di Palestina. Namun, pada hari yang sama Dewan Nasional Yahudi di Tel Aviv memproklamasikan negara Yahudi Israel. Dan beberapa jam kemudian Presiden Amerika Serikat Truman mengakui secara de facto negara baru ini atas nama Amerika Serikat.

Tentu saja, pendeklarasian negara Israel semakin membangkitkan kemarahan negara-negara Arab. Segera setelah itu tentara-tentara Arab dari Suriah, Libanon, Transyordania, Iran, dan Mesir memasuki Palestina. Namun kekuatan agak tidak seimbang. Di satu pihak tentara Israel, sekalipun dikomandani oleh perwira yang masih muda, berusia 31 tahun, Yaakov Dori dan Kolonel Yigal Yadin, namun pasukan Israel memiliki semangat yang sangat tinggi untuk mempertahankan negara yang baru saja mereka dirikan dan dipersenjatai sangat lengkap. Senjata dan amunisi, bahkan pesawat terbang, mereka beli dari luar negeri, terutama dari Cekoslovakia. Banyak juga yang diselundupkan dari Amerika Serikat dan Eropa Barat. Para sukarelawam Yahudi dari Amerika Serikat dan negara lainnya, beberapa di antaranya berpendidikan 36 George Lenczowski. ibid. hal. 248-250

(22)

militer yang baik, ikut memperkuat pasukan Israel. Selebihnya, pihak Amerika dan sekutu Israel di Eropa Barat memberikan dukungan penuh kepada Israel. Di pihak yang lain, tentara-tentara Arab, sekalipun jumlahnya cukup banyak, namun persenjataan mereka kalah canggih dibandingkan Israel.37 Inilah kemudian yang memicu terus bergulirnya konflik berkepanjangan antara bangsa Arab dengan Yahudi Israel.

Pada peristiwa perang ini, Hasan Al-Banna, pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin di Mesir yang nantinya akan menjadi cikal bakal berdirinya Hamas (1987) mengirimkan pasukan sukarela non-militer untuk membantu perang melawan Israel. Ikhwanul Muslimin masuk ke dalam pasukan perang khusus.38 Ikhwanul Muslimin sendiri adalah sebuah gerakan Islam di Mesir yang didirikan oleh Hasan Al-Banna pada tahun 1928. Gerakan Ikhwanul Muslimin ini adalah gerakan masyarakat sipil yang ingin menegakkan kembali Islam di muka bumi setelah diluluh-lantakkan oleh kolonialisme Eropa.39 Ikhwanul Muslimin telah masuk ke Palestina sejak tahun 1935 ketika gelombang penyerobotan tanah Palestina pasca-Nazime di Jerman berlangsung. Pada Perang Januari-Februari 1948 dan Perang Umum Juni 1948 Ikhwanul Muslimin juga ikut mengirimkan faksi militernya dalam perang-perang itu.40

2. ANATOMI KONFLIK-KONFLIK ARAB-ISRAEL

Konflik Arab-Israel (baca: Yahudi) sebetulnya sudah dimulai sejak terjadi eksodus besar-besaran bangsa Yahudi ke Palestina pasca Deklarasi Balfour tahun 1917. Konflik ini semakin menggila setelah terbit resolusi Majelis Umum PBB tentang pembagian wilayah Palestina November 1947. Konflik pada tahun itu berubah menjadi pertempuran antara bulan Januari-Februari 1948 yang menelan lebih dari 2.500 korban jiwa. Konflik dalam wujud pertempuran terjadi lebih dahsyat setelah Yahudi mendeklarasikan berdirinya negara Israel yang berpusat di Tel Aviv pada tanggal 14 Mei 1948 bersamaan dengan dilepaskannya mandat Inggris atas Palestina. Secara umum konflik dapat dikategorikan menjadi dua bagian: sebelum tahun 1947 dan sesudah tahun 1947 yang akan kita bahas berikut.

A. Konflik Sebelum 1947

Konflik-konflik yang terjadi sebelum tahun 1947 lebih banyak berupa ketegangan-ketegangan diplomatik dan protes-protes keras antara bangsa Arab-Palestina yang merasa tanah mereka direbut dengan bangsa Yahudi yang begitu ambisius ingin menguasai Palestina. Protes-protes biasanya juga diwujudkan dalam bentuk kerusuhan-kerusuhan. Antara tahun 1880-1919 ketegangan juga terjadi antara penguasa Turki Usmani dengan pihak sekutu Eropa yang dimotori 37 George Lenczowski. ibid. hal. 251-252

38 Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran; Akar-akar

Ideologis dan Penyebarannya. (Jakarta: WAMY, 1999) hal. 8

39 Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. ibid. hal. 7

40 Jawad Al-Hamd dan Iyad Al-Barghutsy (ed.). Dirâsah fî Al-Fikr Al-Siyâsî li Harakah

(23)

oleh Inggris. Tahun 1920 terjadi kerusuhan di Palestina; tahun 1921 terjadi di Jaffa. Kerusuhan-kerusuhan itu kemudian mendorong pihak Sekutu Eropa untuk memberikan mandat kepada Inggris setelah bubarnya Turki Usmani yang secara de jure menguasai Palestina pada tahun 1924 untuk meredam kerusuhan-kerusuhan itu. Namun, kerusuhan-kerusuhan-kerusuhan-kerusuhan tetap saja terjadi. Pada tahun 1929 terjadi lagi kerusuhan, kemudian antara tahun 1936-1939, dan terakhir tahun 1946.41

Kerusuhan-kerusuhan itu sesungguhnya memperlihatkan sebuah bentuk pemberontakan bangsa Arab terhadap dominasi asing dan Yahudi. Kerusuhan antara tahun 1936-1939, terutama didominasi oleh gerakan yang dipimpin oleh seorang yang sangat berpengaruh, Izzuddin Al-Qassam42. Pemberontakan ini amat dikenal karena merupakan puncak perkembangan dari pergerakan bangsa Palestina. Tahun 1930-an Syaikh Izzuddin Al-Qassam mendirikan Younng Men‟s Moslem Association yang menyerukan perlawanan terhadap imperialisme Inmggris dan pendudukan bangsa Yahudi. Ia juga kemudian mengorganisir Haifa Moslem Youth Association. Al-Qassam-lah yang memulai menyerukan gerakan perlawanan bersenjata terhadap para penjajah yang menggerogoti Palestina.43

Masalahnya kemudian kenapa hanya karena kepindahan bangsa Yahudi ke Palestina sampai muncul tentangtan dari bangsa Arab-Israel? Inilah yang harus diketahui agar kita bisa mengerti kenapa orang-orang Arab tidak menyukai kedatangan bangsa Yahudi. Sejak hari ketika Zionisme memasuki Palestina, para pengikutnya telah berusaha untuk menghancurkan orang-orang Palestina. Agar memberi ruang pada para imigran Yahudi, orang-orang Palestina terus ditekan, diasingkan, dan diusir dari rumah-rumah dan tanah mereka. Gerakan ini sampai berdirinya negara Israel tahun 1948 telah menghancurkan kehidupan ratusan ribu orang Palestina. Bahkan sampai saat ini, sekitar 3,5 juta orang Palestina masih berjuang mempertahankan kehidupannya, menjadi pengungsi di kamp-kamp pengungsian dalam keadaan yang sangat sulit karena pengusiran tersebut.44

Setiap kedatangan orang Yahudi yang baru berarti kekejaman, tekanan, dan kekerasan baru terhdap orang-orang Palestina. Untuk memberi tempat tinggal bagi pendatang baru, organisasi Zionis menggunakan tekanan dan kekuatan untuk mengusir orang-orang Palestina dari tanahnya yang telah mereka tempati selama berabad-abad, hingga mereka harus pindah ke padang pasir dan tempat-tempat pengungsian. Itulah yang menyebabkan orang-orang Arab merasa harus melakukan perlawanan terhadap bangsa Yahudi yang datang ke Palestina.45

41 www.en.wikipedia.org/wiki/Conflict of Arabs and Israel

42 Syaikh Izzuddin Abdul Qadir Musthafa Qassam lahir di Syria tahun 1882. Belajar di Al-Azhar dan pulang kembali ke kampung halamannya menjadi pendakwah Islam. Dia menjadi salah seorang yang memipin pemberontakan Rakyat Syria melawan Perancis antara tahun 1918-1920. Kemudian ia pindah ke Palestina setelah perang mereda dan mentap di Haifa. (Muhsin Muhammad Shalih. Dirâsah Manhajiyyah fî Al-Qadhiyyah Al-Filisthîniyyah. [Kuala Lumpur: Fajar Ulung, 2003] hal. 373).

43 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 172-174 44 Harun Yahya. op. cit. hal. 54-55. 45 Harun Yahya. ibid. hal. 57.

(24)

B. Konflik Setelah tahun 1947

Konflik setelah tahun 1947 lebih banyak diwarnai oleh pembantaian orang-orang Yahudi terhadap penduduk Arab-Palestina, tertutama setelah berdirinya negara Israel yang disokong penuh oleh kekuatan super power, Amerika Serikat dan Eropa Barat. Perang-perang antar militer memang terjadi antara tahun 1948 sampai tahun 1982. Perang-perang tersebut antara lain terjadi pada tahun-tehun berikut.

1. Perang setelah resolusi Mejelis Umum PBB; bulan Januari-Februari 1948 2. Perang setelah didirikannya negara Israel (14 Mei 1948); bulan Juni 1948 3. Perang Suez tahun 1956; pada perang ini Israel yang berhadapan dengan

pasukan-pasukan Arab dibantu oleh Inggris dan Prancis.

4. Perang tahun 1967; peperangan ini sudah melibatkan PLO (Palestinian Liberation Organization) yang didirikan tahun 1964; pada perang ini peran Mesir dan Syria sangat signifikan.

5. Perang tahun 1968-1970 (Perang Atrision); perang ini juga dimotori oleh Mesir.

6. Perang tahun 1973; perang ini antara Israel dengan Syria memperebutkan Dataran Tinggi Golan.

7. Perang tahun 1978 dengan PLO.

8. Perang tahun 1982 (Perang Libanon) antara Israel dengan Libanon.46 Di luar perang, ternyata kelompok Zionis Yahudi dan kelompok ekstrimis Yahudi lain seperti kelompok Revisionis yang lebih radikal daripada Zionis melakukan serangkaian tindak kekerasan, bahkan pembantaian, kepada rakyat biasa. Pembantaian ini dilakukan oleh tentara-tentara Israel dan organisasi teroris Yahudi seperti Haganah, Irgun, dan Stern. Mereka bersenjata lengkap, sementara yang diserangnya hanya rakyat biasa yang tidak memiliki senjata apapun. Jelas, ini merupakan tindakan biadab yang sangat wajar bila membangkitkan kemarahan bangsa Arab dan seluruh dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh Israel benar-benar sudah melewati batas-batas kemanusiaan. Berikut adalah beberapa contoh kasus pembantaian yang akan memperlihatkan kepada kita betapa biadab kelakuan orang-orang Yahudi Israel.

1. Pembantaian King David, 1946: 92 orang tewas 2. Pembantaian Baldat Al-Syaikh, 1947: 60 tewas 3. Pembantaian Yehida, 1947: 13 tewas

4. Pembantaian Khisas, 1947: 10 tewas

5. Pembantaian Qazaza, 1947: 5 anak-anak tewas 6. Pembantaian Hotel Samirami, 1948: 19 tewas 7. Pembantaian Naser al-Din, 1948

8. Pembantaian Tantura, 1948: 200 tewas

9. Pembantaian Mesjid Dahmash, 1948: 100 tewas 10. Pembantaian Dawayma, 1948: 100 tewas

46 www.en.wikipwdia.net dalam pembahasan Conflict of Arabs and Israel

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengolahan menjadi citra pada Gambar 3(a) menjadi citra biner dengan nilai ambang 0,1 diperlihatkan seperti pada Gambar 3(b).. Pada Gambar 3(b), terlihat bahwa hasil

Sebagian dari skripsi saya yang berjudul “Kajian Mobilitas Pembawa Muatan pada Lapisan Organik Spirulina sp: Drift Current, Magneto-conductance, dan Efek Hall”

distribution of rights and responsibilities among different participants in the university , such as, the board, managers, and stakeholders, and spells out the. rules

Sultan Mesud'un ölümü 551 dedir (Halil Edhem, Düvel-i İshuniyye, 216; Zambaur, Manuel de Genealogie et de Chronologie, 143). İzzeddin Kılıç Arslan"dır. Rükneddin

merupakan salah satu jenis dari marga Calonectria yang menyebabkan penyakit pada pembibitan dan pada tanaman termasuk akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun dan bercak

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) huruf c dilakukan dalam penyelenggaraan sumber daya manusia di bidang transportasi sesuai dengan ketentuan

Untuk diketahui sejauh mana kepuasan kerja yang dimiliki oleh masing-masing karyawan maka perusahaan ini memerlukan manajemen sumber daya manusia yang bagus untuk perusahaan,