• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pe mbel ajaran Seni Rupa Terintegrasi Pendekatan Entrepreneurial Untuk Meningkatkan Wawasan Kewirausahaan Di Sekolah Umum

Dalam dokumen PROSIDING RIEE 2016 VOL 2 (Halaman 115-126)

Subhan

UniversitasNegeriMalang Email:mr_fish29@yahoo.co.id

Abstrak : Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa pada era ekonomi kreatif dan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean, perlu generasi bangsa yang berkarakter kreatif, inovatif dan produktif serta siap menghadapai segala resiko dari setiap kegiatannya. Salah satu cara yang paling ampuh adalah pendidikan. Guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan harus mampu berinovasi dan menemukan cara pembelajaran yang berkualitas. Tidak terkecuali guru pendidikan seni rupa. Pengintegrasian pembelajaran seni rupa dengan pendekatan entrepreneurial berpotensi membangun dua kompetensi sekaligus, kompetensi bidang kajian seni rupa dan kompetensi entrepreneurial. Kompetensi-kompetensi yang demikian pada saatnya akan membangun karakter entrepreneurial sehingga dapat mempertajam dan memperkuat daya saing bangsa dalam sektor industri kreatif pada bidang seni rupa.

Kata kunci : pembelajaran seni rupa, entrepreneurial, karakter

ndang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Secara umum pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih belum dapat memenuhi harapan yang dicanangkan oleh undang-undang Sistem pendidikan Nasioanl. Kualitas pendidikan dinilai masih rendah dan cenderung dinilai makin merosot. Sebagai masyarakat yang perduli terhadap pendidikan tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain karena kondisi ini memang tanggung jawab bersama. Pemerintah sudah berusaha untuk selalu melakukan perubahan-perubahan dalam kebijakan pendidikan termasuk melakukan perubahan kurikulum guna menyesuaikan tujuan pendidikan

dengan perkembangan masyarakat, baik dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi maupun perkembangan masyarakat dunia yang sudah diabad 21. Semua mata pelajaran yang masuk dalam kurikulum diarahkan sebagai sarana untuk membentuk karakter peserta didik agar sesuai dengan harapan bangsa yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, tidak terkecuali pendidikan seni.(UU No. 20 Tahun 2003)

Pendidikan seni, dalam hal ini termasuk seni rupa merupakan salah satu bagian dari kurikulum yang masuk dalam kelompok pelajaran estetika pada pendidikan dasar dan menengah. Tertulis dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c) kelompok

519

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d) kelompok mata pelajaran estetika; e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanal nomor 22 tahun 2006 menekankan bahwa kelompok pelajaran estetika mempunyai arah pengembangan untuk meningkatkan: (1) sensitivitas, (2) kemampuan mengekspresikan, dan (3) kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis (BSNP, 2006: 78- 79).

Pendidikan seni difungsikan untuk membentuk karakter peserta didik karena memiliki enam fungsi terhadap perkembangan peserta didik: Pertama sebagai wahana ekspresi, artinya seni merupakan pernyataan kejiwaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam mencari kepuasan; Kedua sebagai sarana pengembangan atau pembinaan kreatifitas, seni di anggap sebagai sarana untuk mengembangkan daya cipta dari peserta didik; Ketiga sebagai sarana pengembangan bakat anak, meskipun sejak lahir anak sudah memiliki bakat, namun bakat anak tersebut akan sulit berkembang jika tidak dilatih. Pembelajaran seni dapat dimanfaatkan untuk melatih dan mengembangkan bakat anak tersebut; Keempat sebagai sarana pembinaan ketrampilan, melalui kegiatan berolah seni yang memberi cukup kebebasan pada anak untuk melatih skill sejalan dengan dorongan ekspresi dan kreativitasnya akan sangat bermanfaat bagi anak untuk membina dan mengembangkan potensi ketrampilannya; Kelima sabagai sarana pembentukan kepribadian, Kebiasaan berolah seni yang memperhatikan dan memberi keleluasaan yang cukup terhadap subyek didik untuk menampilkan sifat-sifat kepribadian, memberi peluang yang luas untuk pembentukan kepribadian ( Soenarjo, 1995); Keenam sebagai sarana pembinaan

impuls estetik, naluri/kepekaan citarasa keindahan dapat dibina dan ditumbuh- kembangkan melalui program pembinaan seni.

Pelaksanaan pendidikan seni di sekolah banyak terjadi kesalahan persepsi oleh guru dalam memahami tujuan pendidikan seni. Dalam Permen Nomor 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa pendidikan seni difungsikan untuk meningkatkan sensitivitas, apa yang dimaksud sensitivitas? Meningkatkan kemampuan ekspresi. Apa yag dimaksud dengan ekspresi? Serta kemampuan berapresiasi yang seperti apa? Ini yang harus diperhatikan bagi pendidik dan guru seni terutama di sekolah umum.

Pendidik, dalam hal ini guru seni sebagai ujung tombak pendidikan seni sudah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan apa yang tertulis dalam kurikulum. Tetapi seringkali guru lupa bahwa apa sebenarnya tujuan pendidikan seni di sekolah umum. Guru lupa bahwa pendidikan seni memiliki dua konsep, yaitu education in art yang dikemukakan oleh Eisner dan aducation through art yang dikemukakan oleh Herbert Read (Soehardjo, 2012:15). Guru lebih banyak mengajarkan mata pelajaran seni sesuai dengan konsep yang pertama. Memang hasilnya peserta didik menjadi sensitif dalam menyikapi kondisi masyarakat di sekitarnya, peserta didik menjadi kreatif dan produktif, tetapi hanya sebatas pada dunia seni yang digeluti saja.

Fungsi pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, banyak dilupakan oleh para guru seni dalam melaksanakan pembelajaran. Pembentukan karakter generasi bangsa jarang muncul bahkan tidak muncul dalam pembelajaran seni. Tujuan pendidikan seni yang berbasis masyarakat banyak diabaikan oleh guru sehingga sensitifitas, kreatifitas dan produktifitas peserta didik sebagai out put pendidikan seni belum secara maksimal memberi pengaruh pada kehidupan masyarakat dan bangsa.

Jika lebih cermat dalam mengikuti informasi, sebenarnya tujuan pendidikan seni sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan individu diluar seni sudah dimulai sejak

520

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

pertengahan abad 20. Ketika diselenggarakan pertemuan para pakar pendidikan seni tingkat internasional yang diprakarsai oleh UNESCO menghasilkan sebuah rekomendasi berupa harapan agar penyelenggaraan seni di satuan pendidikan umum bertumpu pada konsep pemfungsian seni atau seni sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan individu peserta didik (soehardjo, 2012: 34)

Dalam Road Map pendidikan seni yang dirumuskan oleh UNESCO pada pertemuan di Lisbon, Portugal, pada tahun 2006 telah dihasilkan empat point tujuan pendidikan seni yaitu: 1) menjunjung tinggi HAM untuk pendidikan dan partisipasi budaya, 2) mengembangkan kemampuan individu, 3) meningkatkan kualitas pendidikan, 4) mengembangkan ekspresi keragaman budaya (UNESCO, 2006). Tujuan ini juga ditegaskan kembali pada pertemuan para pakar pendidikan seni internasional di Seoul pada tahun 2010 yang bertujuan untuk menilai kembali dan mendorong pelaksanaan lebih lanjut dari Road Map (UNESCO, 2010).

Dari apa yang sudah menjadi kesepakan para pakar pendidikan seni tingkat internasional tersebut ditegaskan bahwa pendidikan seni tidak hanya untuk mengembangkan kemampuan seni saja tetapi lebih jauh digunakan untuk mengembangkan kemampuan individu lainnya.

Realitas di lapangan jauh berbeda dengan yang diharapkan. Di lapangan, dalam proses pembelajaran seni di sekolah cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional. Pembelajaran hanya berfokus pada pembelajaran seni secara umum tanpa ada keterkaitan dengan fenomena yang berkembang di masyarakat. Ketika masyarakat dunia sudah sibuk dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi sehingga disebut era masyarakat pengetahuan, di saat perhatian yang semakin besar pada industri kreatif dan industri budaya, berikut implikasinya, terutama terhadap: kekayaan dan keanekaan ragam budaya, pendidikan kreatif, entrepreneurship, technopreneurship, rumah produksi. Pada saat budaya akan saling

mengimbas dengan segala implikasinya, utamanya terhadap: karakter, hukum, kriminologi, dan media, pembelajaran seni tetap saja masih berkutat pada bagaimana melukis, bagaimana membuat motif, bagaimana menyusun komposisi yang sebenarnya kurang memiliki nilai tambah dalam kehidupan masyarakat. Pendidik seni belum berfikir akan dijadikan apa karya yang dihasilkan oleh peserta didik. Apakah pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik mampu untuk menopang kebutuhan hidup mareka kelak? Pertanyaan inilah yang harus dijawab oleh para pendidik seni dalam menghadapi perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Ini salah satu kelemahan dan masalah yang harus dipecahkan para pendidik pada umumnya dan terutama guru seni di tanah air.

Di sisi lain, diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015 menjadikan ASEAN sebagai kawasan bebas pergerakan barang, layanan, investasi, tenaga kerja dan modal. Kondisi ini menjadikan kawasan ASEAN menjadi kawasan pasar dan produksi tunggal yang akan menjadikannya sebagai kawasan yang lebih dinamik dan kompetitif. Sebagai salah satu Negara anggota ASEAN, Indonesia harus mengambil langkah yang diperlukan untuk mampu turut berkompetisi memperebutkan peluang yang ditawarkan oleh MEA. Indonesia terlibat aktif dalam pembahasan MEA didasari atas keyakinan akan kemanfaatan yang dapat diraih dalam upaya memajukan dan menyejahterakan rakyatnya melaui pertumbuhan ekonomi yang bermakna. Untuk mencapai harapan diatas diperlukan masyarakat yang memiliki daya kreatif yang tinggi, berfikir inovatif dan mempunyai daya produktif yang tinggi. Hal inilah yang menjadi persoalan internal bangsa yang harus segera dibenahi, karena tingkat kreatifitas, inovasi dan daya produktifitas masyarakat Indonesia cenderung lemah.

Guna membantu memecahkan masalah yang dihadapi negara ini maka sebuah keharusan bagi guru seni untuk mengembangkan pembelajaran agar mampu mencetak generasi yang berkarakter kreatif, inovatif dan produktif

521

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

sebagaimana tuntutan masyarakat Indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain dalam MEA. Pendidik, terutama guru seni harus mampu mengarahkan pola pikir peserta didik agar tidak sekedar mampu berproses dan menghasilkan sebuah karya seni tetapi lebih jauh bagaimana menghasilkan karya yang memiliki nilai tambah. Pendidikan dan Pembelajaran Seni Rupa

Pembelajaran seni rupa merupakan sebuah proses belajar yang sudah terarah dan terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar seni rupa secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar tentang kesenirupaan. Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah segala kegiatan untuk membelajarkan peserta didik pada bidang seni rupa secara umum dan tidak mengikuti model- model pembelajaran tertentu.

Dalam konsep pendidikan seni di sekolah umum, baik itu SMP maupun SMA tidak terdapat tujuan khusus dari masing-masing cabang seni, karena semua cabang seni dikemas dalam satu mata pelajaran yang disebut dengan Pendidikan Seni Budaya. Konsep dasar dari pendidikan seni dijabarkan sebagai berikut:

Konsep Pendidikan Seni Sebagai Dasar Pemikiran Penyelenggaraan Pendidikan Seni di Sekolah Umum (formal).

Dalam kurikulum 2004 yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tampaknya mulai ada perubahan kearah perbaikan posisi pendidikan seni. Pendekatan ini mempertegas arah pembelajaran kepada kompetensi yang diharapkan serta memperlihatkan proses pembelajaran berdasar pentahapan kompetensi. Pada tahun 2006 mulai diterapkan kurikulum baru tahun 2006 yang dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam pendidikan seni terjadi perubahan nama menjadi SBK (Seni Budaya dan Keterampilan), sedangkan di tingkat sekolah menengah dikenal dengan sebutan Seni Budaya. Pendidikan seni dalam kurikulum ini menekankan isi pembelajaran ialah apresiasi dan

kreasi dengan menekankan pada materi seni lokal, nasional dan mancanegara.

Pada dasarnya pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri peserta didik secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses kegiatan pada peserta didik yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan pertumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan peserta didik dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan atau di luar kelas. Dengan demikian pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran (seni rupa,musik, tari, dan teater). Masing-masing mencakup materi sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni, keterampilan berkarya seni serta berapresiasi dengan memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat (Diknas, 2004:3).

Fungsi dan tujuan pendidikan seni adalah menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, dan beradab, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, ketrampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi dan dalam memamerkan dan mempergelarkan karya seni. Sedangkan pada pengorganisasian materi pendidikan seni menggunakan pendekatan terpadu, yang penyusunan kompetensi dasarnya dirancang secara sistemik berdasarkan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu, ditekankan di dalam sistem pendidikan seni diharapkan seni bisa membawa sebuah visi dan misi kehidupan damai pada masyarakat pluralisme di Indonesia, agar tidak terjadi benturan budaya antara satu dengan lainnya.

Prof. Soedarso SP., MA., mempertegas bahwa mengenali secara baik hasil karya seni, orang akan mengagumi para penciptanya, karena

522

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

seni memiliki aspek regional dan juga universal sifatnya, maka seni dapat memupuk kecintaan bangsa sendiri sekaligus sesama manusia (Soedarso1990:80). Pernyataan itu mengajak para pemikir pendidikan dapat mempertimbangkan secara lebih serius antara kompetensi regional seni budaya yang dimasukkan sebagai bagian dari sistem pengajaran disekolah-sekolah umum, khususnya seni tradisional (Muatan lokal), yang keberadaannya memiliki arti untuk menghormati keragaman seni yang banyak tumbuh di Indonesia sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah menunjukan keanekaragaman budaya kita tetapi tetap satu.

Dengan demikian pendidikan seni bukan untuk menjadikan peserta didik menjadi seniman terampil, tetapi tempat untuk memberikan wawasan kebangsaan tentang seni tradisi yang dipelajarinya guna menjunjung nilai-nilai luhur warisan budaya Indonesia, yang artinya dapat menghindari benturan budaya, agama, suku, mencegah tawuran peserta didik, bersikap jujur, disiplin, taat hukum, memiliki sikap sportivitas, menghargai sesama terhadap perbedaan dan menghindari perbuatan yang bertentangan dengan norma agama seperti kenakalan remaja dan narkoba.

Melihat kepada kenyataan yang ada, secara teori yang telah terencana dalam kurikulum pendidikan seni, nampak bahwa seni dalam pendidikan di sekolah umum sudah menjadi tanggung jawab kita bersama. Meskipun tujuannya hanya untuk mengembangkan kemampuan apresiasi para peserta didik, namun implikasinya sangat luas bagi arti pendidikan di Indonesia saat ini.

Pendidikan Seni Sebagai Bagian Integral dari Pendidikan

Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui

permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya, bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan. Melalui kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan mengulang setiap aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan keinginan terhadap seni.

Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Sebagai contoh adalah pada pendidikan Seni Rupa yang mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa.

Menurut Sofyan Salam (2006), meskipun seni secara alamiah merangsang timbulnya pengalaman estetik, pengalaman estetik sebagaimana yang ditegaskan oleh John Dewey, dapat muncul dalam semua bidang yang digeluti manusia. Memecahkan persoalan matematika, berkebun, menemukan teori baru, atau melukis dapat menjadi sumber pengalaman estetik. Dengan perspektif yang luas tentang sumber pengalaman estetik ini, maka sebaiknya pemberian pengalaman estetik menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Pandangan semacam ini menjadi dasar pijakan Herbert Read mengajukan tesis bahwa semestinya pendidikan bertujuan untuk mencetak seniman. Istilah “mencetak seniman” yang dikemukakan oleh Herbert Read tersebut bermakna proses pendidikan sebaiknya mengembangkan potensi peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang indah dan memberi kepuasan. Sesuatu yang diciptakan itu dapat berwujud ide atau karya, dapat bersifat teoretis maupun praktis. Orang yang mampu menciptakan sesuatu yang indah dan memuaskan pastilah merupakan orang yang terampil, sensitif, dan

523

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

penuh imajinasi. Karena itu ia layak disebut seniman.

Implikasi dari pandangan Herbert Read sangat mendasar. Bila diikuti dengan serius, maka pendidik akan menilai keberhasilan peserta didik pada keartistikan, daya imajinasi, dan koherensi karya yang diciptakannya. Lebih jauh, guru yang menganut pandangan Herbert Read akan mengembangkan kurikulum yang mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang menghargai keorisinalan, tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga dalam matematika, sejarah, ilmu pengetahuan alam, atau olah raga. Pendidikan estetik berdasarkan pandangan Herbert Read mencakupi keseluruhan program sekolah.

Guru pelaksana pendidikan seni adalah guru bidang studi lulusan lembaga pendidikan tinggi keguruan seni. Sekalipun pada pelaksanaan pengajaran seni ia tidak banyak berintervensi pada kegiatan seni anak-anak, ia hanya memancing ide anak-anak yang pada suatu saat bisa diminta memberi contoh oleh anak-anak, atau tempat anak-anak berkonsultasi seperti saat mereka sedang menghadapi kesulitan (Garda 1985:11).

Pendekatan seni dalam pendidikan adalah sebagai bentuk pendidikan seni sebagai upaya pewarisan dan sekaligus pengembangan atas beragam seni kepada anak didik. Kesenian yang telah dimiliki masyarakat agar tidak punah tetapi justru menjadi berkembang, Oleh karena itu anak didik perlu dididik agar pandai dalam bidang seni yang pada gilirannya dapat dihasilkan calon-calon seniman yang handal. Pendidikan melalui seni adalah bentuk pendidikan seni yang digunakan sebagai upaya, sarana, alat atau media pencapaian sasaran pendidikan secara umum. Melalui pendidikan seni diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif.

Pembelajaran Entrepreneurial

Entrepreneurial adalah kata sifat, berjiwa entrepreneurial di artikan seseorang yang memiliki bersifat entrepreneur (kewirausahaan)

dan dalam hal ini entrepreneur dihubungkan dengan sebuah pendekatan pembelajaranan maka yang dimaksud dengan entrepreneurial adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang mengikuti langkah dan sifat kewirausahaan.

Entrepreneurial sebenarnya adalah suatu pola pikir yang mengarah pada sifat kewirausahaan yang kreatif, inovatif dan produktif serta memiliki keberanian untuk menghadapi resiko dalam setiap langkahnya. Pranata (2014) Pembiasaan untuk menerapkan pola pikir entrepreneurial pada gilirannya akan menghasilkan sumberdaya manusia yang peka terhadap peluang, kreatif, inovatif, berani menhadapi resiko, bersifat terbuka dan produktif. Dalam model pembelajaran entrepreneurial mengikuti langkah kerja entrepreneurhsip menggunakan pola memutar dengan 5 tahapan belajar yang satu sama lain saling berkaitan.

Dalam siklus belajar berbasis kewirausahaan, terdapat 5 tahapan belajar yang satu sama lain saling berkaitan yaitu: Eksplorasi, perencanaan, pengerjaan, komunikasi dan refleksi.

a) Tahapan Eksplorasi : Peserta didik berlatih mencari dan menggali informasi, fakta-fakta, masalah agar dapat menemukan hal pokok yang harus dipelajari lebih focus. Hal pokok tersebut akan mengarah pada kemungkinan - kemungkinan untuk berinovasi. Proses ini juga memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mempelajari pola, sistem atau konsep yang ada. Pada tahap ini pendidik memiliki peran untuk mengarahkan peserta didik dengan cara menciptakan disain belajar dengan tahapan- tahapan yanh sistematis dengan tidak mengurangi kesempatan siswa untuk berlatih menemukan kesempatan dan mampu membaca peluang. peserta didik diberi kesempatan untuk membuat interpretasi sendiri dan mengaitkan konsep satu dengan konsep lain dan mengambil suatu simpulan.

524

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

Eksplorasi Refleksi Perencanaan Mengkomunikasikan Pengerjaan Gambar 2.2.

Entrepreneurial learning cycle

b) Tahap Perencanaan : Setelah menemukan fokus yang akan dikembangkan serta memahami model atau sistem yang ada peserta didik mencari inspirasi untuk menemukan model/sistem baru. Pengertian baru tidak selalu 100% baru. Tapi mungkin saja ada beberapa faktor yang diganti dengan apa yang ditemukan atau diciptakan sendiri. Jadi dari model yang sudah ada, peserta didik mengembangkan hal yang baru. Itulah salah satu prinsip membuat inovasi. Dasar dari ini semua adalah sikap kreatif dan berani mencoba

Dalam dokumen PROSIDING RIEE 2016 VOL 2 (Halaman 115-126)