• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEADAAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN SEBELUM

2.4 Aktivitas

Informasi awal mengenai perdagangan di Asahan dapat diketahui melalui

Dagregister VOC di Malaka, pada tanggal 15 Juni 1641 yang isinya sebuah galyun

(galyung)27 dari Jepara membawa muatan garam meminta surat pas kepada VOC di Malaka untuk pergi ke Asahan yang saat itu dipimpin oleh Sultan Raja Mohamad Rumsyah (Marhom Sei Banitan/Marhom Gagap) sebagai Sultan Asahan yang

kedua.28

Sultan ini menetap di Sei Banitan yang kemudian menikah dengan Puteri Bendahara (Encik Samidah), dari hasil pernikahannya ini kemudian mereka dikarunuiai tiga orang anak Abdul Jalil Syah, Raja Paduka dan Raja Kecil Besar. Selama pemerintahan Raja Rumsyah, Kesultanan Asahan menjalin hubungan baik dengan VOC. Setelah mangkatnya Raja Rumsyah, maka tahta kesultanan diberikan kepada Abdul Jalil Syah. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Syah, Yamtuan Riau, Raja Haji, kawin dengan puteri Asahan dan sebagai mas kawinnya dihadiahkan

27

Galyun atau galyung adalah kapal perang VOC yang biasanya juga digunakan sebagai kapal dagang dengan memuat hasil-hasil komoditas yang diperdagangkan oleh VOC. Lihat C.R. Boxer, Jan Kompeni: Dalam Perang dan Damai 1602-1799 Sebuah Sejarah Singkat Tentang Persekutuan Dagang Hindia Belanda, terj. Bakri Siregar, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1983, hlm. 31.

28

Tengku Luckman Sinar Basarshah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan: Tanpa Penerbit, 2007, hlm. 119.

kapal penjajap “Bulang Linggi” yang kemudian menjadi kapal komando untuk menyerang VOC di Malaka, kemudian pada tahun 1763 Kesultanan Asahan

membantu Siak untuk menyerang VOC.29 Penduduk Batubara turut dalam pasukan

Raja Haji menyerang VOC di Malaka dan pada tanggal 4 Februari 1857 membakar

pinggiran benteng VOC di Malaka.30

Sebelum adanya konflik antara kekuasaan Melayu di Siak dan Semenanjung Malaya dengan VOC, perdagangan VOC di Malaka selalu menjalin hubungan dagang dengan baik kepada daerah-daerah ataupun kerajaan yang ada di Sumatera Bagian Utara. Wilayah-wilayah yang menjalin hubungan dengan VOC adalah Aceh, Asahan, Batu Bara, Rokan, Deli, Ujung Salang dan lainnya. Namun, setelah adanya konflik, kapal-kapal yang berlayar ke Malaka untuk melakukan dagang dengan VOC di berhentikan secara paksa oleh pembesar-pembesar kerajaan dari Selangor. Ini membuktikan bahwa para pembesar tersebut sangat anti terhadap VOC, jika kapal- kapal yang diberhentikan melawan maka muatan yang diangkut dikapal tersebut akan dirampas dan dibunuh awak kapalnya. Biasanya kapal-kapal yang datang dari utara Pulau Sumatera termasuk Asahan selalu membawa beras, lada dan lainnya untuk

diperdagangkan ke VOC di Malaka.31

29

Kathirittamby-Wells, J, ‘Strangers’ and ‘Stranger-Kings’: The Sayyid in Eighteenth- Century Maritime Southeast Asia”, dalam Journal of Southeast Asian Studies, 40(3), pp 567–591 October 2009, hlm. 577.

30

Op. cit., hlm. 120.

31

Reinout Vos, Gentle Janus, Merchant Prince: The VOC and the Tightrope of Diplomacy in the Malay World, 1740-1800, Leiden: KITLV Press, 1993, hlm. 94-95.

Informasi berikutnya mengenai aktivitas perdagangan di Asahan adalah laporan perjalanan John Anderson sebagai utusan Pemerintahan Inggris di Penang pada tahun 1823. Pada saat itu Asahan beserta negeri-negeri yang ada di Pantai Timur Sumatera telah mengekspor lada dengan jumlah yang besar yakni 17.000 sampai 18.000 pikul, lada didapatkan dari pedalamam Batak dan sebagian para pembudidaya

Melayu di sepanjang Pantai Timur Sumatera.32

Sebelumnya pada tahun 1819, para pemimpinDeli, Serdang,

danAsahanmembukakorespondensi denganPemerintahan Inggris di Penang, yangmenunjukkan keinginanuntuk meningkatkanhubungandengan Pemerintahan Inggris di Penang, dan ketika itu PemerintahBelandatelahmenaklukkan Riau, Malaka,

danPadang, danPemerintah Belanda berusahamungkin untukmerebut

kekuasaanpelabuhanyang terdapat di Sumatera untuk meningkatkan perdagangan, itu dianggap dapat mengancam kedudukan penguasapribumi.Penguasa pribumi seperti Deli, Serdang dan Asahan menganggap lebih menguntungkan menjalin hubungan dengan Pemerintah Inggris di Penang jika dibandingkan dengan Pemerintah

Belanda.33

Jumlahladayang diekspor dariPantai TimurSumatrakePenang, Malakadan Singapura, selama tahun1824, berjumlah 60.000pikul, jumlah ini belum banyak mengalami perubahan. Lada di Pantai Sumatera Timur didapatkan dari pelabuhan

32

Anderson, Acheen..., op. cit., hlm. 173-174.

33

yang ada di Langkat, Bulucina, Deli, danSerdang; tetapidalam jumlah kecillada juga

telahdieksporakhir-akhir inidariPercut, Padang, Tanjung, Silau, danAsahan.34

Perdagangan di Asahan telah menurun jika dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi di Asahan masih terdapat sekitar 80 perahu berbagai ukuran milik Kesultanan Asahan, yang hilir mudik membawa hasil bumi dari Asahan untuk dikirim ke Pemukiman Inggris, Malaka dan daerah-daerah Melayu lainnya yang berdekatan dengan Asahan. Banyak perahu dari Batubara yang datang langsung ke

Asahan untuk mengangkut beras dan padi.35

34

Ibid., hlm. 199-200.

35

Ibid., hlm. 205.

Asahan selalu menimpor garam, candu dan kain sutera berwarna biru dan putih yang kemudian diperdagangkan di pedalaman Batak serta beberapa bubuk musiu untuk keperluan Kesultanan Asahan. Namun, masih banyak lagi barang-barang komoditas yang diimpor di Asahan seagaimana yang diimpor di Deli dan tempat- tempat lainnya.

Daftar Barang-barang yang di Impor Melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan pada Tahun 1823

No Produk

Harga per Satuan Harga (dollar) Satuan

1 Kain Sutera berwarna Biru dan

Putih 2 Corge

2 Kain Cita 2 Corge

3 Karpet 2 Corge

4 Candu 1 Bal

5 Garam 4 Koyan

6 Bubuk Mesiu 2 Koyan

Sumber: John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra,

London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm. 206

Daftar barang-barang yang diimpor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagian besar dikonsumsi atau dipesan secara khusus untuk keperluan Kesultanan Asahan seperti Bubuk mesiu untuk persenjataan, karpet untuk hiasan istana, dan kain sutera atau kain cita yang dipesan untuk keperluan pakaian keluarga Kesultanan Asahan. Selain dikonsumsi oleh istana, kain sutera juga di perjual belikan untuk masyarakat pedalaman batak begitu juga dengan garam.

Selain mengimpor, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan juga melakukan aktivitas ekspor, hasil-hasil ekspor dari Kesultanan Asahan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.

Daftar Barang-Barang Yang Diekspor Melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan Pada Tahun 1823

No Produk

Harga per Satuan

Harga (dollar) Satuan

1 Kayu laka atau Kayu

Celup 1½ Pikul

2 Rotan 10 Laksa

3 Kacang-kacangan 10 100 gantang

4 Padi 1 25 sampai 30 gantang

5 Beras 1 12 sampai 15 gantang

6 Lilin 32 Pikul

7 Tikar 12 Corge

8 Kuda 10 sampai 20 Ekor

9 Budak (Perempuan) 40 Orang

10 Budak (Anak-Anak) 20 Orang

11 Budak (Laki-Laki Tua) 12 sampai 15 Orang

Sumber: John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra,

London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm. 206.

Daftar tabel ekspor di atas menunjukkan bahwa banyaknya komoditas- komoditas yang dihasilkan di Kesultanan Asahan yang kemudian diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan seperti kayu celup atau kayu laka yang merupakan komoditas yang banyak dijumpai tidak hanya di Asahan tetapi di tempat lainnya. Rotan, padi dan beras yang merupakan komoditas terbesar jika dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya di Pantai Sumatera Timur, begitu juga halnya dengan budak namun sejakpenghapusan perbudakandiPenangdanMalaka perdagangan budak dari Asahan dibatasi, ditahun-tahun sebelumnya perdagangan budak di Asahan mencapai

300 jiwa dimana jumlah yang paling besar adalah budak perempuan. Budak-budak didapat dari peperangan, ketika Asahan membutuhkan budak maka Sultan Asahan

berpura-pura untuk melakukan permusuhan dengan daerah pedalaman36

Selain komoditas-komoditas yang disebutkan di atas, terdapat beberapa lagi komoditas yang di hasilkan dari Kesultanan Asahan yakni biji timah. Biji timah di Asahan walaupun dalam jumlah yang sedikit, namun setiap tahunnya secara periodik selalu mengekspor biji timah ke Malaka dengan VOC.

sehingga Asahan merupakan tempat terbesar penghasil budak di Pantai Timur Sumatera, serta Asahan mengekspor lilin, tikar dan kuda.

37

Biji timah di Asahan didapatkan dari dataran yang lebih tinggi di sekitar Bandar Pasir Mandoge. Biasanya

Sultan memperkerjakan orang-orang Cina untuk melakukan penambangan.38

Selain hasil budidaya, ada hasil hutan yang cukup melimpah di sini yakni buah-buahan dari berbagai jenis buah. Buah yang didapat dari hutan dibawa oleh orang-orang Batak yang datang dari pedalaman. Buah yang dibawa kemudian

Serta tanaman budidaya lainnya yang diekspor di Asahan adalah lada, walaupun tidak ditanam dalam jumlah yang cukup banyak, petani Melayu dan pedalaman Batak dari tahun ke tahun tetap membudidayakan tanaman ini. Padi, kacang-kacangan dan tembakau adalah komoditas yang cukup berlimpah di sini, dengan melimpahnya hasil ini, maka Asahan dijadikan tempat persediaan dari beberapa daerah di sekitar Pantai Timur Sumatera dan daerah seberang.

36

Anderson, Mission...., op. cit., hlm. 321.

37

Reinout Vos, op. cit., hlm. 7.

38

diperdagangkan di hilir dengan penduduk Melayu yang berada di pesisir maupun dengan para pedagang yang datang dari pemukiman inggris di Penang serta pedagang yang datang dari sekitar wilayah asahan untuk berdagang. Buah-buahan ini tidak dapat diekspor karena mengingat cepat busuknya buah-buahan tersebut maka,

dikonsumsi saat itu juga.39

39

BAB III

PERKEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN

1865-1942

Bab ini membahas bagaimana perkembangan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan setelah berada ke dalam kekuasaan Kolonial Hindia Belanda. Diawali dengan penetrasi Belanda di Asahan. Dengan jatuhnya Asahan ke tangan Belanda, maka segala kegiatan perekonomian termasuk aktivitas pelabuhan berada dalam pengawasan Belanda yang memberi dampak bagi pelayaran di Asahan. Perkembangan ini kemudian berdampak pada pembangunan sarana dan prasarana serta pengelolaan pelabuhan itu sendiri. Dalam bab ini juga dibahas bagaimana cukai, pelayaran serta perusahaan dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan serta aktivitas- aktivitas ekspor dan impor pelabuhan seperti, komoditas, tujuan dan asal serta volume dan nilai.

Dalam dokumen Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942. (Halaman 44-52)

Dokumen terkait