• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan dan Struktur Organisasi

Dalam dokumen Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942. (Halaman 67-75)

BAB II KEADAAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN SEBELUM

3.4 Pengelolaan dan Struktur Organisasi

Pengelolaan Pelabuhan di Tanjung Balai secara modern pada zaman Kolonial Belanda pertama-tama dapat diketahui dari adanya kantor pajak impor dan ekspor serta kantor cukai yang dibangun pada tahun 1881. Kantor-kantor ini

62

Ibid., hlm. 83.

63

dibangun juga di Labuhan Deli, Tanjung Pura, Labuhan Bilik, Rantau Panjang dan

Pulau Gontong.64

Meskipun pembangunan kantor-kantor duane (pajak ekspor-impor) sudah ada di setiap pelabuhan di Hindia Belanda, namun pelabuhan-pelabuhan yang ada hanya dikelola sebagai sarana eksploitasi untuk kepentingan ekonomi dan tidak dikelola dengan baik sebagai pelabuhan yang dapat dikomersilkan. Setelah dalam jangka waktu yang lama pemerintah Hindia Belanda kemudian menemukan cara yang paling cocok untuk mengelola pelabuhan-pelabuhan di Hindia Belanda yaknimeniru model yang diterapkan Nederlandyang dalam mengelola pelabuhan sesuai dengan perkembangan manajemen pelabuhan-pelabuhan di negara-negara Eropa. Untuk merealisasi pandangan itu, maka pada tahun 1910 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan Direktur Pekerjaan Umum Kotamadya Rotterdam, kota yang memiliki pelabuhan internasional yang modern, yaitu G.J.de Jongh dan Y Kraus seorang insyinyur ahli dari s-Gravenhage untuk memberikan ceramah-ceramahnya tentang managemen pelabuhan modern di Surabaya.

Kantor-kantor ini mempunyai fungsi sebagai pos duane, yaitu tempat pemeriksaan perahu-perahu atau kapal-kapal beserta muatannya baik yang masuk ataupun keluar akan dikenakan pajak atau cukai.

65

64

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1881 No. 101. Lihat juga Besluit van den Gouverneur- Generaal van Nederlandsch-Indie van den 10 April 1881 No. 8.

65

Wouter Coll C.I., “Nederlandsch-Indische havenraden”, dalam Koloniale Studient, 4de Jaargang, deel I, 1920, hlm. 14. Lihat juga Sutejo K. Widodo, Ikan Layang Terbang Menjulang: Perkembangan Pelabuhan Pekalongan Menjadi Pelabuhan Perikanan 1900-1990, Semarang: Badan Penerbit UNDIP dan Toyota Foundation, 2005, hlm. 42.

Dalam hal ini bukan hanya Pelabuhan Surabaya yang kemudian dikelola secara modern, tetapi juga pelabuhan-pelabuhan besar lain seperti Makasar, Tanjung Priok, Semarang, dan Belawan. Dalam perkembangannya kemudian penerapan manajemen modern juga dilakukan di pelabuhan-pelabuhan kecil seperti Cirebon,

Cilacap, Tegal, Pekalongan, Menado, termasuk Tanjung Balai Asahan.66

Di samping memberikan jalan keluar bagi masalah manajemen pelabuhan, ceramah-ceramah itu juga memberikan masukan bagi masalah yang bersifat teknis. Masalah teknis dan masalah manajemen pelabuhan menurut mereka memiliki kaitan yang sangat erat. Dengan berlandaskan pada contoh-contoh yang telah diterapkan di Nederland ditentukan bahwa barang-barang komoditas tidak harus dibawa ke kantor dan gudang/ruang duane lagi, tetapi justru sebaliknya pegawai-pegawai duane harus berjalan mendatangi dan memeriksa barang-barang yang disimpan di gudang-gudang

di lapangan pelabuhan (haven terein).67

Khusus mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan manajemen pelabuhan disarankan bahwa pelabuhan hendaknya tidak semata-mata dijadikan sebagai pelayan bagi kepentingan pemerintah kolonial sehingga tidak memiliki daya kreativitas untuk berkembang. Pelabuhan hendaknya memiliki dasar komersial dalam operasinya. Hal ini bukan berarti pelabuhan harus menghilangkan sifat pelayaran umumnya, tetapi harus dikelola secara profesional dan komersial sebagaimana sebuah

66

Sutejo K. Widodo, Ibid.

67

perusahaan tanpa harus mengesampingkan profit oriented, sekaligus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada inisiatif pihak swasta.

Sampai tahun 1913 eksploitasi pelabuhan di Hindia Belanda termasuk Pelabuhan Tanjung Balai Asahan masih dikelola secara sederhana. Dinas terpenting yang berada di pelabuhan adalah sebagai berikut:

1. De Dienst van den Waterstaat en ‘s-land burgerlijke openbare werken (dinas pekerjaan umum, pemeliharaan jalan, jembatan, tanggul dan lain-lain) yang berfungsi membangun dan memelihara obyek-obyek pelabuhan.

2. Dienst Scheepvaart (dinas pelayaran) dan in- en uitvoerrechten dan

accijnezen. Dinas pelayaran ini misalnya memberi tugas kepada syahbandar

pengaturan lalu lintas dan tempat berlabuh kapal.68

Setelah tahun 1913, semua pelabuhan yang berada di Hindia Belanda berada di bawah naungan Departemen Pekerjaan Umum (BOW), yang di Sumatera Timur menempatkan satu orang direktur pelabuhan yakni Direktur Pelabuhan Belawan. Direktur Pelabuhan Belawan membawahi beberapa kepala-kepala pelabuhan (syahbandar) yang ada di Sumatera Timur, salah satunya adalah kepala Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Selain direktur dan kepala pelabuhan, masih terdapat

68

Agustinus Supriyono, Buruh Pelabuhan Semarang: Pemogokan-pemogokan pada Zaman Kolonial Belanda, Revolusi, dan Republik 1900-1965, Semarang: Badan Penerbit UNDIP dan Toyota Foundation, 2007, hlm. 70-71.

beberapa instansi-instansi lain yang berkewajiban untuk mengelola dan pengusahaan

pelabuhan yakni:69

1. Departemen Pekerjaan Umum (BOW), yang menempatkan seorang

direktur pelabuhan di pelabuhan-pelabuhan besar di Hindia Belanda. Dalam kasus ini BOW menempatkan direktur Pelabuhan Belawan yang wilayah kerjanya juga meliputi pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya, antara lain Labuhan Bilik, Bandar Khalifah, termasuk Tanjung Balai Asahan. Tugas dari direktur pelabuhan antara lain membuat perencanaan pembangunan pelabuhan, pemeliharaan, eksploitasi dan perluasan pelabuhan.

2. Departement der Marine atau Departemen Kelautan, yang menempatkan

seorang Havenmeester (syahbandar) dengan tugas-tugas sebagai berikut:

a. Menyediakan dan mengatur tempat berlabuh bagi kapal-kapal yang

datang dan mengatur pemberangkatan.

b. Menyediakan penerangan di wilayah pelabuhan.

c. Menyediakan kebutuhan akan air, khususnya untuk kapal-kapal.

d. Menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah pelabuhan, khususnya

di wilayah perairan pelabuhan.

3. De Dients der Staatsspoorwegen (dinas kereta api), yang berkepentingan dalam pembuatan dan pengoperasian jaringan jalan kereta api di wilayah

pelabuhan atau spoorwegenplacement, yang di Pelabuhan Tanjung Balai

69

Nederlandsch-Indische Havens, Deel I, Departement Der Burgerlijke Openbare Werken, Mededeelingen en Rapporten (Batavia, 1920), hlm. 174. Lihat juga op. cit., hlm. 71-72.

Asahan menempatkan perusahaan kereta api Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Perusahaan ini memonopoli pengangkutan hasil-hasil panen perkebunan di Sumatera Timur termasuk di Asahan yang kemudian diangkut ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

4. Der Dients der In- en Uitvoerrechten en Accijnzen (Dinas pajak ekspor dan

impor serta cukai) dari Departement Financien (Departemen Keuangan),

yang menempatkan pegawai-pegawainya untuk memeriksa, menghitung dan memungut pajak serta mengatur penyimpanan barang-barang di gudang-gudang dalam wilayah pelabuhan. Sejak tahun 1915 penyimpanan barang-barang di gudang tidak diurus lagi oleh pegaai-pegawai duane, tetapi diserahkan kepada pemerintah yang dilaksanakan oleh pengelola

pelabuhan (havenbestuur) yang kemudian untuk sebagian besar disewakan

kepada swasta, termasuk dalam pengelolaannya.

5. Dewan Daerah (Locale Raad), yang mengurusi masalah-masalah yang

berhubungan dengan pelabuhan seperti membuat peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan pelabuhan.

6. Departement Binnenlandsch Bestuur (Pemerintahan Dalam Negeri), yang mengurusi pembebasan lahan untuk dibangun pelabuhan, maupun perluasan pelabuhan. Sejak tahun 1917 departemen ini sudah terlepas sama sekali dari urusan pelabuhan, karena tanah-tanah pelabuhan telah diserahkan secara resmi kepada Departement BOW.

Dari poin-poin di atas, dapat diketahui bahwa susunan perusahaan atau organisasi pelabuhan tidak hanya terdapat instansi-instansi pemerintah tetapi juga swasta untuk pengelolaan dan pengusahaan serta pengembangan pelabuhan. Atas dasar ini, maka diperlukan suatu wadah yang dapat menjalin kerja sama lebih erat lagi agar dapat dilakukan pengelolaan secara integral. Di pelabuhan-pelabuhan besar di Hindia Belanda, agar tercipta pengelolaan secara modern, maka dibentuklah suatu

komisi yang kemudian disebut dengan Komisi Bantuan (Commissie van Bijstand).

Komisi ini berfungsi sebagai dewan musyawarah dan pertimbangan dalam pengembangan pelabuhan. Untuk wilayah Sumatera Timur, dimana terdapat pelabuhan besar yakni Pelabuhan Belawan, maka secara struktur yang menjadi ketua komisi ini untuk wilayah Pelabuhan Belawan dan pelabuhan-pelabuhan kecil lainnya yang berada satu kawasan adalah direktur Pelabuhan Belawan. Anggota-anggotanya

terdiri dari havenmeester (syahbandar), pegawai tinggi dari dinas ekpor-impor dan

cukai, dewan lokal, perwakilan perusahaan swasta yakni perusahaan perdagangan dan pelayaran, perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan ke pelabuhan seperti

perusahaan kereta api, dan firma-firma asing yang berkebangsaan Belanda.70

1. Direktur Pelabuhan Belawan sebagai ketua, dan beranggotakan:

Berkaitan penjelasan di atas, maka susunan komisi bantuan yang terdapat di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah sebagai berikut:

2. Walikota Gemeente Tanjung Balai.

70

3. Pejabat dari Departement Financien yang mengawasi ekspor-impor dan bea cukai.

4. Havenmeester (syahbandar) Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

5. Perwakilan dari Konninklijk Paketvaart Maatschappij.

6. Perwakilan dari Deli Spoorweg Maatschappij.

7. Perwakilan dari firma dagang Guntzel en Schumacher.

Pejabat-pejabat yang mengisi komisi ini seperti pada poin 1 sampai 4 adalah

pejabat Belanda yang berkedudukan di Sumatera Timur maupun gemeente Tanjung

Balai, sedangkan untuk nomor 5 sampai 7 adalah orang-orang terpenting dari perusahaan-perusahaan swasta. Walaupun tidak memiliki wewenang secara

operasional, Commissie van Bijstandmempunyai peranan yang sangat penting dan

strategis dalam usaha pengembangan fisik pelabuhan, perdagangan dan pelayaran di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Komisi ini juga telah banyak membantu memajukan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dalam hal ekspor dan impor baik volume maupun nilai ekspor dan impornya. Selain itu, komisi ini juga membantu Pelabuhan Tanjung Balai Asahan untuk memperluas areal pelabuhan.

Di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan juga terdapat beberapa bidang usaha

atau divisi-divisi seperti bidang pertanahan (Grondbedrijf) yang terdiri dari

pemeliharaan bidang tanah pelabuhan, pemeliharaan jalan, pemeliharaan bangunan dan tempat tinggal. Bidang pengairan yang terdiri dari retribusi air, pemeliharaan

pipa air (looppijpen), distribusi air, khususnya untuk kapal-kapal, serta yang terakhir

gudang dan lapangan penimbunan barang, pemeliharaan gudang entrepot, dan

penerangan dan penjagaan gudang.71

3.5 Cukai, Pelayaran dan Perusahaan Pelabuhan

Dalam dokumen Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942. (Halaman 67-75)

Dokumen terkait