• Tidak ada hasil yang ditemukan

Onderneming

Dalam dokumen Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942. (Halaman 114-119)

BAB IV PERAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN 1865-

4.3 Onderneming

Berkembangnya daerah Sumatera Timur menjadi wilayah perekonomian perkebunan akibat dari adanya politik pintu terbuka yang memudahkan para investor untuk membuka perusahaan maupun perkebunan di Sumatera Timur. Perkembangan ini menjadikan wilayah Sumatera Timur yang sebagian besar merupakan wilayah

perkebunan dikenal sebagai cultuurgebied. Sebagai wilayah yang sebagian besar

merupakan wilayah perkebunan manakala mulai berproduksi, maka diperlukan pelabuhan-pelabuhan yang memenuhi syarat untuk standar pelayaran. Salah satu

pelabuhan yang memenuhi syarat untuk dilakukannya pelayaran adalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

Salah satu komoditas utama pada pertengahan abad ke-19 adalah tembakau. Tembakau ditanam di wilayah-wilayah Langkat, Deli, Serdang dan Asahan. Tembakau yang ditanam di wilayah Asahan jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain seperti Deli. Penanaman tembakau yang sedikit di Asahan tidak mengubah peran Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai pelabuhan ekspor dan impor pelabuhan karena pada tahun 1889 dengan kapal “SS Asahan” milik perusahaan pelayaran Norddeutsche Lloyd mengekspor tembakau

sebanyak 161 ton ke Bremen, Jerman.94 Peran Pelabuhan Tanjung Balai Asahan

sebagai pelabuhan pengekspor tembakau semakin menurun karena wilayah Asahan

merupakan tanah liparitik yang sebenarnya tidak cocok untuk ditanami tembakau.95

Penanam tembakau yang gagal di Asahan membuat pengusaha perkebunan mencari tanaman pengganti. Tanaman pengganti yang cocok untuk wilayah Asahan adalah tanaman karet. Tanaman karet ditanam karena permintaan akan karet di dunia sedang tinggi yang dibarengi dengan pertumbuhan industri otomotif di Amerika dan Eropa. Pada awal abad ke-20, sebagian besar perkebunan yang berdiri di Asahan merupakan perusahaan perkebunan karet.

94

Singgih Tri Sulistiyono, The Java Sea Network: Patterns in the Development of Interregional Shipping and Trade in the Process of National Economic Integration in Indonesia, 1870- 1970, Semarang: Badan Penerbit UNDIP – Toyota Foundation, 2003, hlm. 130.

95

Wilayah-wilayah yang cocok ditanami tembakau adalah wilayah yang membentang mulai dari Sungai Wampu di Langkat hingga Sungai Ular di Serdang. Lihat Karl Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, terj. J. Rumbo, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1985, hlm. 74-75.

Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai sarana pengiriman hasil-hasil produksi perkebunan tentu saja memiliki peran yang sangat besar. Peran itu semakin diperkuat dengan kehadiran perusahaan Amerika yakni Hollandshe Amerikasche Plantage Maatschappij (HAPM) yang memiliki emplasemen di Pelabuhan Tanjung

Balai Asahan. Luas emplasemen yang dimiliki HAPM adalah kurang lebih 400 M2.96

Selain perusahaan HAPM yang menjadikan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai pelabuhan ekspor hasil-hasil produksinya, ada juga perusahaan

lainnya seperti Serbadjadi Maatschappij yang memiliki onderneming karet di Asahan

seperti onderneming Sungai Kupas dan onderneming Hanna. Onderneming Sungai

Kupas memiliki lahan seluas 757 ha dan sampai tahun 1937 telah memproduksi karet

sebanyak 499.705 kg, sedangkan onderneming Hanna memiliki lahan seluas 660 ha

dan sampai tahun 1937 telah memproduksi karet sebanyak 650.246 kg. Semua hasil-

hasil produksi dari onderneming Sungai Kupas dan onderneming Hanna diekspor

melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

HAPM menunjuk Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai tempatpengiriman hasil- hasil produksinya karena pertimbangan letaknya yang berdekatan dan pertimbangan biaya.

97

96

Verslag van de Kleine Havens in Nederlandsch-Indie over het jaar 1923, Weltevreden: Landsdrukkerij, 1925, hlm. 14.

97

Th. P.C.J. Op. De Coul, Serbadjadi 1909-1938: De Geschiedenis Der Naamlooze Vennootschap Sumatra Rubber Cultuur Maatschappij, Amsterdam: Drukkerij Holland N.V., 1938, hlm, 44.

Berdasarkan penyelidikan Slotemaker, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan

merupakan pelabuhan pertama di Sumatera Timur yang mengekspor karet.98

Selain sebagai pelabuhan yang berperan sebagai pengerkspor hasil-hasil perkebunan, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan juga berperan sebagai pelabuhan pengimpor kebutuhan maupun perlengkapan dan peralatan perkebunan. Peralatan dan perlengkapan yang menunjang untuk operasional perkebunan adalah pupuk, bahan kimia untuk penelitian perkebunan, mangkuk lateks, serta perlatan-peralatan mesin untuk mengolah hasil panen.

Ini menandakan bahwa perkebunan karet yang pertama kali berproduksi di Sumatera Timur adalah di wilayah Asahan. Hal ini juga menguatkan peran Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai pengekspor hasil-hasil perkebunan karet di Sumatera Timur. Keterangan dari perusahaan HAPM dan Serbadjadi menunjukkan bahwa Pelabuhan Tanjung Balai Asahan merupakan pelabuhan yang cukup baik sehingga kedua perusahaan ini menjadikan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai mitra dalam pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut.

99

Onderneming lainnya yang menjadikan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai tempat pengekspor hasil produksinya adalah Gunong Melayu Plantation. Co.

Onderneming tersebut merupakan onderneming yang menanam dan mengusahakan tanaman gambir. Gambir tumbuh subur di wilayah Asahan. Hasil-hasil produksi

98

C.G. Slotemaker, De Bevolkingsrubbercultuur in Nederlandsch-Indie, VI, Riouw en Onderhoorigheden, Ooskust van Sumatra en Atjeh en Onderhooringeden, Weltevreden: Landsdrukkerij, 1926, hlm. 17-18.

99

gambir yang dikelola oleh perusahaan ini sangat prestisius dan melimpah setiap

tahunnya.100 Produksi gambir pada tahun 1908 sebesar 3,5 juta kg yang dikirim

melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Hal ini dipilih karena pertimbangan

ekonomis serta jarak yang lebih dekat jika harus dikirim ke Pelabuhan Belawan.101

Komoditas lainnya yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah teh. Teh yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah milik

perusahaan teh Haboko.102

Komoditas ekspor lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah komoditas kelapa sawit. Pada abad ke-19, kelapa sawit ditanam karena meningkatnya bahan baku untuk memproduksi mentega dan sabun di Eropa dan Amerika, dengan demikian berkembang pula industri ekspor kelapa sawit.

Perusahaan ini menggunakan jasa pengangkutan kereta api DSM yang kemudian dibawa ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Komoditas teh di Sumatera Timur hanya dikirim melalui dua pelabuhan yakni Pelabuhan Belawan dan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

103

100

J. Gordon Parker, Asahan Genuine Gambier, London: A. Runge & Co., 1913, hlm. 3.

101

Ibid., hlm. 9.

102

Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over Het Jaar 1939, hlm. 249.

103

Panangian, op. cit., hlm. 72.

Keadaan ini menarik simpati pemerintah Kolonial Belanda yang membuka kesempatan besar bagi investor maupun perusahaan swasta untuk menanamkan modalnya maupun membuka perkebunan yang baru yakni perkebunan kelapa sawit.

Pada tahun 1911 telah berdiri beberapa perusahaan minyak kelapa sawit yang besar di Sumatera Timur. Sejak saat itu, wilayah Sumatera Timur menjadi salah satu penghasil kelapa sawit yang terbesar di dunia disamping Afrika bahkan melampauinya.Produksi minyak kelapa sawit tahun 1925-1940 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, sehingga sampai tahun 1939 produksi minyak kelapa

sawit di Sumatera Timur mencapai 251.000 ton.104

Besarnya produksi minyak kelapa sawit membawa dampak yang positif bagi aktivitas ke pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Artinya, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan memiliki peran dalam mengekspor kelapa sawit itu sendiri.

Berdasarkan verslag van de handelsvereeniging te medan tahun 1940, Pelabuhan

Tanjung Balai Asahan merupakan pelabuhan pengekspor minyak kelapa sawit

terbesar ketiga di bawah Pelabuhan Belawan dan Pelabuhan Labuhan Bilik.105

Dalam dokumen Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942. (Halaman 114-119)

Dokumen terkait