• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEADAAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN SEBELUM

2.3 Pengelolaan

2.3.2 Keamanan

Keamanan bagi pedagang-pedagang yang ingin melakukan kegiatan bongkar muat maupun kegiatan penunjang lainnya di pelabuhan sangat penting, baik itu di darat maupun di perairan (laut dan sungai). Pelabuhan yang aman akan banyak dikunjungi para pedagang dari daerah lain karena terjamin barang-barang yang ingin dipasarkan sehingga dapat menguntungkan kedua pihak. Tanjung Balai sebagai pelabuhan wajib memberikan perlindungan dan keamanan bagi pedagang-pedagang yang ingin mengunjungi Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Masalah keamanan, Kesultanan Asahan sudah melakukan beberapa tindakan atau kebijakan yang dijalankan pada saat itu, seperti berita Anderson yang menyebutkan:

“ Several suggestions were made by the chiefs of Asahan for the improvement of the commerce between these states and the British Settlements, and for the purpose of checking that extensive system piracy which prevails at present. There are annually fleets of pirate prahus, which come up from Rhio and Lingin, and lie in wait for the defenceless prahus, plundering them of all they possess, and murdering or carrying away as slaves all on board. The principal object, so much desired by them, is the establishment of a small force at the Island of Pankour, near the Dindings, the favourite resort of pirates in these straits. The chiefs of Asahan as well as all the Rajah’s along the coast, particularly requested the agent to solicit the protection of the Pinang Government to their prahus in that quarter. Immense numbers of human lives are annually sacrificed, and valuable property is lost, by the attack of these merciless marauders, who lie in wait in the creeks and rivers, and issue out when they observe a favourable opportunity for attack. During the prevalence of the strong north-west wind, in October and November, the prahus from Delli, Langkat, and other ports to the northward, are generally driven down to the Sambilang Islands, and are obliged to coast along Perak Shore to this places. A small military post, therefore, would afford protection to their trading prahus, whish are frequently in want of repairs and water, and dare not venture near these islands, unless compelled by stress of weather; and it would give great encouragement and stimulus to other.”25

“Beberapa tawaran yang dibuat oleh para pembesar di Asahan adalah untuk peningkatan perdagangan antara Asahan dengan Pemerintahan Inggris, dan tujuan yang lainnya adalah untuk mengontrol sistem bajak laut yang berlaku saat ini. Setiap tahunnya ada perahu bajak laut, yang datang dari Rhio dan Lingin, dan menunggu setiap perahu yang lewat, menjarah semua yang mereka miliki, dan membunuh dan membawa orang yang terdapat di kapal untuk dijadikan budak. Objek utama, begitu banyak diinginkan oleh mereka, adalah pembentukan kekuatan kecil di Pulau Pankour, dekat Dindings, resor favorit bajak laut di selat tersebut. Para pembesar Asahan serta semua raja di Pantai Timur Sumatera meminta agen untuk meminta perlindungan bagi perahu-perahu perdagangan kepada Pemerintah Inggris di Penang. Setiap tahunnya banyak korban jiwa melayang, dan kehilangan harta benda oleh serangan perompakan tersebut tanpa ampun yang selalu menunggu di anak sungai dan sungai, dan mengamati untuk kesempatan menyerang. Lazimnya, ketika kekuatan angin utara-barat, pada Oktober dan November, perahu- perahu dari Deli, Langkat, dan pelabuhan-pelabuhan lainnya yang Terjemahan:

25

terletak di bagian utara, umumnya wajib berteduh ke Pulau Sambilang jika bertujuan ke Pantai Perak. Sebuah pos militer kecil, oleh karena itu, akan memberi perlindungan untuk prahus perdagangan mereka, yang mana untuk melakukan perbaikan dan mencari air, dan tidak berani mendekati pulau ini jika tidak karena terpaksa akibat gangguan cuaca, dan itu akan memberikan dorongan besar dan stimulus untuk lainnya.”

Kutipan di atas menceritakan bahwa, beberapa tawaran telah diberikan oleh para pembesar Asahan untuk melakukan perbaikan di sektor perdagangan antara Asahan dengan Pemerintah Inggris di Penang, yang salah satu isinya adalah melakukan patroli di Selat Malaka terhadap pembajak-pembajak laut yang selama ini meresahkan para pedagang yang datang dari Penang, Semenanjung Malaya maupun Singapura begitupun sebaliknya. Perahu-perahu yang ditumpangi para pembajak laut tersebut datang dari Riau dan Lingin (Semenanjung Malaya) dan mereka selalu menunggu di perahu untuk membajak perahu-perahu yang lewat untuk mengambil harta benda dan muatan yang mereka bawa serta membunuh dan membawa budak- budak yang ada di atas kapal.

Tempat yang dijadikan markas oleh para pembajak tersebut adalah Pulau Pankour dekat Dindings, merupakan tempat favorit para pembajak. Para pembesar Asahan dan raja-raja yang berada di Pantai Timur Sumatera meminta bantuan Pemerintah Inggris untuk menjalin kerjasama mengamankan perahu-perahu yang datang dari Pantai Timur Sumatera tujuan ke Penang dari ancaman para pembajak laut. Hal ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa serta perampasan harta benda lagi olah pembajak laut yang menunggu di sungai dan anak sungai. Kejadian ini banyak terjadi ketika terjadi angin utara-barat selama Oktober hingga

November. Masa ini merupakan ramai-ramainya perahu dari Deli dan tempat-tampat lain di utara Pantai Timur Sumatera.

Atas terjalinnya kerjasama antara para pembesar di Pantai Timur Sumatera dengan Pemerintah Inggris yang ada di Penang maka, dibangunlah pos militer kecil yang dapat mengontrol para pembajak laut yang selama ini mengancam nyawa dan kehilangan harta benda para pedagang yang lalu lalang di daerah ini. Para pedagang dengan adanya kebijakan ini maka dengan merasa aman mereka dapat singgah di pulau-pulau kecil di kawasan Selat Malaka yang selama ini ditempati oleh para pembajak, dengan aman para pedagang dapat beristirahat, melakukan perbaikan perahu serta mencari air bersih untuk melepaskan dahaga para pedagang, yang sebelumnya mereka tidak berani untuk mendekati pulau-pulau tersebut karena bahaya yang mengancam terkecuali mereka terpaksa berteduh di pulau-pulau tersebut karena keadaan cuaca yang tidak menentu dan arah angin yang mengharuskan perahu

mereka berlabuh di pulau-pulau ini.26

Keterangan di atas merupakan usaha Kesultanan Asahan serta pembesar- pembesar lainnya yang ada di Sumatera Timur untuk memberikan keamanan bagi pedagang-pedagang maupun perahu-perahu yang hilir mudik di kawasan Selat Malaka. Khususnya, Kesultanan Asahan yang menangani secara langsung Pelabuhan Tanjung Balai Asahan di bawah pimpinan Syahbandar wajib memberikan keamanan untuk para pedagang yang berkunjung ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Dengan

26

Cerita atau peristiwa bajak laut di Selat Malaka juga di bahas oleh Tengku Luckman Sinar Basarshah, “Kisah Lanun dan Bajak Laut di Selat Melaka Abad ke-19” dimuat Harian Waspada pada tanggal 22 Februari 1998.

demikian para pedagang tidak perlu khawatir lagi karena sudah ada pos pengamanan yang dapat menyelamatkan nyawa mereka dan juga menyelamatkan harta-benda yang mereka bawa untuk diperdagangkan.

Dalam dokumen Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942. (Halaman 40-44)

Dokumen terkait