• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntansi Berdasarkan Biaya Kini (Sekarang)

Dalam dokumen TEORI AKUNTANSI (Halaman 108-113)

AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA

2. Akuntansi Berdasarkan Biaya Kini (Sekarang)

Konsep biaya kini (current cost) juga disebut sebagai biaya penggantian (replacement cost). Pertama kali konsep ini dikenal oleh Edward Bell 1961, yang sebenarnya merupakan analisis lebih lanjut atau koreksi dari angka laba menurut konsep biaya historis (historical cost).

Ada beberapa konsep tentang nilai kini, yaitu:

1). Kapitalisasi,

3). Current exit price, dan

4). Kombinasi ketiga metode sebalumnya.

Current cost yang dimaksud di sini adalah current entry price bukan current exit price. Current entry price menunjukkan jumlah kas atau aktiva lain yang dibutukan untuk memperoleh aktiva yang sama atau ekuivalennya. Current entry price diartikan pula sebagai harga pokok pengganti (replacement cost) dan biaya reproduksi (reproduction cost).

Replacement cost adalah jumlah kas atau aktiva lain yang dibutuhkan untuk memperoleh ekuivalen aktiva di pasar aktiva bekas yang masih mempunyai umur ekonomis. Sedangkan reproduction cost adalah jumlah kas atau aktiva lain yang dibutuhkan untuh memperoleh aktiva lain yang sejenis (aktiva pengganti) yang mempunyai kapasitas yang sama dengan aktiva yang ada.

Akuntansi Biaya sekarang bertujuan untuk mengukur laba periode tertentu dengan mempertahankan modal semula. Modal diukur atas dasar kapasitas operasi atau kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa dengan kuantitas yang sama dengan kapasitas atau kemampuan modal sebelumnya. Akuntansi biaya sekarang mengharuskan semua sumber ekonomik yang dikonsumsi atau dikeluarkan dari unit usaha diganti dnegan sumber ekonomik yang memiliki fungsi dan kemampuan yang sama atau lebih besar. Untuk mempertahankan modal, bagaimana modal diukur pada akhir periode untuk dibandingkan dengan modal pada awal periode.

Terdapat tiga dasar pengukur biaya sekarang dalam kaitannya dengan perubahan harga, yaitu:

1. Biaya Pengganti 2. Nilai jual sekarang

Penggunaan akuntansi biaya kini dikaitkan dengan tujuan utama akuntansi, yaitu: untuk menyediakan informasi agar keputusan-keputusan masa lalu dapat dievaluasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terutama bagi manajemen.

Namun demikian tetap disadari bahwa informasi-informasi aktual pada periode tetentu juga berguna bagi kreditor dan investor yaitu dalam rangka mengevaluasi kinerja manajemen.

Edward dan Bell (1961) mengemukakan bahwa kebutuhan akan informasi terkini sebagai bahan untuk pengambilan keputusan menyebabkan akuntansi biaya kini menjadi sebuah keharusan. Edward dan Bell mengumukakan hal tersebut karena terdapat tiga asumsi biaya historis yang sekaligus merupakan kelemahan pada akuntansi biaya historis.

1. Uang sebagai skala pengukuran dianggap mempunyai nilai stabil, yang berarti nilainya tidak berubah. Padahal kenyataannya nilai uang selalu berubah tidak pernah stabil dalam suatu periode.

2. Realisasi atau kenaikan aktiva bersih dari hasil operasi sebagai kondisi pengakuan pendapatan. Pada hal pendapatan tersebut diperoleh (earned) pada setiap mata rantai kegiatan perusahaan, tidak hanya pada saat realisasi.

3. “The unitary income statement” tidak memisahkan laba akibat operasi dengan laba rugi dan penimbunan (holding gains and losses). Pada hal pendapatan maupun laba yang dihitung berdasarkan biaya historis sebenarnya mengandung dua unsur kenaikan, yaitu kenaikan nilai aktiva yang berasal dari kenaikan harga dan kenaikan aktiva yang berasal dari kegiatan operasi.

Dasar harga perolehan atau biaya historis memang berguna, tetapi tidak cukup untuk mengevaluasi keputusan manajemen karena biaya historis tidak berkaitan lagi dengan peristiwa sekarang. Pada saat perolehan dasar biaya historis penting karena masih merupakan biaya berlaku, tetapi menjadi tidak penting pada waktu ynag lain. Sebab nilai

pada saat harga-harga cenderung naik mengakibatkan pendapatan pengurangan modal secara tidak disadari. Hal ini juga dapat terjadi oleh pembayaran deviden yang melebihi laba yang dihitung berdasarkan konsep biaya kini sehingga terjadi divestasi.

Perubahan arti ekonomik fasilitas fisik yang dimiliki perusahaan sebagaimana yang ditunjukkan biaya kini (harga perolehan kini) menjadikan harga perolehan historis tidak memadai lagi untuk kepentingan manajemen, pemilik maupun pihak berkepentingan lainnya. Khususnya untuk kepentingan penentuan beban pendapatan periodik dan laba bersih periodik.

Biaya kini merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kelemahan penggunaan biaya historis. Beberapa keunggulan dari biaya kini merupakan alasan mendukung penggunaan pendekatan biaya kini.

Keunggulan penggunaan biaya kini adalah:

1. Harga perolehan sekarang (kini) dapat menyediakan ukuran efesiensi yang lebih baik. Misalnya biaya depresiasi yang ditentukan atas dasar biaya kini dan bukan biaya historis akan memberikan ukuran efesiensi operasi yang lebih baik. Seorang manajer yang menggunakan aktiva lebih baru dengan biaya lebih besar berarti prestasinya kurang baik dibanding dengan manajer perusahaan sejenis yang lebih tua dan lebih rendah harga perolehannya, sebab manajer ini mempunyai beban depresiasi yang lebih rendah.

2. Harga perolehan kini merupakan ukuran yang paling wajar untuk menaksir kemampuan potensial aktiva potensial yang ada di perusahaan.

3. Harga perolehan kini dapat menyatakan adanya „pemeliharaan modal fisik‟ yaitu perubahan modal karena kenaikan nilai aktiva fisik, tidak dari transaksi.

4. Harga perolehan kini menyediakan informasi yang lebih baik bagi penaksiran aliran kas sepanjang harga jual erat kaitannya dengan biaya.

Kritik terhadap konsep biaya kini datang dari dua pihak yaitu dari pendukung historical cost dan dari pendukung exit price. Pendukung historical cost menolak konsep biaya kini terutama karena melanggar kebiasaan pengakuan laba dan pendapatan. Pengakuan menurut biaya kini menimbulkan masalah yaitu subjektivitas dalam penentuan biaya atau nilai, sedang pendukung exit price menyatakan bahwa dalam konsep biaya kini termasuk di dalamnya opportunity cost atau pengorbanan alternative terbaik. Padahal pendukung exit price, opportunity cost terbaik sebenarnya adalah nilai pasar. Karena nilai pasar menunjukkan opportunity apabila aktiva yang bersangkutan dijual.

Secara lebih terperinci beberapa argumentasi yang menentang pendekatan biaya kini adalah:

1. Penggunaan biaya kini adalah subyektif karena sangat sulit menentukan harga perolehan kini secara pasti setiap saat.

2. Pemeliharaan modal fisik bukan ukuran akuntan tetapi merupakan fungsi manajemen untuk menjamin bahwa modal tidak berubah.

3. Harga perolehan kini belum pasti merupakan harga pasar yang wajar dan belum pasti mencerminkan manfaat aktiva potensial.

Di samping kelemahan di atas, pendapat yang mengatakan bahwa depresiasi harus didasarkan nilai ganti untuk menjamin pengumpulan dana yang cukup untuk mengganti aktiva tetap pada saat umurnya habis mengandung kelemahan atau pertanyaan yang serius. Bukanlah tujuan utama dilakukan depresasi adalah untuk mengalokasikan harga perolehan ke produksi atau pendapatan secara wajar? Depresiasi dan akumulasi depresiasi tidak mempunyai hubungan langsung dengan pengumpulan data untuk pembelian aktiva tetap baru. Dengan penjelasan ini pengkritik konsep biaya kini mengatakan bahwa dalam penerapannya pengguna konsep biaya kini dengan pendekatan revisi secara terus-menerus menimbulkan banyak persoalan dalam praktik. Persoalan-persoalan tersebut mungkin sekali menimbulkan biaya yang lebih besar dari manfaatnya.

BAB 4

TEORI AKUNTANSI NORMATIF: KERANGKA

Dalam dokumen TEORI AKUNTANSI (Halaman 108-113)