• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zaman Prasejarah

Dalam dokumen TEORI AKUNTANSI (Halaman 55-59)

LINGKUNGAN PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI

1. Zaman Prasejarah

Boleh dikatakan bahwa sejarah akuntansi dimulai sejak manusia mengenal uang dan pencatatan. Berarti sejak awal akuntansi selalu dikaitkan dengan uang. Sarana mencatat waktu itu dapat berwujud batu, tanah liat, daun, kayu dan lain-lain. Dengan demikian sejarah akuntansi dengan cara mencatat semacam itu sudah dikenal orang sejak lama. Akuntansi sederhana yang prinsipnya adalah adanya catatan yang menyangkut hitungan uang seperti tersebut di atas dimasukkan dalam periode prasejarah. Vernon Kam (1986) berpendapat bahwa zaman pra sejarah dimulai peradaban kuno yang menunjuk kepada Mesir, Babilonia-Sumeria, Yunani dan Romawi Kuno.

Akuntansi dimulai dengan penentuan catatan keberadaan gudang di Mesir kuno sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Masa kini disebut dengan Egyption Period atau periode Mesir kuno. Di Mesir pada masa itu ditemukan store house atau gudang yang berisi emas, persediaan kebutuhan pokok, biji-bijian, ternak, tekstil dan kekayaan lainnya. Otoritas pemerintahan (raja) saat itu memberikan keharusan bagi bendaharawan Negara sebagai administratornya untuk membuat laporan harian kepada wazir (perdana menteri) dan selanjutnya perdana menteri melaporkannya secara bulanan kepada raja. Hal yang sama juga berlaku di daerah yang berada dalam kekuasaan penguasa wilayah atau gubernur. Beberapa penulis mengidentifikasikan bahwa zaman Mesir kuno sebagai poros tempat berputarnya perdagangan dan

a. Zaman Mesopotamia

Mesopotamia adalah daerah di sekitar Baghdad, negeri Irak, termasuk Babilonia, Asiria dan Sumeria. Zaman Mesopotamia disebut juga zaman Babilonia (Babylonia Period) yang periodenya dimulai hampir bersamaan dengan peradaban Mesir kuno 3000 tahun SM (Kam, 1986) sampai 1000 SM. Peradaban Babilonia kemudian dikenal sebagai pembentuk sistem bahasa tulisan tertua dan pembuat catatan tertua (Brown dalam Belkaoui, 2000).

Pada waktu itu sudah ada perdagangan dan sudah ada pencatatan sederhana dalam bentuk tablet dari tanah liat yang diberi tanda berupa titik-titik sebagai tanda dari angkayang disebut clay.

Kumpulan dari tablet-tablet tersebut disebut “clay envelops” yang berfungsi untuk mengungkapkan secara simbolis nilai asset dan transaksi ekonomis. Pencatatan di sini bertujuan untuk mencatat pemilikan atas suatu kekayaan. Sehingga perubahan jumlah kekayaan setiap periode bisa diketahui. Pencatatan semacam ini juga sudah dilakukan di Mesir dalam sejarah Mesir kuno.

Menurut Orville Keister sebagaimana dikutip Kam (1986) disebutkan bahwa untuk mencatat transaksi terdapat 2 macam 2 tablet, yaitu tablet penerimaan dan tablet pengeluaran. Dalam tablet penerimaan dicatat informasi sebagai berikut:

a. Jumlah dan jenis uang atau barang yang diterima.

b. Nama yang menyerahkan atau memberikan item tersebut.

c. Nama yang menerima.

d. Tanggal penerimaan.

Sedangkan dalam tablet pengeluaran dicatat aliran keluar dari entitas tersebut yang terdiri atas daftar uang/kekayaan yang digunakan.

b. Zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno

Pada masa Yunani dan Romawi kuno kegiatan pencatatan terkait pada kegiatan rumah ibadah dan rumah tangga entitas (perusahaan), tetapi belum banyak dilakukan yang terkait pada tingkat negara.

Sekitar 1000 tahun SM di Yunani ditemukan koin sebagai alat pertukaran. Penggunaan koin sebagai alat pertukaran ini memberikan dampak positif bagi akuntansi walaupun belum begitu berarti. Pada saat itu pemerintah membagi secara adil pendapatan yang diterimanya ke para bendaharawan. Secara spesifik catatan bendaharawan berisi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir. Kemudian menyusul penemuan bahwa pada masa kerajaan Athena sekitar tahun kelima masehi di Mesir (yang pada waktu itu merupakan sebuah propinsi bagian kerajaan) sudah terdapat sekumpulan catatan yang disebut Zenon Papyri. Zenon Papyri adalah seorang manajer dari perusahaan estat Appoloneus. Catatan yang ditemukan tersebut merupakan koleksi system pertanggungjawaban yang sekaligus sudah mulai terlihat upaya mendeteksi adanya kecurangan dari inefisiensi.

Menyusul zaman Yunani kuno adalah zaman Romawi Kuno.

Dalam perdaban Romawi kuno ditemukan bahwa secara hukum pembayar pajak harus membuat laporan posisi keuangan. Dalam laporan keuangan tersebut terlihat adanya hak sipil. Hak sipil tergantung pada tingkat kekayaan yang dinyatakan oleh warga Negara (pembayar pajak) dalam posisi keuangan tersebut (Berkoui, 2000). Pada zaman Romawi kuno juga ditmukan bahwa seorang arsitek pada awal era Kristiani menilai gedung tidak hanya sebesar cost (harga perolehan) gedung saja tetapi harus dikurangi dengan seperdelapannya setiap tahun. Berarti pada masa ini sudah dikenal dengan adanya proses depresiasi dan selanjutnya terakumulasi sebagai pengurang cost gedung dalam penilaian yang bersangkutan.

c. Zaman Cina

Di Cina, negara sudah melaukan praktik akuntansi sejak lama.

Pada zaman Dinasti Chou (1122 SM – 256 SM) akuntansi sudah

digunakan sebagai alat untuk membantu perencanaan, untuk pertimbangan dalam ekspansi wilayah negara, untuk mengatur negara dan sebagainya. Pada waktu itu Cina dikenal sebagianya. Pada waktu itu Cina dikenal sebagai negara feodal expansionist sehingga diperlukan penggunaan akuntansi sistem dana, sistem pajak yang didapat dari daerah jajahan dan asset di berbagai daerah. Setiap catatan dikontrol secara periodic: 10 hari, lalu 30 hari dan kemudian di-review setiap tahun. Selanjutnya dilakukan penelitian oleh staf yang ditunjuk sekaligus untuk mengetahui mereka yang tidak patuh. Pencatatan dimaksudkan untuk tujuan pengelolaan fiskal dan moneter dalam rangka pertanggungjawabannya (stewardship). Dalam peradaban Cina tersebut dikembangkan akuntansi yang berguna dalam mengelola negara, yang kemudian terkenal dengan pengembangan akuntansi pemerintahan.

d. Zaman Manorial di Inggris

Zaman Manorial dikenal pula sebagai zaman feodalisme. Zaman Manorial adalah berjayanya para tuan tanah di daratan Eropa umumnya dan Inggris khususnya para tuan tanah mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat. Ada tuan tanah kecil, tuan tanah sedang sampai ke tuan tanah besar dan tuan tanah yang tertinggi ada di tingkat kerajaan. Tuan tanah kecil bertanggung jawab ke tuan tanah yang lebih tinggi sehingga muncul stewardship system (sistem pertanggungjawaban kepada atasan). Stewardship system dikenal juga dengan metode metode charge and discharge. Pada waktu itu akuntansi digunakan oleh tuan tanah (sebagai penguasa) hanya untuk mencatat pendapatan yang diperolehnya dari pajak rakyat dan mencatat pengeluaran kebutuhan pribadinya. Pelaporan semacam ini sebagai pertangungjawaban tuan tanah kecil kepada atasannya. Pencatatan ini menyangkut dua aspek, yaitu aspek fiskal-fiskal dan moneter dengan menggunakan single entry system. Saat tuan tanah melapor ke tingkatan yang lebih tinggi diadakan hearing untuk mendekatkan dengan peserta pertemuan (audience).

Berarti pada saat hearing tersebut ada control dari audience. Di sini

audience ini adalah pada pengecekan beberapa steward (pengelola atau pengurus) di berbagai tingkat. Masa Manorial ini berlangsung pada abad 11 dan 12.

Di belahan lain pada masa itu, pada abad 11 dan 12, di Italia akuntansi berfungsi sebagai catatan atas pengeluaran dari kapal-kapal dagang yang pergi melakukan perdagangan serta catatan atas pendapatan yang diterimanya dalam perdagangan serta catatan atas pendapatan yang diterimanya dalam perdagangan. Dalam hal ini belum ada asumsi yang dicatat terbatas pada pengeluaran dan penerimaan selama pelayaran yang kemudian dianggap kegiatan tersebut selesai, tidak berkesinambungan dengan kegiatan sebelumnya atau sesudahnya. Selisih penerimaan dan pengeluaran tersebut disebut keuntungan (bila lebih besar penerimaannya) atau kerugian (bila lebih besar pengeluarannya) dari kegiatan perdagangan atau usaha. Berarti pada waktu itu terlihat sudah ada konsep kesatuan usaha dan terlihat bahwa laporan laba rugi lebih dipentingkan daripada mengetahui posisi keuangan. Laporan laba rugi merupakan laporan untuk mengetahui kinerja. Walaupun dalam hal ini pengakuan laba atau rugi masih mendasarkan pada asumsi dasar kas (cash basis).

Dalam dokumen TEORI AKUNTANSI (Halaman 55-59)