• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERTUNJUKAN BARONGSAI DI KOTA TEBING TINGGI

3.6 Pendukung Pertunjukan

3.6.1 Alat alat Musik Barongsai

Dalam setiap pertunjukan apapun pastinya ada yang mendukung pertunjukan tersebut. begitu juga dalam pertunjukan barongsai. berikut merupakan yang mendukung pertunjukan barongsai dalam acara ritual dan atraksi barongsai dalam acara hiburan yaitu alat alat musik, pemain barongsai, pemain musik, penonton, panggung, dan kostum.

3.6.1 Alat alat Musik Barongsai

Dalam setiap petunjukan barongsai, tiga alat musik yaitu Tambur, simbal, dan gong selalu ada. Menampilkan, satu orang pemain tambur, dua orang pemain simbal dan satu orang pemain gong. Dalam pertunjukan barongsai, tambur menjadi komando tempo karena sebagai ketukan dasar dalam permainan musik barongsai. (Yudhistira, 2012 : 81) Bangsa Tionghoa membagi alat musik kedalam delapan kategori berdasarkan pembagian oleh Ba Gua, yakni kulit hewan, Labu bambu, kayu, sutra, tanah liat, besi, batu. Yang mengiringi pertunjukan barongsai ialah yang termasuk dalam kategori besi, kayu, dan kulit.

Berikut penjelasan lebih lanjut dari ketiga alat musik barongsai :

Ensambel musik merupakan kombinasi beberapa alat musik yang dimainkan secara bersamaan sehingga menghasilkan suara yang harmonis.

(Pita, 2017 : 71) Kata ansambel berasal dari bahasa prancis yaitu ensambel yang artinya, bersama-sama atau keseluruhan. Dalam ensembel pertengahan abad ke-18

dengan bahasa lain. Dalam terminologi opera modern, 'ensemble' menunjukkan sejumlah musik yang melibatkan apa pun dari dua penyanyi untuk seluruh pemain (dan dalam bahasa Jerman 'das Ensemble' juga berarti personil nyanyian sebuah gedung opera).

Musik barongsai merupakan kategori ensambel karena tiga alat musik yang dimainkan secara bersamaan. Alat musik tambur, simbal dan gong yang merupakan alat musik barongsai memiliki saat memainkannya. Bahwa tiga alat musik tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam tarian barongsai juga diiringi beberapa jenis-jenis alat musik diantaranya alat musik Gendang (Tambur), Simbal (cai-cai), dan Gong (Luo). Alat–alat musik tersebut sangat berperan penting dalam pertunjukan barongsai. Barongsai adalah salah satu jenis seni pertunjukan yang terpusat pada olah gerak tubuh (tari dan bela diri atau akrobatik), menggunakan kostum singa, dan gerakannya mengikuti hentakan ritme yang dihasilkan oleh pemain musik.

Dalam hal ini, penulis membuat perbandingan dari dua karya ilmiah musik barongsai dalam skripsi (Yudhistira 2012 : 105) yang mengatakan bahwa : “musik barongsai pada perayaan Cap Go Meh di Maha Vihara Maitreya dimainkan dengan durasi 210 menit dan menggunakan birama 4/4. Repertoar musik barongsai terdiri dari tiga pola ritme, yakni pembuka, isi, dan penutup. Hasil transkripsi ritmenya, sebanyak 204 birama”.

Sedangkan dalam Thesis (Raulina 2012 : 143) mengatakan bahwa :

“musik barongsai IWLCSCCA dimainkan menggunakan birama 2/4 dengan ketukan pertama diawali dengan pembukaan dengan melakukan gerakan pembuka kemudian dilanjutkan gerakan inti dan diakhiri dengan gerakan penutup. Hasil transkripsi ritmenya, sebanyak 130 birama”.

a. Tambur ( Gendang )

Dalam pertunjukan barongsai, tambur menjadi komando tempo karena sebagai ketukan dasar dalam permainan musik barongsai. Tambur termasuk dalam klasifikasi membranofon barrel yaitu alat musik yang berbentuk bulat

seperti tong atau tabung yang menggelembung dan sumber bunyinya berasal dari kulit. Alat musik tambur terbuat dari kulit lembu sedangkan stik (alat pemukul ) terbuat dari kayu fiber. Stik pemukul tambur dengan gong juga berbeda. Diameter tambur 20 cm dengan tinggi 30 cm dan lebar bagian bawah tambur 16 cm. Dalam pemakaian, alat musik tambur ini bisa dipakai hingga bertahun tahun lamanya.

Semakin lama alat musik ini ada maka suaranya pun semakin bagus karena kulit lembu yang semakin mengering. Oleh sebab itu, alat musik ini bisa dipakai hingga 10 tahun lamanya. Walaupun tergantung dari pemakaian dan perawatan dari alat musik tersebut.

Dalam pertunjukan musiknya, tambur dimainkan oleh satu orang menggunakan sepasang pemukul/stik dari kayu. Bagian yang dipukul dari gendang ini adalah bagian atas yang terbuat dari kulit dan juga bagian sisi luar yang terbuat dari kayu. Rangka utamanya dibuat dari dahan pohon dan permukaannya ditutupi dengan kulit buaya. Banyak bahan dasar yang bisa digunakan untuk membuat genderang. Antara lain adalah genderang kain, tembaga, kayu, batu, dan lain-lain. Sekarang tambur biasanya dibuat dari bahan kayu. Rangka utamanya dibungkus dengan kulit hewan. Bunyi-bunyian yang dihasilkan dengan cara dipukul dengan tongkat kayu.

Dalam memainkan setiap alat musik pasti mempunyai langkah-langkah atau teknik dalam memainkannya. Sama halnya dengan alat musik tambur. Tambur yang dimainkan dengan tangan kanan dan kiri secara bergantian dipukul dengan menggunakan dua stik, mempunyai nama tersendiri. Berikut teknik dari memainkan alat musik tambur :

1. Tambur yang dipukul bagian tengah dengan tangan kanan disebut cang.

2. Tambur yang dipukul bagian tengah dengan tangan kiri disebut Tong.

3. Tambur yang dipukul bagian tengah dengan tangan kanan dan kiri secara cepat disebut double trull.

4. Tambur yang dipukul sekali saja dibagian sisi lingkar kanan dan kiri disebut tak.

5. Tambur yang dipukul dengan cepat secara berulang kali dibagian sisi lingkar kanan dan kiri disebut ter-tak.

6. Tambur yang dipukul dibagian tengah dengan tangan kanan dan tangan kiri menahan stik disebut cik.

Gambar 3.3

Alat musik Gendang/ Tambur

Gambar 3.4

Posisi memainkan alat musik Tambur

Gambar 3.5

Gambar 3.6

Cara memainkan Tambur yang di sebut Ter-Tak

Gambar 3.7

Cara memainkan Tambur yang disebut Cik

Gambar 3.8

Cara memainkan Tambur yang disebut Tong

Gambar 3.9

Cara memainkan Tambur yang disebut Cang

Gambar 3.10

Cara memainkan Tambur yang disebut Double Trull

b. Simbal ( Cai Cai )

Cai-cai biasanya hanya digunakan sebagai instrumen pelengkap. Cai-cai

terbuat dari lempengan logam yang dibunyikan dengan cara memukulkan kedua permukaannya. Bunyinya yang nyaring dapat memberi semangat pertunjukan.

Simbal ( cai-cai ), dalam pertunjukan Barongsai yang dimainkan di Vihara

Avalokistevara. Simbal dimainkan oleh dua orang yang masing-masing memainkan sepasang simbal.

Klasifikasi alat musik ini yaitu concussion idiophone yang merupakan sumber bunyinya berasal dari tubuh instrumen itu sendiri. Concussion idiophone ialah instrumen yang memiliki bentuk ukuran yang sama terdiri dari dua sisi dan dipukul dengan cara disatukan secara bersamaan untuk menghasilkan bunyi tanpa menggunakan tangan atau stik pemukul. Sebagian besar instrumen concussion idiophone tidak memiliki nada yang jelas, tetapi simbal dapat menghasilkan nada

dasar.

Simbal terbuat dari besi yang mempunyai dua bagian yang sama dan dimainkan dengan cara disatukan. Diameter alat musik ini 10 cm. Simbal mengikuti dinamik dari cara bermain tambur. Misalnya, ketika tambur dimainkan dengan pelan dan lembut maka pemain simbal juga harus mengikutinya. Tambur yang dimainkan dengan keras dan kuat maka simbal dimainkan dengan suara yang kuat juga.

Gambar 3.11

Alat Musik Simbal/ Cai Cai

Tambur yang memiliki teknik dalam memainkannya, seperti yang penulis jelaskan diatas. Simbal juga mempunyai teknik dalam memainkannya. Walaupun tidak banyak seperti teknik memainkan tambur. Berikut teknik dalam memainkan alat musik simbal :

1. Kedua simbal yang dibuka disebut cang 2. Simbal yang ditutup kebawah disebut cik

Gambar 3.12

Posisi siap (pembukaan) memainkan alat musik Simbal

Gambar 3.13

Cara memainkan Simbal yang disebut Cang

Gambar 3.14

Cara memainkan Simbal yang disebut Cik

c. Gong ( Luo )

Gong ( Luo ), masuk kedalam kategori alat musik lonceng. Alat ini sering digunakan untuk menambah suasana pesta dalam hiburan dan

perayaan-perayaan rakyat seperti tahun baru Imlek dan lainnya. Pada masa kuno, alat ini dikenal sebagai jin yang menghasilkan bunyi-bunyian tajam dan renyah, hingga bisa mencapai jarak jauh. Alat musik ini dimainkan oleh satu orang menggunakan pemukul/stik.

Gong termasuk kedalam klasifikasi struck idiophone yang berarti alat musik yang sumber bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri tanpa menggunakan senar dan kulit tetapi dengan memakai pemukul baik itu tangan atau stik. Alat musik ini berbentuk bulat memiliki diameter 12 cm dan biasanya mempunyai bulatan kecil ditengah yang disebut dengan pencu. Tetapi, alat musik gong barongsai tidak memiliki pencu ditengahnya.

Gambar 3.15 Alat Musik Gong / Nong

Alat musik ini dimainkan menggunakan satu stik yang terbuat dari kayu.

Gong dimainkan dengan cara dipukul dibagian tengah dengan tangan kanan.

Berikut teknik dari cara memainkan Gong :

1. Gong yang dipukul dengan ujung stik disebut cik.

2. Gong yang dipukul dengan sisi stik disebut cang.

Dalam memainkan alat musik gong, gong mengikuti tempo maupun dinamik dari tambur yang sama halnya dengan simbal.

Gambar 3.16

Posisi memainkan alat musik Gong

Gambar 3.17

Cara memainkan gong yang disebut Cik

Gambar 3.18

Cara memainkan gong yang disebut Cang

Musik yang disajikan dalam barongsai adalah ansambel perkusi, dimana semua alat musik yang digunakan adalah alat musik perkusi seperti tambur, simbal, dan gong. Musik barongsai berasal dari aliran Hoksan Sarpin dari Tiongkok Selatan. Tanpa musik barongsai tidak dapat melakukan gerakan, karena

musik dan barongsai merupakan satu kesatuan. Musik mengikuti setiap gerakan barongsai.

Fu Chunjiang dalam buku Asal Usul Musik Tionghoa yang dikutip oleh

(Sariwati, 2011 : 30) membahas tentang jenis ansambel instrumental Cina yaitu, musik Sizhu (ansambel senar dan alat musik tiup dari bamboo), musik Chuida (ansambel alat musik tiup dan pukul), musik Xiansuo (ansambel berbagai jenis alat musik bersenar), dan musik Luogu (ansambel alat perkusi gendering atau tambur dan gong atau kenong).

3.6.2 Pemain barongsai dan Alat Musik

Semua pemain barongsai dan alat musik tim HSS yang ada di Kota Tebing Tinggi berjumlah 12 orang. Dengan jumlah pemain musik 6 orang, pemain gendang 1 orang, pemain symbal 4 orang, dan pemain gong 1 orang. Sedangkan pemain barongsai berjumlah 8 orang. Tetapi dalam pertunjukan barongsai tim ini biasa

hanya menggunakan 4 orang pemain barongsai dengan 2 kostum singa. 2 orang di bagian kepala dan 2 orang lagi dibagian kaki singa, yang dipertunjukan pada acara hiburan ketika atraksi maupun pawai mengelilingi Kota Tebing Tinggi. 12 orang pemain barongsai tersebut bisa saja berganti ganti menjadi pemain alat musik maupun penari. Terlebih pada penari barongsai pasti bisa menjadi pemain musik.

Karena, penari dalam barongsai harus menjadi pemain musik gendang, simbal, gong terlebih dahulu untuk menghafal setiap ritem yang ada barulah bisa diangkat menjadi penari barongsai.

Pemain barongsai dalam Tim HSS juga kebanyakan dari kalangan masih pelajar.

Narasumber berkata agar anak anak sekolah tidak melupakan kebudayaannya ( khususnya barongsai ) dan tidak punah tetapi tetap terus berlanjut dari generasi ke generasi. Pemain dalam Tim ini bukan hanya orang Tionghoa saja tetapi masyarakat Pribumi juga ada.

a Pemusik

Penulis meneliti empat orang pemain musik barongsai yaitu satu orang pemain tambur, dua orang pemain simbal, dan satu orang pemain gong. Pemain musik tim barongsai HSS yang merupakan tim penelitian dari penulis, mereka adalah anak anak pelajar yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas (SMA). Serta, mereka bukan dari suku Tionghoa saja tetapi ada juga dari masyarakat pribumi yang senang belajar tari dan musik barongsai. Alasan ketua dari tim barongsai HSS memilih anak anak sekolah adalah :

12“ Alasan pertama, seiring dari perkembangan zaman yang semakin canggih agar anak anak zaman sekarang tidak melupakan kebudayaannya sendiri, dan kebudayaan ini terkhususnya barongsai tetap hidup dan ada dari generasi ke generasi.

Alasan kedua, setelah pulang sekolah anak anak punya kegiatan dengan berlatih di Vihara. Karena setiap hari mereka selalu berlatih di Vihara kecuali ada kepentingan mereka tidak latihan”.

3.6.3 Penonton

Masyarakat Tionghoa dan Pribumi yang ada di Kota Tebing Tinggi, banyak yang gemar menyaksikan pertunjukan barongsai. Mereka antusias pada pertunjukan barongsai baik itu pawai barongsai maupun pertunjukan yang

12 Merupakan percakapan antara penulis dengan narasumber yang bernama Kumara Chandra

dilakukan dipanggung dan atraksi barongsai di tonggak pilar. Masyarakat Tionghoa juga berpendapat bahwa barongsai sangatlah menghibur,dan bahkan mereka percaya bahwa barongsai ditampilkan juga menyajikan nilai nilai spritual dan berfungsi untuk menolak bala dan kesialan bagi mereka. Begitu juga dengan masyarakat Pribumi yang ada disana. Pribumi Tebing Tinggi juga sangat terhibur dengan adanya pertunjukan barongsai dan mereka juga selalu ikut menyaksikan atraksi barongsai. Bahkan, masyarakat Pribumi disana juga ada yang percaya bahwa barongsai bukan hanya sekedar hiburan semata bagi mereka. Tetapi mereka juga percaya bahwa barongsai juga bersifat sakral dan mampu memberikan keuntungan kesuksesan dan menolak bala bagi Pribumi di Tebing Tinggi.

3.6.4 Panggung

Di Kota Tebing Tinggi, sebenarnya pertunjukan barongsai tidak sering ditampilkan diatas panggung. Tetapi, disana lebih sering mengadakan pawai / arak arakan barongsai yang mengelilingi Kota Tebing Tinggi. Namun, barongsai juga mau diadakan di depan panggung pada saat acara ritual sembahyang Buddha di vihara dan acara hiburan di rumah rumah sesuai permintaan masyarakat.

3.6.5 Kostum

Dahulu, kostum yang dibuat pada bagian kepala singa ( Sam Sie ) dibuat mengikuti adat istiadat masyarakat Tionghoa dalam bentuk ukirannya.

Warna kostum singa juga dahulu menggunakan beberapa warna saja. Tetapi, pada

masa sekarang ini, ukirannya lebih bersifat modern, dan kostum singa sekarang pun sudah banyak warna yang digunakan mengikuti permintaan masyarakat. Pada saat hari raya Tahun baru China, biasanya model baru kepala tarian singa bertambah pada sambutan Tahun Baru Cina. Kepala singa juga terbagi dua jenis yaitu Fu San (mulut besar) dan He san (mulut muncung seperti itik). Sam Sie memiliki lingkar kepala 135-140 cm, dengan tinggi kepala 60 cm. Walaupun ukuran kepala singa berbeda beda, tetapi ukuran panjang ekor kostum singa tetap sama yaitu dua meter. Tetapi, ada juga kostum singa yang memiliki panjang ekor hingga tiga meter. Sehingga, panjang kostum singa dari kepala ke ekor mau mencapai hingga empat meter.

Kostum yang sering digunakan di Indonesia adalah kostum singa selatan yaitu Fat San dan Hok San. Begitu juga Tim HSS di Kota tebing Tinggi juga menggunakan

kostum singa selatan. Warna kostum yang sering dipakai tim barongsai HSS yaitu : biru, merah dicampur dengan hitam, kuning, pink, dan putih. (Irawan , 2013:53) mengatakan bahwa “warna merupakan ungkapan jiwa dan warna berpengaruh terhadap jiwa”. Warna adalah salah satu unsur seni rupa yang membuat suatu ciptaan para seniman terasa hidup dan lebih ekspresif.

Singa merupakan hewan yang paling dihormati bagi masyarakat Tionghoa dan ada lima lambang warna singa yaitu, kuning, hitam, hijau, merah, dan putih yang merupakan warna kostum barongsai tradisional. Lima warna itu adalah tanda dari lima arah dalam kompas Tiongkok yang memiliki kontrol dan lima unsur kehidupan. Kuning adalah bumi (pusat), hitam adalah air (utara), hijau adalah kayu (timur), merah adalah api (selatan), dan putih adalah logam (barat).

Setiap warna kostum barongsai yang digunakan tersebut mencerminkan keadaan acara apa yang sedang di laksanakan. Pada perkembangan modern kostum barongsai saat ini, terdapat kostum barongsai dengan warna lain seperti biru,

merah jambu dan lain-lain. kostum barongsai dengan warna baru ini tidak memiliki makna tertentu, hanya sebagai keindahan dan atas dasar pertimbangan estetika saja. Beberapa makna lain dari warna kostum singa, yaitu warna kuning merupakan lambang kebijaksanaan, dan warna Kekaisaran seperti halnya di Cina hanya digunakan bagi Kaisar. Warna dasar merah yang bercampur dengan warna hitam melamangakan keberanian, kebajikan dan kesetiaan. Putih yang berarti suci, bersih, jujur, terang, kebenaran dan murni. Sedangkan warna kostum barongsai yang digunakan Tim HSS di Kota Tebing Tinggi yaitu, merah, kuning, biru, putih, dan merah muda.

BAB IV

ANALISIS MUSIK BARONGSAI

4.1 Analisis Musik Barongsai

Dalam pertunjukan barongsai di Kota Tebing Tinggi saat melakukan atraksi, musik mengikuti setiap gerakan dari barongsai/ singa. Seperti gerakan saat singa diam dengan mengedipkan mata, singa sedang tidur, mabuk, marah, sedih, senang, melompat, berjalan, minum dan takut. Berikut dinamika permainan musik barongsai yang mengikuti ekspresi dari singa :

a. Musik barongsai yang dimainkan dengan tempo yang cepat dan bersemangat merupakan ekspresi singa yang sedang bergembira dengan cara berjalan dan melompat.

b. Alat musik barongsai yang dipukul dengan pukulan yang kuat dan tempo yang cepat sehingga menghasilkan suara yang keras merupakan ekspresi singa yang sedang marah.

c. Musik yang dimainkan dengan tempo yang lambat dengan pukulan yang lembut merupakan ekspresi singa yang sedang tidur dan minum.

d. Musik yang dimainkan dengan pukulan yang pelan dan tempo yang lambat merupakan ekspresi singa yang sedang merasa sedih.

e. Sedangkan musik yang dipukul dengan tempo yang lambat dan pelan serta terkadang ketukan irama yang tersentak sentak merupakan ekspresi singa yang sedang ketakutan.

4.2. Transkripsi

Nettl (1964:98) menyatakan bahwa transkripsi adalah proses penotasian bunyi yang merupakan suatu usaha mendeskripsikan musik yang memberikan dua pendekatan, yaitu:

1. menganalisa dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan

2. mendeskripsikan apa yang dilihat dan menulisnya di atas kertas dengan suatu cara penulisan tertentu.

Dari kedua hal di atas untuk dapat memvisualisasikan musik iringan pada pertunjukan barongsai, penulis melakukan transkripsi untuk lebih mudah menganalisisnya terutama pada ritme dan tempo. Sehingga dengan ini dapat membantu kita untuk mengkomunikasikan serta menyampaikan kepada pembaca tentang apa yang kita dengar.

Dalam pentranskripsian penulis menggunakan notasi Barat untuk mempermudah penulisan. Keberadaan musik pengiring dalam pertunjukan barongsai ini sangat penting untuk menghitung tempo gerakan penari barongsai. Analisis hanya dilakukan pada ritme yang dimainkan oleh musik pengiring saja. Akan tetapi, ada tahap awal yang digunakan untuk latihan sebelum mempelajari musik pengiring pertunjukan barongsai, yaitu disebut basic ini harus bisa dimainkan oleh semua pemain musik. Berikut transkripsi basic yang penulis buat dengan menggunakan notasi barat

Ritem Pengiring Barongsai

Transkripsi: Omega Putri Silitonga

4.2.1 Analisis Pola Rytem

Keberadaan musik pengiring dalam pertunjukan barongsai ini sangat penting untuk menghitung tempo gerakan penari barongsai. Analisis hanya dilakukan pada ritme yang dimainkan oleh musik pengiring saja.

Pawai musik barongsai berikut dimainkan dengan durasi sekitar 120 menit, menggunakan birama 4/4 dan penulis mendapat ritme sebanyak 27 birama yang terdiri dari delapan pola ritme. Berikut transkripsi yang penulis buat dengan notasi dari musik barongsai yang digunakan saat pertunjukan barongsai di Kota Tebing Tinggi :

a. Koot Fa Tau

Koot Fa Tau merupakan musik yang dimainkan diawal pertunjukan barongsai, yaitu barongsai membuat penghormatan kepada penonton.

b. Mat Dim

Mat Dim merupakan teknik permainan setelah barongsai melakukan penghormatan. Di bagian ini barongsai melakukan gerakan lompat ditempat sebanyak 2 kali.

c. Soh Dim

Soh Dim merupakan teknik permainan musik saat barongsai melakukan gerakan melangkah maju kedepan.

d. Tam Bo

Tam Bo merupakan musik yang dimainkan saat barongsai mengedipkan mata kanan dan kiri untuk melihat makanan yang disebut Cai Jing.

e. Jung Ching

Jung Ching merupakan teknik permainan musik saat barongsai sedang menggaruk badannya.

f. Boon Ching

Boon Ching merupakan teknik permainan musik saat barongsai melangkahkan kaki maju kedepan sebanyak 7 kali.

g. Ha Ching

Setelah barongsai melangkahkan kaki maju kedepan 7 kali, barongsai melakukan gerakan melangkahkan kaki ke tonggak pilar dan melihat Cai Jing (makanan yang dilihat barongsai seperti daging tetapi setelah barongsai

memakan, ia memuntahkannya karena makanan tersebut adalah sayur). Pada saat barongsai melakukan gerakan ini musik yang dimainkan yaitu Ha Ching.

h. Chik Ching

Chik Ching merupakan teknik permainan musik saat barongsai sudah berada diatas tonggak pilar.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan dari bab satu sampai empat, maka ada dua kesimpulan yang didapat oleh penulis, yaitu sebagai berikut.

Barongsai merupakan tarian singa dari kebudayaan masyarakat Tionghoa. Mereka

percaya bahwa barongsai dapat memberi keberuntungan, kesuksesan dan dapat menolak kesialan dan hawa jahat. Begitu juga dengan kepercayaan masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Tebing Tinggi. Pertunjukan barongsai yang ada di Kota Tebing Tinggi di pergelarkan pada acara ritual dan hiburan. Tim barongsai HSS biasa mempertunjukkan barongsai dengan mengadakan pawai yaitu dengan cara barongsai diarak mengelilingi Kota Tebing Tinggi. Pada acara hari besar Buddha yang salah satunya Imlek, barongsai yang ada di Kota Tebing Tinggi lebih banyak dipertunjukkan yaitu selama seminggu berturut-turut dengan mengadakan pawai dan dipertunjukkan juga di Vihara pada saat melakukan upacara ritual.

Alat musik yang digunakan mengiringi barongsai adalah tambur, simbal, dan gong. Tiga alat musik ini yang dapat disebut ensambel musik selalu ada dalam pertunjukan barongsai dan tidak pernah dan ditambah dengan alat musik lain. Dalam pertunjukan barongsai, bukan penari barongsai yang mengikuti musik melainkan pemusik yang mengikuti gerakan dari barongsai. Jadi, ketika pertunjukan dimulai penari barongsai yang terlebih dahulu menggerakkan

tubuhnya setelah melakukan penghormatan lalu pemusik pun mengikutinya.

Musik barongsai dimainkan tergantung kepada penari dan pemain musik. Ritem dan cara memainkan barongsai pada saat upacara ritual dan hiburan sama saja, tidak ada perbedaan sama sekali karena hanya berfungsi sebagai musik pengiring yang pola ritem nya sudah termemori dalam pikiran penari dan pemain musik karena adanya hubungan emosional musikal.

Musik barongsai dimainkan tergantung kepada penari dan pemain musik. Ritem dan cara memainkan barongsai pada saat upacara ritual dan hiburan sama saja, tidak ada perbedaan sama sekali karena hanya berfungsi sebagai musik pengiring yang pola ritem nya sudah termemori dalam pikiran penari dan pemain musik karena adanya hubungan emosional musikal.

Dokumen terkait