• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERTUNJUKAN BARONGSAI DI KOTA TEBING TINGGI

3.1 Sejarah Barongsai

Masyarakat etnis Cina mempunyai suatu kesenian yang terkenal bernama Barongsai. Kesenian Barongsai diperkirakan masuk sekitar 500 tahun yang silam,

bersamaan dengan masuknya orang-orang Cina untuk berdagang ke Indonesia.

Masyarakat etnis Cina tersebut menyebar ke berbagai provinsi yang ada di Indonesia, dan kesenian Barongsai pun ikut menyebar sesuai dengan penyebaran etnis Cina. salah satu provinsi tempat penyebaran masyarakat etnis Cina dari Tiongkok untuk berdagang adalah provinsi Sumatera Utara, dengan ibukotanya adalah Medan.

Pada dasarnya singa bukanlah binatang asli China, tetapi digunakan kaisar sebagai hadiah dari generasi ke generasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, menurut kepercayaan9 masyarakat Tionghoa pada zaman dahulu, asal usul dari adanya pertunjukan barongsai ini bermula dari seekor singa berbulu emas yang dihadiahkan kerajaan Tokhara untuk mendoakan kejayaan Dinasti Han, dan mempererat kerajaan Tokhara dan Dinasti Han. Karena

masyarakat Tionghoa percaya dan menjadikan singa yang dijuluki raja hutan ini sebagai simbol keberanian dan kekuatan yang bisa mendatangkan keberuntungan dan keselamatan bagi mereka. Kerajaan Tokhara juga berharap supaya kerajaan

9 Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, Ada banyak versi yang menceritakan tentang asal usul kesenian barongsai. Namun, kepercayaan masyarakat Tionghoa tentang barongsai tetap sama bahwa, keberadaan barongsai dapat memberikan kebahagiaan, kemakmuran, keberuntungan, dan kesuksesan oleh sebab itulah barongsai terkadang ada dalam acara acara penting seperti pembukaan restoran, memasuki

Dinasti Han dapat menjinakkan singa tersebut dan tidak mencelakai rakyat untuk

dipertunjukkan di hari Imlek ke-15. Akhirnya, kaisar Dinasti Han pun membuat pengumuman mencari seorang ksatria yang dapat menjinakkan singa tersebut.

Namun, tidak ada seorang pun yang berhasil menjinakkannya. Lalu, suatu hari adalah seorang ksatria yang hendak menjinakkan singa tersebut dengan cara memberikan wahan daging kepadanya tetapi, singa itu malah hendak menerkam ksatria itu. Oleh karena singa itu hendak memakan ksatria, pengawal Dinasti Han pun memukuli kepala singa itu sampai mati. Sebagai ganti singa yang sudah mati, salah satu pengawal pun membuat singa buatan dengan cara menguliti kulit singa dan memakaikannya untuk diperankan oleh manusia dan dipertunjukkan dihari imlek ke-15.

Ada versi yang mengatakan bahwa barongsai ada karena ada dalam salah satu wilayah di China Nian (monster) yang mengganggu penduduk yang menimbulkan kegelisahan dan ketakutan masyarakat. Lalu, singa datang untuk mengusir Nian (monster) dan monster itu kalah dan sangat ketakutan melihat singa tersebut dan pergi. Namun, monster tersebut dendam dan kembali mengganggu masyarakat. Masyarakat pun mencari cara bagaimana dapat mengusir kembali monster tersebut, karena masyarakat tidak tahu cara memanggil singa yang pernah menolong mereka. Masyarakat pun membuat boneka tiruan yang menyerupai singa yang pernah mengusir monster tersebut. Sehingga barongsai ada sampai sekarang dan dipercayai dapat mengusir roh-roh jahat.

Asal usul barongsai lain yang dipercayai masyarakat Tionghoa dari sisi agama yaitu, bahwa ada seekor singa yang ditugaskan oleh Kaisar Langit untuk

menjaga bunga keabdian. Namun sang singa tergoda dan akhirnya memakan bunga tersebut. Kaisar Langit pun mengetahuinya dan ia sangat marah karena ini bukanlah kecerobohan pertama yang pernah dilakukan oleh singa tersebut.

Kemudian Kaisar memerintahkan agar memotong tanduk sang singa yang merupakan sumber hidupnya dan mengusirnya dari langit. Tetapi, walaupun tanduk singa telah dipotong , singa tetap hidup karena telah memakan bunga keabadian. Dewi Welas Asih, Guan Yin, melihat apa yang terjadi dan merasa kasihan kepada singa akhirnya Dewi Guan Yin mengikat kembali tanduknya ke kepala singa dengan pita merah dan dedaunan emas. Sang singa merasa sangat bersyukur dan menyesali tindakan cerobohnya dan berjanji akan melakukan perbuatan baik. Oleh karena itu, di tanduk barongsai ada pita merah jika dilihat dari dekat. Mereka percaya bahwa singa yang telah diperkenalkan kepada bangsa China sebagai penghargaan kepada kekaisaran kadang-kadang akan dibawa keluar untuk menjadi tontonan publik. Karena kelangkaan dan kesulitan dalam penanganannya, dimunculkanlah suatu bentuk tarian atau sandiwara yang menirukan penampilan singa dan gerakannya, seiring berjalannya waktu, cerita cerita tentang mitos dan ajaran agama Buddha ditambahkan kedalam cerita pertunjukan tersebut.

Barongsai merupakan jelmaan dari Dewa yang ditugaskan untuk

melindungi tanaman padi dan kesejahteraan masyarakat Cina pada waktu itu agar tidak diganggu oleh binatang. Dengan inisiatif dari Dewa tersebut maka manusia diperbolehkan untuk membuat topeng berkepala singa dan membuat musik pukul yang dapat membuat telinga binatang buas mendengar keributan. Dengan suara

musik tersebut dan juga topeng singa yang menakutkan itu maka harimau itu lari karena ketakutan dan tidak lagi mengganggu manusia dan tanamannya lagi. Oleh sebab itu, berdasarkan kesimpulan diatas masyarakat Tionghoa percaya bahwa kedatangan barongsai dapat membawa kesuksesan, kemakmuran, keberuntungan, dan dapat mengusir roh roh jahat yang dapat melindungi mereka dari hal-hal negatif.

Beragam versi tentang asal usul barongsai, salah satu versi yang berkembang di kalangan masyarakat etnis Cina Medan adalah barongsai itu merupakan jelmaan dari dewa yang ditugaskan untuk melindungi tanaman padi dan kesejahteraan masyarakat Cina pada waktu itu agar tidak diganggu oleh binatang. Dengan inisiatif dari dewa tersebut maka manusia dibenarkan untuk membuat topeng berkepala singa dan membuat musik pukul yang dapat membisingkan telinga si binatang buas. Dengan suara musik yang dapat membisingkan itu, ditambah topeng singa yang menakutkan itu maka harimau itu lari ketakutan, dan tidak lagi menggangu manusia dan tanamannya.

Dokumen terkait