• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat pembuka Topik

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL Singkatan

5.1 Temuan Penelitian

5.1.5 Peran Topik dalam Kaba Klasik Minangkabau

5.1.5.1 Alat pembuka Topik

Berdasarkan temuan penelitian, bentuk topik yang dikategorikan sebagai alat pembuka adalah topik-topik yang memiliki kesinambungan topik yang rendah. Artinya, untuk jarak referensi dan kemungkinan gangguan, topik tersebut memiliki nilai rata-rata lebih besar dibandingkan yang lainnya. Untuk keberterusan topik, topik tersebut memiliki nilai rata-rata yang lebih kecil dari yang lainnya. Selain itu, pada umumnya topik tersebut merupakan topik yang baru diperkenalkan atau jarak rujukan melebihi 20 klausa kebelakang sehingga sulit teridenfikasi. Selain itu, topik tersebut bukan termasuk topik utama dan kemunculannya hanya bersifat temporal. Oleh karena itu, peran topik hanya sebagai latar saja sebelum sampai pada topik utama. Bertolak dari temuan ini, topik-topik yang digunakan sebagai alat pembuka, seperti berikut ini:

5.1.5.1.1 Pronomina Tak Takrif

Topik dalam bentuk pronomina tak takrif memiliki nilai rata-rata terbesar pertama untuk jarak referensi, dan kemungkinan gangguan, sebaliknya memiliki nilai rata-rata terkecil untuk keberterusan topik artinya topik dalam bentuk pronomina tak takrif memiliki kesinambungan topik yang paling rendah. Hal ini

kemunculannya hanya sesekali saja. Dalam KKM, topik dalam bentuk pronomina tak takrif bukan merupakan topik utama. Pada umumnya topik utama merujuk pada manusia, seperti kata nama Anggun Nan Tongga, Puti Gondoriah, si Salamat dan lain sebagainya. Topik dalam bentuk pronomina tak takrif digunakan hanya sebagai latar cerita saja dan mayoritas topik berkaitan dengan benda-benda pada umumnya, seperti rumah, kapal, burung, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, bentuk topik ini hanya berperan sebagai pembuka topik sebelum masuk pada topik utama yang sebenarnya, seperti terlihat pada klausa berikut ini.

146. diambiak Ø peti katujuahnyo (11:2)

PAS-ambil PK3TG-dia peti ketujuhnya ‘dia ambil peti ketujuh-tujuhnya’

147. diambiak Ø siluang kaco intan PAS-ambil PK3TG-dia siluang kaca intan ‘dia ambil kaca intan

148. dikaluangkan Ø surek pusako PAS-kalung PK3TG-dia surat pusaka ‘dikalungkannya surat pusaka’

149. lalu diasok-i Ø tangah rumah lalu PAS-asap PK3TG-dia tengah rumah ‘lalu dia mengasapi di tengah rumah’

150. sanan mamintak Suto Suri

disana AKT-minta PRO3TG-Suto Suri ‘disana Suto Suri memohon’

Pada klausa 146 sampai dengan 150, topik dalam bentuk pronomina tak takrif, seperti peti, kaco intan, surek pusako, dan rumah, merupakan latar cerita sebelum sampai pada topik utama yang sebenarnya, yaitu Suto Suri. Selain itu, topik dalam bentuk pronomina tak tentu ini dianggap tidak terlalu penting

satu topik yang memiliki nilai keberterusan topik yang besar (7), yaitu burung nuri. Menurut dugaan peneliti, burung nuri yang dimaksud dalam cerita tersebut adalah burung nuri jelmaan manusia karena burung tersebut dapat berkata-kata. Jadi wajarlah, topik burung ini dianggap penting sehingga kemunculannya tetap dipertahankan dalam tujuh klausa berikutnya secara berturut-turut. Selebihnya, topik memiliki nilai minimal (0) untuk keberterusan topik, artinya topik bukan dikategorikan topik yang penting hanya sebagai latar cerita saja dan digunakan sebagai alat pembuka cerita tersebut.

5.1.5.1.2 Pronomina Relatif

Topik dalam bentuk pronomina relatif memiliki nilai rata-rata terbesar kedua setelah pronomina indefinit, artinya pronomina relatif juga memiliki kesinambungan topik yang rendah karena jarak referensi cukup jauh dan munculnya topik-topik baru terutama dalam lingkungan tiga klausa sebelumnya, menyebabkan nilai rata-rata untuk kemungkinan gangguan menjadi besar. Selain itu, dari temuan data, hanya satu topik yang terus digunakan dalam tiga klausa berturut-turut, sebahagian kecil lagi hanya berkisar satu dan dua klausa saja, selebihnya atau sebahagian besar tidak memiliki keberterusan topik. Dari fenomena ini, dapat disimpulkan, penulis KKM menggunakan topik dalam bentuk pronomina relatif sebagai alat pembuka cerita karena keseluruhan topik relatif baru dan bukan merupakan topik utama. seperti terdapat dalam klausa berikut ini :

151. kampuang nan ka tingga (141:4) kampung PR- yang akan tinggal

152. halaman nan ka sunyi

halaman PR-yang akan sunyi ‘halaman yang akan sunyi’

153. rumah gadang nan ka langang

rumah besar PR-yang akan lengang ‘rumah besar yang akan lengang’

154. kasiah jo sayang nan ka pupuih

kasih dan sayang PR-yang akan pupus ‘kasih dan sayang yang akan pupus’

Dari klausa 151 sampai dengan klausa 154, secara berturut-turut penulis mengunakan topik dalam bentuk pronomina relatif. Dalam hal ini, keseluruhan bentuk topik di atas merupakan topik-topik yang baru pertama sekali diperkenalkan dan digunakan sebagai pembuka topik dalam konteks wacana. Selain itu, setiap kemunculan topik mendapat gangguan dari topik lain, disebabkan hadirnya topik-topik baru sehingga rujukan topik tidak dapat dipastikan.

5.1.5.1.3 Pronomina Takrif

Topik dalam bentuk pronomina takrif memiliki nilai rata-rata terbesar ketiga untuk jarak referensi dan kemungkinan gangguan, sebaliknya topik tersebut memiliki nilai rata-rata yang kecil untuk keberterusan topik. Artinya, topik dalam bentuk pronomina takrif memiliki kesinambungan yang rendah karena hampir sama halnya dengan kedua bentuk topik yang telah dibicarakan di atas. Mayoritas topik adalah topik-topik baru dan pada umumnya merupakan topik utama yang merujuk pada manusia. Sesuai dengan perannya sebagai alat pembuka cerita, penulis KKM akan menggunakan topik dalam bentuk pronomina takrif saat

selanjutnya, penulis akan menggunakan topik dalam bentuk lain, seperti dalam klausa berikut ini :

155. datanglah sanan si Kambang Malang (149:1) AKT-datang kesana PRO3TG-Kambang Malang ‘lalu datanglah si Kambang Malang’

156. datang nyo bagageh-gageh AKT-datang PRO3TG-dia AKT-gegas-gegas ‘dia datang bergegas-gegas’

157. angok nyo sasak dek balari

nafas POS3TG-nya sesak karena AKT-lari ‘nafas nyasesak karena berlari’

158. lalu bakato Ø maso itu, manolah aciak Nan Gondoriah (149:2) lalu AKT-kata PK3TG-dia masa itu, manalah kakak PRO3TG-Nan Gondoriah

‘lalu berkata dia waktu itu, wahai kakak Nan Gondoriah’

Pada klausa 155, pronomina tentu digunakan pertama sekali dalam bentuk frasa kata nama si Kambang Malang, selanjutnya, pada klausa 156 dan 157 digunakan pronomina orang ketiga nyo, dan pada klausa 158, digunakan pronomina kosong Ø. Dari temuan ini dapat disimpulkan, penulis KKM akan menggunakan pronomina takrif sebagai alat pembuka cerita dan untuk penggunaan selanjutnya (topik yang sama) penulis akan menggunakan topik dalam bentuk yang lain. Hasil temuan penelitian mendapatkan, topik dalam bentuk pronomina kosong lebih sering digunakan sebagai pengganti topik utama khususnya yang merujuk pada frasa kata nama tentu. Apabila jarak rujukan tidak terlalu jauh, penulis menggunakan topik dalam bentuk pronomina kosong.

dalam bentuk frasa kata nama penuh, seperti klausa berikut ini : 159. manangih juo si Bujang Salamat (203:3)

AKT-tangis juga si PRO3TG-Bujang Salamat ‘menangis terus si Bujang Salamat’

160. Ø marubu-rubu dalam rimbo

PKO3TG-dia AKT-raba-raba dalam rimba ‘dia meraba-raba dalam rimba’

161. basuo lurah Ø dituruni

AKT-sua lurah PKO3TG-dia PAS-turun ‘berjumpa lurah dia turuni’

162. basuo bukik lah Ø didak i

AKT-sua bukit sudah PKO3TG-dia PAS- daki ‘berjumpa bukit dia daki’

163. badan Ø lah luko dikaik sianik rimbo

badan PKPOS-nya sudah luka PAS-kait binatang rimba ‘badan nya sudah luka dikait rimba’

164. cabiak-cabiak baju di dado Ø

koyak-koyak baju di dada PKPOS-nya ‘koyak-koyak baju di dadanya’

165. namun tangih Ø ditangihkan juo

namun tangis PK3TG-dia PAS-tangis juga ‘namun dia menangis juga’

166. namun langkah Ø dilangkahkan juo

namun langkah PK3TG-dia PAS-langkah juga ‘namun langkah dia langkahkan juga’

167. hari batambah patang juo, patang bajawek dangan malam

hari AKT-tambah petang juga, petang AKT-jawab dengan malam ‘hari semakin petang juga, petang bertukar dengan siang’

168. di mano malam sanan Ø bamalam

169. Ø samo lalok jo babi gadang PK3TG-dia sama tidur dengan babi besar

‘dia tidur dengan babi besar’

170. Ø samo tidua jo harimau, ula banyak bajalaran PK3TG-dia sama tidur dengan harimau, ular banyak AKT-jalar

‘dia tidur dengan harimau, ular banyak berjalaran’ 171. tak paduli si Bujang Salamat

tidak perduli si PRO3TG-Bujang Salamat ‘tidak perduli si Bujang Salamat’

Dari klausa 159 sampai denga klausa 171, penulis secara berturut-turut menggunakan topik dalam bentuk pronomina kosong sebagai pengganti pronomina definit si Bujang Salamat. Dapat dilihat, strategi penulis saat merujuk pada suatu topik yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu untuk jarak yang terlalu jauh penulis akan memunculkan kembali topik tersebut dalam bentuk frasa kata nama penuh si Bujang Salamat’, sebaliknya untuk jarak yang dekat penulis menggunakan topik dalam bentuk pronomina kosong Ø.

Dokumen terkait