• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pronomina Tak Takrif

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL Singkatan

5.1 Temuan Penelitian

5.1.1 Hasil Pengukuran Masing-Masing Perangkat Gramatikal.

5.1.1.4 Pronomina Tak Takrif

Topik dalam bentuk pronomina tak takrif memiliki jarak referensi yang sangat jauh dan ke munculan topik dalam tiga klausa secara berturut-turut, hampir keselurahan mendapat cukup gangguan dari topik lain dan topik juga tidak dipertahankan keberterusannya pada penyebutan selanjutnya. Penjabaran topik dalam bentuk pronomina tak takrif untuk masing-masing ukuran kesinambungan topik dapat dilihat dalam tabel dan uraian berikut ini :

Tabel 5.4 Pronomina Tak Takrif

Ukuran Jumlah Token Nilai Nilai Rata-Rata

Jarak Referensi Kemungkinan Gangguan Keberterusan Topik 2686 2686 2686 41573 5351 437 15.48 1.99 0.16

Setiap token diberi nilai berdasarkan rentang nilai yang sudah ditentukan untuk ketiga ukuran kesinambungan topik, yaitu jarak referensi, kemungkinan gangguan dan keberterusan topik. Dari hasil pengukuran, diperoleh nilai untuk jarak referensi 41573, untuk kemungkinan gangguan 5351 dan untuk keberterusan topik 437. Sedangkan nilai rata-rata diperoleh dari jumlah nilai yang diperoleh token dibagi dengan jumlah kemunculan token tersebut. Nilai rata-rata untuk jarak referensi adalah 41537 : 2686 = 15.48. Nilai rata-rata untuk kemungkinan gangguan adalah 5351 : 2686 = 1.99. Nilai rata-rata untuk keberterusan topik adalah 437 : 2686 = 0.16. Penghitungan yang lebih jelas masing-masing ukuran kesinambungan topik untuk topik dalam bentuk pronomina tak takrif dapat dilihat pada ( lampiran 4 ) . Berikut ini adalah hasil pengukuran pronomina tak takrif pada ketiga ukuran kesinambungan topik, yaitu JR, KG, dan KT

5.1.1.4.1 Jarak Referensi

Untuk jarak referensi, selisih antara nilai topik (41537) dengan jumlah kemunculannya (2686) terpaut sangat jauh dan nilai rata-rata yang diperoleh (15.48) sangat tinggi. Artinya, dari rentang nilai 1-20 yang sudah ditentukan untuk jarak referensi, mayoritas topik mendapat nilai terbesar (20). Ini berarti, jarak rujuk topik sangat jauh sehingga topik sangat sulit teridentifikasi. Selain itu, dari 2686 jumlah token hanya 240 topik mendapat nilai terendah (1). Untuk keberterusan topik, hanya 1 topik mendapat nilai terbesar (7}, mayoritas topik mendapat nilai (0). Pengukuran pronomina tak takrif pada jarak referensi dapat dilihat pada contoh berikut ini:

tiba PRO3TG-dia di rusuk patah ‘ kena dia di rusuk patah ’

55. tibo Ø di tanah [PTT.JR.20], tanah lambing, tiba PRO3TG-dia di tanah tanah retak ‘ sampai dia di tanah, tanah jadi retak ’

56. anak [PTT.JR.20] lahia jo karuang [PTT.JR.20] nyo

anak lahir dengan karung POS3TG-nya ‘ anak lahir dengan karungnya ’

57. badantuang puyuah [PTT.JR 20] maso itu, ERG-dentum puyuh masa itu ‘ berdentum puyuh waktu itu ’

58. babuni gaga [PTT.JR.20] di lawitan,

AKT-bunyi gagak di lautan ‘ gagak berbunyi di lautan ’

59. babuai guruah [PTT.JR.20] dari hulu, AKT-buai guruh dari hulu ‘ guruh berayun dari hulu ’

60. bakukuak ayam [PTT.JR.20] nan kinantan,

AKT-kokok ayam yang kinantan ‘ ayam kinantan berkokok ’

Berdasarkan contoh di atas, dari klausa 54 sampai dengan 60, jarak rujuk topik tidak dapat teridentifikasi karena topik-topik tersebut merupakan topik-topik baru dan bukan topik-topik utama. Oleh karena jarak rujuk topik sulit terprediksi, menyebabkan kesinambungan topik menjadi rendah.

5.1.1.4.2 Kemungkinan Gangguan

Untuk kemungkinan gangguan, selisih antara nilai topik (5341) dengan jumlah kemunculannya (2686) terpaut cukup jauh. Nilai rata-rata (1.99) yang diperoleh cukup tinggi. Artinya, dari rentang nilai 1-2 yang sudah ditentukan

berarti, mayoritas kemunculan topik pada tiga klausa sebelumnya secara berturut- turut mendapat gangguan dari topik lain, sehingga rujukan topik sulit teridentifikasi berdasarkan pengukuran kemungkinan gangguan. Dari 2686 jumlah token, hanya 21 topik mendapat nilai minimal (1) selebihnya mendapat nilai maksimal (2). Pengukuran pronomina tak takrif pada kemungkinan gangguan dapat dilihat pada contoh berikut ini:

61. Ø dilapeh dangan ameh perak [PTT.KG.2] PRO2TG-tuan PAS-lepas dengan emas perak

‘ tuan dilepas dengan emas dan perak ’

62. ameh perak [PTT.KG.2] cukuik di tuan

emas perak cukup di PRO2TG-tuan ‘ tuan punya banyak emas dan perak ’

63. Ø dilapeh dangan kain baju [PTT.KG.2] PRO2TG-tuan PAS-lepas dengan kain baju

‘ tuan dilepas dengan kain dan baju ’

64. kain baju [PTT.KG.2] banyak di tuan

kain baju banyak di PRO2TG-tuan ‘ kain dan baju banyak sama tuan ’

65. kok denai lapeh bareh baka [PTT.KG.2] kalau PRO1TG-saya lepas beras bekal

‘ kalau saya lepas dengan beras dan bekal ’

66. sawah ladang [PTT.KG.2] banyak laweh di tuan

sawah ladang banyak luas di PRO2TG-tuan

‘ sawah ladang tuan luas ’

Kemunculan topik mulai dari klausa 61 sampai dengan klausa 66 selalu mendapat gangguan dari topik lain. Masing-masing topik merupakan topik-topik baru sehingga jarak rujuk topik sulit teridentifikasi khususnya pada lingkungan

takrif memiliki kesinambungan rendah.

5.1.1.4.3 Keberterusan Topik

Untuk keberterusan topik, selisih antara nilai topik (437) dengan jumlah kemunculannya (2686) terpaut sangat jauh dan nilai rata-rata (0.16) yang diperoleh cukup rendah Artinya, dari rentang nilai yang tidak terbatas, yaitu 0 +, yang sudah ditentukan untuk keberterusan topik, mayoritas topik mendapat nilai terkecil (1). Hal ini berarti, kemunculan topik secara berturut-turut dianggap tidak terlalu penting, sehingga topik agak sulit teridentifikasi. Dari 2686 jumlah token hanya 1 topik mendapat nilai terbesar (7}, mayoritas topik mendapat nilai (0). Pengukuran pronomina tak takrif pada keberterusan topik dapat dilihat pada contoh berikut ini:

67. salamo dalam parjalanan, salamaik sajo jalan dandang [PTT.KT.1] selama dalam perjalanan, selamat saja jalan kapal

‘ selama dalam perjalanan, selamat saja jalan kapal ’ 68. Ø bagai pucuak [PTT.KT.0] dilancakan

PTT-kapal bagai pucuk PAS-lancar ‘ kapal bagaikan pucuk daun dilancarkan ’

69. takambang layia [PTT.KT 0] kasadonyo

ERG-kembang layar semuanya ‘ terkembang layar semuaya]

70. badantiang buni tiang aguang [PTT.KT.0] ERG-denting bunyi tiang agung

‘ berdenting bunyi tiang agung ’

Pada klausa 68, topik dandang hanya disebutkan satu klausa di bawahnya dalam bentuk Ø. Selebihnya mulai dari klausa 68 sampai dengan 70, topik tidak

topik utama, dan kemunculannya haya sesekali saja. Oleh karena itu kesinambungan topik menjadi rendah. Selanjutnya hasil pengukuran pronomina tak takrif dapat dilihat dalam skema berikut ini :

Gambar 5.4 Skema Hasil Pengukuran Pronomina Tak Takrif

Jarak </> = < jarak lebih dekat, > jarak lebih jauh

Gangguan </> = < gangguan lebih sedikit, > gangguan lebih banyak Keberterusan </> = < tidak bertahan, > bertahan

Dari skema di atas dapat dilihat hasil pengukuran pronomina tak takrif untuk jarak referensi tidak sesuai dengan indikator kesinambungan topik karena hasil yang diperoleh sangat tinggi sedangkan nilai seharusnya adalah rendah. Artinya, jarak rujuk topik sangat jauh sehingga kesinambungan topik menjadi rendah. Hasil pengukuran untuk kemungkinan gangguan juga tidak sesuai dengan indikator kesinambungan topik karena hasil yang diperoleh mendekati nilai maksimal (2) yang berarti hampir keseluruhan kemunculan topik mendapat gangguan dari topik lain sehingga kesinambungan topik menjadi rendah. Hasil

Hasil Pengukuran Indikator Kesinambungan Topik Jarak Referensi Ukuran Kesinambungan Topik Tingkat Kesinambungan topik Rendah Jarak > Banyak (1.99) Gangguan > Rendah Tidak Bertahan (0.16) Keberterusan < Rendah Jauh (15.48) Kemungkinan Gangguan Keberterusan Topik

topik karena hasil yang diperoleh sangat rendah sedangkan nilai seharusnya adalah tinggi. Artinya, topik hampir tidak dibicarakan pada klausa berikutnya secara berturut-turut sehingga kesinambungan topik mnjadi rendah.

Dari temuan ini dapat disimpulkan, topik dalam bentuk pronomina tak takrif memiliki kesinambungan topik yang sangat rendah karena jarak rujuk topik sangat jauh, setiap kemunculan topik selalu mendapat gangguan dari topik lain, dan topik juga tidak dipertahankan keberterusannya karena dianggap kemunculannya tidak penting.

5.1.1.5 Pronomina Posesif

Topik dalam bentuk pronomina posesif memiliki jarak referensi yang cukup dekat, tetapi untuk kemunculan topik dalam tiga klausa secara berturut- turut, mendapat cukup banyak gangguan dari topik lain dan topik juga tidak dipertahankan keberterusannya pada penyebutan selanjutnya. Penjabaran topik dalam bentuk pronomina posesif untuk masing-masing ukuran kesinambungan topik dapat dilihat dalam tabel dan uraian berikut ini :

Tabel 5.5. Pronomina Posesif

Ukuran Jumlah Token Nilai Nilai Rata-Rata

Jarak Referensi Kemungkinan Gangguan Keberterusan Topik 321 321 321 874 584 279 2.72 1.82 0.87

Setiap token diberi nilai berdasarkan rentang nilai yang sudah ditentukan untuk ketiga ukuran kesinambungan topik, yaitu jarak referensi, kemungkinan gangguan dan keberterusan topik. Dari hasil pengukuran, diperoleh nilai untuk jarak referensi 874, untuk kemungkinan gangguan 584 dan untuk keberterusan topik 279. Sedangkan nilai rata-rata diperoleh dari jumlah nilai yang diperoleh token dibagi dengan jumlah kemunculan token tersebut. Nilai rata-rata untuk jarak referensi adalah 874 : 321 = 2.72.. Nilai rata-rata untuk kemungkinan gangguan adalah 584 : 321 = 1.82. Nilai rata-rata untuk keberterusan topik adalah 279 : 321 = 0.87. Penghitungan yang lebih jelas masing-masing ukuran kesinambungan topik untuk topik dalam bentuk pronomina posesif dapat dilihat pada ( lampiran 5 ). Berikut ini adalah hasil pengukuran pronomina posesif pada ketiga ukuran kesinambungan topik, yaitu JR, KG, dan KT.

5.1.1.5.1 Jarak Referensi

Untuk jarak referensi, selisih antara nilai topik (874) dengan jumlah kemunculannya (321) tidak terpaut jauh dan nilai rata-rata yang diperoleh (2.72) cukup rendah. Artinya, dari rentang nilai 1-20 yang sudah ditentukan untuk jarak referensi, mayoritas topik mendapat nilai antara 1-2 saja karena jarak rujuk topik relatif dekat sehingga topik tidak sulit teridentifikasi. Dari 321 jumlah token, 208 topik mendapat nilai terkecil (1) dan hanya 7 topik mendapat nilai terbesar (20). Pada umumnya topik yang mendapat nilai terbesar merujuk pada frasa kata nama yang bukan merupakan tokoh utama. Pengukuran pronomina posesif pada jarak

71. den liek waang mudo matah

PRO1TG-ku lihat PRO2TG-kau muda mentah ‘ ku lihat kau muda mentah ’

72. manggarik juo ubun-ubun waang [PP.JR1] ERG-gerak juga ubun-ubun POS2TG-kau ‘ ubun-ubunmu masih bergerak ’

73. kok Ø lai sayang di angok ang [PP.JR.1] kalau PRO2TG-kau ada sayang di nafas POS2TG-kau ‘ kalau kau masih sayang pada nyawamu ’

74. nak jan manangih mandeh ang [PP.JR.1] supaya jangan AKt-tangis ibu kau

‘ supaya jangan menangis ibumu ’

Berdasarkan contoh-contoh di atas, klausa 71 sampai dengan klausa 74 masing-masing merujuk pada satu klausa sebelumnya, yaitu waang atau ang.

Topik dalam bentuk pronomina posesif memiliki jarak rujuk yang relatif dekat sehingga topik mudah teridentifikasi dan kesinambunganpun menjadi tinggi.

5.1.1.5.2 Kemungkinan Gangguan

Untuk kemungkinan gangguan, selisih antara nilai topik (584) dengan jumlah kemunculannya (321) terpaut cukup jauh. Nilai rata-rata (1.82) yang diperoleh cukup tinggi. Artinya, dari rentang nilai 1-2 yang sudah ditentukan untuk kemungkinan gangguan, mayoritas topik mendapat nilai maksimal (2). karena jarak rujuk topik rata-rata kurang dari tiga klausa sebelumnya. sehingga rujukan topik sulit teridentifikasi. Selain itu, dari 321 jumlah token hanya 58

Pada umumnya topik yang mendapat nilai (1) merujuk pada tokoh utama, seperti

ambo, denai (Anggun nan Tongga). Pengukuran pronomina posesif pada kemungkinan gangguan dapat dilihat pada contoh berikut ini:

75. Nan Tongga ka bajalan hanyo lai

3TG-Nan Tongga akan ERG-jalan hanya lagi ‘ Nan Tongga akan segera pergi ’

76. Ø manuju Tiku Pariaman

PRO3TG-dia AKT-tuju Tiku Pariaman ‘ dia menuju Tiku Pariaman ’

77. Ø manjalang koto korong kampuang

PRO3TG-dia AKT-jelang koto lingkungan kampung ‘ dia mengunjungi koto lingkungan kampung ’ 78. kampuang lah lamo ditinggakan Ø

kampung sudah lama ditinggalkan PRO3TG-nya ‘ kampung sudah lama ditinggalkannya ’

79. bakato sanan Anggun Nan Tongga, kapado adiak kanduang diri[PP.KG1]

AKT-kata lalu 3TG-Anggun Nan Tongga, kepada adik kandung PRO1TG-ku

‘ lalu berkata Anggun Nan Tongga kepada adik kandung nya ’

Topik dalam bentuk pronomina posesif diri tidak mendapat gangguan dari topik lain pada tiga klausa sebelumnya secara berturut-turut. Topik diri merujuk pada topik utama Anggun Nan Tongga pada klausa 75 yang direpresentasikan dalam bentuk Ø pada klausa 76. Topik diri di atas memiliki kesinambungan yang tinggi karena kemunculannya tidak mendapat gangguan dari topik lain.

5.1.1.5.3 Keberterusan Topik

Untuk keberterusan topik, selisih antara nilai topik (279) dengan jumlah kemunculannya (321 terpaut cukup jauh dan nilai rata-rata (0.87) yang diperoleh cukup rendah Artinya, dari rentang nilai yang tidak terbatas, yaitu 0 +, yang sudah ditentukan untuk keberterusan topik, mayoritas topik mendapat nilai terkecil antara 0 - 2 saja. Hal ini berarti, kemunculan topik secara berturut-turut dianggap tidak terlalu penting, sehingga topik agak sulit teridentifikasi berdasarkan pengukuran keberterusan topik. Dari 321 jumlah token, lebih dari setengah topik mendapat nilai (0), hanya 3 topik mendapat nilai terbesar masing- masing (12, 10, 9) selebihnya hanya berkisar nilai 1-5 saja. Pada umumnya, topik yang tetap dipertahankan kemunculannya pada klausa berikutnya secara berturut- turut merujuk pada tokoh utama, seperti waang, ang (Anggun Nan Tongga).

Pengukuran pronomina posesif pada keberterusan topik dapat dilihat pada contoh berikut ini:

80. maliek rajo nyo [PP.KB.5] alah mati

ERG-lihat raja POS2JM-mereka sudah mati ‘ melihat raja nya sudah mati ’

81. habih manyambah panyamun samuonyo

habis ERG-sembah penyamun semuanya ‘ pada menyembah penyamun semuanya ’ 82. sambia Ø bakato maso itu

sambil PRO2JM-mereka ERG-kata masa itu ‘ sambil mereka berkata waktu itu ‘

83. ampunlah kami tuan Tongga

ampunlah PRO1JM-kami 3TG-tuan Tongga ‘ ampunkanlah kami tuan Tongga ’

PRO1JM-kami yang tidak melawan lagi ’ kami yang tidak melawan lagi ’

85. hiduik mati Ø tasarah kato tuan

hidup mati PRO1JM-kami terserah kata PRO2TG-tuan ‘ hidup mati kami terserah tuan ’

Berdasarkan contoh di atas, pronomina posesif nyo disebutkan secara berturut-turut dari klausa 81 sampai dengan klausa 85 dalam bentuk Ø dan kata ganti diri kami. Jadi, topik dalam bentuk pronomina posesif nyo di atas memiliki kesinambungan yang cukup tinggi karena topik tetap dipertahankan pada klausa selanjutnya. Selanjutnya hasil pengukuran pronomina posesif dapat dilihat dalam skema berikut ini :

Gambar 5.5. Skema Hasil Pengukuran Pronomina Posesif

Jarak </> = < jarak lebih dekat, > jarak lebih jauh

Gangguan </> = < gangguan lebih sedikit, > gangguan lebih banyak Keberterusan </> = < tidak bertahan, > bertahan

Hasil Pengukuran Indikator Kesinambungan Topik Jarak Referensi Ukuran Kesinambungan Topik Tingkat Kesinambungan topik Rendah Jarak > Banyak (1.82) Gangguan > Rendah Tidak Bertahan (0.87) Keberterusan < Rendah Dekat (2.72) Kemungkinan Gangguan Keberterusan Topik

jarak referensi sesuai dengan indikator kesinambungan topik karena hasil yang diperoleh cukup rendah sehingga kesinambungan topik menjadi tinggi. Hasil pengukuran untuk kemungkinan gangguan tidak sesuai dengan indikator kesinambungan topik karena hasil yang diperoleh mendekati nilai maksimal (2) yang berarti hampir keseluruhan kemunculan topik mendapat gangguan dari topik lain sehingga kesinambungan topik menjadi rendah. Hasil pengukuran keberterusan topik juga tidak sesuai dengan indikator kesinambungan topik karena hasil yang diperoleh sangat rendah sedangkan nilai seharusnya adalah tinggi. Artinya, topik hampir tidak dibicarakan pada klausa berikutnya secara berturut-turut sehingga kesinambungan topik menjadi rendah.

Dari temuan ini dapat disimpulkan, meskipun jarak rujuk topik relatif dekat tetapi setiap kemunculan topik pada 3 klausa berturut-turut selalu mendapat gangguan dari topik lain dan topik juga tidak dipertahankan keberterusannya karena dianggap kemunculannya tidak penting. Oleh karena itu, topik dalam bentuk pronomina posesif memiliki kesinambungan topik yang cukup rendah dalam kaba klasik Minangkabau.

5.1.1.6 Pronomina Relatif

Topik dalam bentuk pronomina relatif memiliki jarak referensi yang cukup jauh dan kemunculan topik dalam tiga klausa secara berturut-turut mendapat cukup banyak gangguan dari topik lain dan hampir keseluruhan topik juga tidak dipertahankan keberterusannya pada penyebutan selanjutnya. Penjabaran topik dalam bentuk pronomina relatif untuk masing-masing ukuran kesinambungan

Tabel 5.6. Pronomina Relatif

Ukuran Jumlah Token Nilai Nilai Rata-Rata

Jarak Referensi Kemungkinan Gangguan Keberterusan Topik 275 275 275 3233 548 103 11.76 1.99 0.37

Jumlah keseluruhan token dalam bentuk pronomina relatif adalah 275. Setiap token diberi nilai berdasarkan rentang nilai yang sudah ditentukan untuk ketiga ukuran kesinambungan topik, yaitu jarak referensi, kemungkinan gangguan dan keberterusan topik. Dari hasil pengukuran, diperoleh nilai untuk jarak referensi 3233, untuk kemungkinan gangguan 548 dan untuk keberterusan topik 103. Sedangkan nilai rata-rata diperoleh dari jumlah nilai yang diperoleh token dibagi dengan jumlah kemunculan token tersebut. Nilai rata-rata untuk jarak referensi adalah 3233 : 275 = 11.76.. Nilai rata-rata untuk kemungkinan gangguan adalah 548 : 275 = 1.99. Nilai rata-rata untuk keberterusan topik adalah 103 : 275 = 0.37. Penghitungan yang lebih jelas masing-masing ukuran kesinambungan topik, untuk topik dalam bentuk pronomina relatif dapat dilihat pada (lampiran 6).

Berikut ini adalah hasil pengukuran pronomina relatif pada ketiga ukuran kesinambungan topik, yaitu JR, KG, dan KT.

5.1.1.6.1 Jarak Referensi

Untuk jarak referensi, selisih antara nilai topik (3233) dengan jumlah kemunculannya (275) terpaut sangat jauh dan nilai rata-rata yang diperoleh (11.76) sangat tinggi. Artinya, dari rentang nilai 1-20 yang sudah ditentukan untuk

topik relatif jauh sehingga topik sangat sulit teridentifikasi. Selain itu, dari 275 jumlah token, sebahagian besar topik mendapat nilai (20), hanya 41 topik mendapat nilai terkecil (1). Pada umumnya, topik yang mendapat nilai maksimal (20) merujuk pada topik [-insan], seperti ayia nan janiah, janji nan alah sampai, baruak nan pandai bakucapi dan lain sebagainya. Pengukuran pronomina relatif pada jarak referensi dapat dilihat pada contoh berikut ini:

86. manolah tuan manti nan piawai [PR.JR.20] sajak salangkah Ø dari rumah

manalah 3TG-tuan menteri yang piawai, sejak selangkah PRO1TG-saya dari rumah

‘ wahai tuan menteri yang piawai, sejak selangkah saya dari rumah ’ 87.sajak satapak Ø dari janjang

sejak setapak PRO1TG-saya dari jenjang ‘ sejak setapak saya dari tangga ’

88. Ø indak baniat pulang lai

PRO1TG-saya tidak ERG-niat pulang lagi ‘ saya tidak berniat pulang lagi ’

89. Ø pantang manuruik parentah urang

PRO1TG-saya pantang AKT-turut perintah orang ‘ sayaberpantang mengikuti perintah orang ’

90. dek kami lawik indak berpancang

bagi PRO1JM-kami laut tidak ERG-pancang ‘ bagi kami laut tidak berbatas ’

91. pulau indak balarangan

pulau tidak ERG-larang ‘ pulau tidak terlarang ’

92. batambah bangih manti nan piawai [PR.JR.7] ERG-tambah marah menteri yang piawai

Topik manti yang piawai pada klausa 92 merujuk pada topik yang sama pada klausa 89. Jarak rujuk topik cukup jauh, sehingga topik agak sulit teridentifikasi. Pada contoh di atas, disebabkan jarak rujuk topik cukup jauh, maka topik manti nan piawai memiliki kesinambungan yang rendah.

5.1.1.6.2 Kemungkinan Gangguan

Untuk kemungkinan gangguan, selisih antara nilai topik (548) dengan jumlah kemunculannya (275) terpaut cukup jauh. Nilai rata-rata (1.99) yang diperoleh sangat tinggi. Artinya, dari rentang nilai 1-2 yang sudah ditentukan untuk kemungkinan gangguan, mayoritas topik mendapat nilai maksimal (2). karena jarak rujuk topik rata-rata kurang dari tiga klausa sebelumnya. sehingga rujukan topik sulit teridentifikasi. Selain itu, dari 275 jumlah token, hanya 2 topik yang mendapat nilai minimal (1) selebihnya topik mendapat nilai maksimal (2). Pada umumnya, topik baru pertama sekali diperkenalkan sehingga kemunculan topik-topik baru tersebut mengganggu topik yang menjadi rujukan. Pengukuran pronomina relatif pada kemungkinan gangguan dapat dilihat pada contoh berikut ini:

93. lah bajalan Nan Tongga Magek Jabang

sudah ERG-jalan 3TG-Nan Tongga Magek Jabang ‘ sudah pergi Nan Tongga Magek Jabang ’

94. ganto Ø badanciang-danciang

genta PTT-kuda berdencing-dencing ‘ genta kuda berdencing-dencing ’

95. si Salamat mairiang di balakang

96. dimudiakkan Ø labuah nan panjang [PR.KG.2] PAS-mudik PRO3TG-nya labuh yang panjang

‘ dimudikkannya jalan yang panjang ’

Topik labuah nan panjang pada klausa 96, tidak memiliki rujukan pada lingkungan tiga klausa sebelumnya, topik-topik lain muncul sehingga sehingga topik sulit teridentikasi. Berdasarkan contoh di atas, topik labuah nan panjang

memiliki kesinambungan yang rendah.

5.1.1.6.3 Keberterusan Topik

Untuk keberterusan topik, selisih antara nilai topik (103) dengan jumlah kemunculannya (275) tidak terpaut dan nilai rata-rata (0.37) yang diperoleh cukup rendah Artinya, dari rentang nilai yang tidak terbatas, yaitu 0 +, yang sudah ditentukan untuk keberterusan topik, mayoritas topik mendapat nilai terkecil antara 0 - 2 saja. Hal ini berarti, kemunculan topik secara berturut-turut dianggap tidak terlalu penting, sehingga topik agak sulit teridentifikasi berdasarkan pengukuran keberterusan topik. Dari 275 jumlah token, sebahagian besar topik mendapat nilai (0), nilai terbesar (6) hanya muncul 1 kali, dan nilai (4, 5) masing-masing muncul 1 kali. Pengukuran pronomina relatif pada keberterusan topik dapat dilihat pada contoh berikut ini:

97. mano tuan nan barudatang [PR.KT.5] mana tuan yang baru datang

‘ wahai tuan yang baru datang ’

98. jan salah ambo manyabuik

jangan salah PRO1TG-saya AKT-sebut ‘ jangan salah saya memanggil ’

‘ sudah sebulan gelanggang ramai ’ 100.sakali nangko tuan kamari

sekali ini PRO1TG-tuan kemari ‘ baru ini tuan datang ’

101. tuan dimano tampek diam

PRO1TG-tuan dimana tempat diam ‘ dimana tempat tinggal tuan ’ 102. dari mano asa tuan

dari mana asal PRO1TG-tuan ‘ dari mana asal tuan ’

Topik tuan nan baru datang pada klausa 97, tidak muncul pada klausa berikutnya, tetapi muncul kembali pada klausa 100 sampai dengan 102. Dapat dikatakan topik tuan nan baru datang di atas memiliki kesinambungan yang agak rendah. Selanjutnya hasil pengukuran pronomina relatif dapat dilihat dalam skema berikut ini :

Gambar 5.6. Skema Hasil Pengukuran Pronomina Relatif

Hasil Pengukuran Indikator Kesinambungan Topik Jarak Referensi Ukuran Kesinambungan Topik Tingkat Kesinambungan topik Rendah Jarak </> Banyak (1.99>) Gangguan </> Rendah Tidak Bertahan (0.37<) Keberterusan </> Rendah Jauh (11.76>) Kemungkinan Gangguan Keberterusan Topik

Keberterusan </> = < tidak bertahan, > bertahan

Dari skema di atas dapat dilihat hasil pengukuran pronomina relatif untuk jarak referensi tidak sesuai dengan indikator kesinambungan topik karena hasil yang diperoleh cukup tinggi sedangkan nilai seharusnya adalah rendah. Artinya, jarak rujuk topik cukup jauh sehingga kesinambungan topik menjadi rendah. Hasil

Dokumen terkait