• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL Singkatan

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini, telah dilakukan oleh Sumadi (1998) dengan judul Pengedepanan dan Kesinambungan Topik dalam Wacana Narasi Bahasa Jawa. Dalam penelitiannya, dia mengidentifikasi topik yang mengisi fungsi subjek dalam wacana narasi bahasa Jawa. Pangkal tolak pengidentifikasian tersebut bermuara pada dua asumsi. Pertama, karena sentral kedudukannya, topik dalam suatu wacana ditonjolkan penampilannya dengan cara tertentu. Kedua, karena sentral kedudukannya, topik dalam suatu wacana dipertahankan dan diacu oleh seluruh bagian wacana itu.

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukannya dapat dikemukakan bahwa cara yang digunakan untuk menonjolkan topik dalam wacana narasi bahasa Jawa adalah pengedapanan (foregrounding). Menurutnya, dengan meletakkan topik pada bagian depan suatu wacana, topik akan kelihatan mencolok di antara unsure-unsur wacana yang lain, sehingga topik akan mudah diketahui oleh penerima atau pembaca wacana.

Berikut diberikan contoh penonjolan topik yang dilakukakan dengan pengedepanan, dikutip dari penelitian Sumadi :

(1) (a) Harjito miterang marang Pak Parijan magepokan karo ora tekone Waris ing kelurahan. (b) Sawise oleh keterangan kang banget ora gawe mareming piker, Harjito banjur pamitan mulih marang Pak Parijan. (c)

Mangkono uga banjur pamitan mulih marang Supini, Wartini, Ian Karnani, (d) Harjito ora ndadak banjur mlebu Ian lungguh maneh. (e) Dheweke terus nyengklak sepedhane.

‘(a) Harjito meminta keterangan kepada Pak Parijan berkaitan dengan tidak hadirnya Waris di kelurahan. (b) Setelah memperoleh keterangan yang sangat tidak memuaskan hatinya, Harjito lalu berpamitan pulang kepada Pak Parijan. (c) Begitu pula, lalu berpamitan pulang kepada Supini, Wartini, dan Karnani.(d) Harjito tidak usah masuk (ke rumah) dan duduk lagi. (e) Dia terus menaiki sepedanya’.

Pada contoh di atas, pengedepanan topik Harjito dilakukan pada awal kalimat. Kalimat pertama, Harjito bertindak sebagai topik, dan miterang marang Pak Parijan magepokan karo ora tekone Waris ing kelurahan ‘meminta keterangan kepada Pak Parijan berkaitan dengan tidak hadirnya Waris di kelurahan’ sebagai komen. Konstituen Harjito yang menjadi topik kalimat (1a) sekaligus menjadi topik kalimat (1b)-(1e). Kalimat (1b)-(1e) merupakan penjabaran terhadap topik kalimat (1a).

Sehubungan dengan asumsi kedua, yakni pemertahanan dan pengacuan topik oleh seluruh bagian wacana, dimaksudkan untuk menciptakan kesinambungan topik wacana. Menurutnya, terdapat tiga alat untuk menciptakan kesinambungan topik dalam wacana narasi bahasa Jawa, yaitu (1) pelesapan, (2) penyulihan, dan (3) pengulangan.

Berikut dikutip contoh kesinambungan topik yang tercipta dengan pelesapan, penyulihan dan pengulangan, yang dikemukakan Suriadi :

a. Pelesapan

(2) (a) Sapungkure bapake, Ratri isih tetep dheleg-dheleg ing lungguhe. (b) Ødheleg-dheleg kaya tugu.(c)Nanging ora antara suwe Ø banjur tumuju ing kamare, kamar kang tansah setya ngancani dheweke ing wektu bungah Ian susah.

‘(a) Sepulang ayahnya, Ratri masih tetap termenung di tempat duduknya. (b) Ø termenung seperti tugu. (c) Akan tetapi, tidak beberapa lama Ø lalu menuju ke kamarnya. Kamar yang selalu setia menemani dia dalam waktu senang dan susah’.

Pada contoh di atas, bentuk-bentuk zero (Ø) mengacu hanya pada satu topik, yaitu Ratri (2a). Pelesapan terjadi untuk menjaga keterjalinan topik dalam wacana. Pelesapan ini memungkinkan, apabila tidak ada interferensi topik lain, sehingga tidak akan menimbulkan ketaksaan.

b. Penyulihan

Kiat lain untuk menciptakan kesinambungan topik dalam wacana narasi bahasa Jawa menurut Suradi adalah penyulihan. Penyulihan adalah penggantian suatu konstituen yang menandai topik dengan konstituen lain yang maknanya berbeda, tetapi antara konstituen tersulih dan konstituen penyulih memiliki acuan yang sama.

Berikut contoh penyulihan yang dikutip dalam Suradi :

(3) (a) Ari Sunandi kena diarani priya kreatif sing jenenge moncer ing desa Menganti, Kecamatan Kesugihan, Cilacap (Jateng). (b) Priya lulusan STM iki kasil ngrakit montor kanggo ngankut semangkane Ian palawija asile sing nggarap sawah Ian tegale.

‘(a) Ari Sumadi dapat disebut pria kreatif yang namanya terkenal di desa Mengganti, Kecamatan Kasugihan Cilacap(Jateng). (b) Pria lulusan STM ini berhasil merakit mobil untuk mengangkut semangka dan palawija hasil yang mengerjakan sawah dan ladangnya’.

Pada contoh di atas, penyulihan dilakukan dengan konstituen senilai, topik Ari Sunadi (3a), disulih dengan konstituen yang senilai, yakni priya lulusan STM iki ‘pria lulusan STM ini’. Selama tidak ada interferensi dari topik lain, penyulihan ini bisa digunakan untuk tetap menjaga kesinambungan topik wacana.

c. Pengulangan

Kiat selanjutnya untuk menciptakan kesinambungan topik dalam wacana bahasa Jawa, dapat dilakukan dengan pengulangan. Pengulangan dimaksudkan untuk mengulang kembali konstituen yang menandai topik wacana pada kalimat-kalimat pembangun wacana tersebut’

Berikut contoh pengulangan yang dapat menciptakan kesinambungan topik wacana bahasa Jawa, yang dikutip dari Suriadi :

(4) (a) Sang Putri Joharmanik lega penggalihe. (b) Sang Puti nuli enggal- enggal tindak marani panggonane mantri sing methuk. (c)Nalika iku dumadakan Sang Putri mireng geretinglawang, nuli priksa ana wong obor-obor ing sajroning omahe Kyai Saudagar, kaya arep metu. (d) Sang Putri kuwatos selak konangan wong kang obor-obor mau. (e) Mula ora saranta, Sang Putri banjur nyengklak jaran dibandhangake.

‘(a) Sang Putri Joharmanik lega hatinya. (b) Sang Putri lalu segera berjalan mendekati tempat menteri yang menjemputnya. (c) Ketika itu tiba-tiba Sang Putri mendengar suara (tarikan) pintu lalu mengetahui ada orang menyalakan (api) obor di dalam rumah Kyai Saudagar, sepert akan keluar. (d) Sang Putri khawatir terburu dipergoki oleh orang yang menyalakan (api) obor tadi. (e) Oleh sebab itu, tidak berpikir panjang, Sang Putri lalu menaiki kuda, dipacu (meninggalkan rumah Kyai Saudagar)’.

Pada contoh di atas, pengulangan topik dilakukan dengan pengulangan sebagian. Topik Sang Putri Joharmanik (4a) hanya diulang sebagian penyebutannya menjadi Sang Putri pada (4b)-(4e).

Penelitian yang dilakukan oleh Suradi di atas berangkat dari dua asumsi, yaitu penonjolan topik dan kesinambungan topik. Pada umumnya, tiga piranti kesinambungan topik yang digunakannya, memungkinkan untuk menciptakan kesinambungan topik dalam wacana. Akan tetapi, perlu dipertimbangkan faktor-

faktor yang bisa mempengaruhi kualitas kesinambungan itu sendiri, seperti jarak rujuk topik, dan kemungkinan-kemungkinan adanya interferensi dari topik lain.

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Wong Khek Seng (1995). Dia meneliti tentang kesinambungan topik dalam bahasa Melayu. Permasalahan pokok kajiannya adalah tingkat kesinambungan topik dan peranan setiap bentuk topik dalam teks narasi bahasa Melayu. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang dikemukakan oleh Givon (1983), diperoleh hasil penelitian seperti berikut :

(1). Dalam teks narasi bahasa Melayu, topik yang memiliki kesinambungan tertinggi pertama adalah ganti nama kosong. disusul ganti nama genitif, dan ganti nama penuh. Sementara itu, topik yang memiliki kesinambungan terendah pertama adalah frasa kata nama rencam, disusul, kata nama tak tentu dan kata nama tentu. (2). Dalam teks narasi bahasa Melayu, topik yang berperan sebagai alat pemula topik

adalah frasa nama rencam, frasa kata nama tak tentu dan frasa kata nama tentu. Topik yang berperan sebagai alat penyambung topik adalah ganti nama nama kosong, ganti nama genitif, dan ganti nama penuh.

Berdasarkan temuan penelitian dalam teks narasi bahasa Melayu di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan keenam bentuk topik memiliki alasan tersendiri karena setiap bentuk frasa kata nama tersebut membentuk satu ciri gramatikal tersendiri dan memiliki peran tersendiri pula, apakah sebagai alat pemula topik atau alat penyambung topik. Selain itu, pemilihan frasa kata nama juga dipengaruhi oleh

informasi lama dan informasi baru. Frasa kata nama yang berperan sebagai alat penyambung topik, pada umumnya terkait dengan informasi lama. Sedangkan frasa kata nama yang berperan sebagai alat pembuka topik, terkait dengan informasi baru.

Kedua penelitian yang telah di bicarakan di atas memiliki kesamaan dengan permasalahan penelitian ini, yakni mengkaji masalah topik dari sudut kesinambungannya. Melihat dari hasil dan pembahasan penelitian di atas, peneliti berusaha mengkaji kesinambungan topik dari aspek lain, yang belum pernah dilakukan sebelumya. Dengan kata lain, peneliti memilih jenis teks dan pembahasan yang berbeda dari kedua penelitian di atas. Sejalan dengan penelitian Wong Khek Seng, peneliti mengembangkan pengidentifikasian topik pada faktor-faktor penentu kesinambungan topik lainnya, sehingga hasil yang diperolehpun akan berbeda.

3.1 Pendahuluan

Pada bab ini, diuraikan beberapa istilah yang dikemukakan oleh Givon (1983) sekaligus menjadi landasan teori penelitian ini. Pertama adalah tataurutan kata

word-order dalam KKM. Kedua, tentang parameter kesinambungan topik. Parameter ini bertolak dari ketiga ukuran kesinambungan topik, yakni JR, KG dan KT. Ketiga, tentang ketiga ukuran kesinambungan topik, yakni JR, KG, KT. Keempat, tentang penghitungan klausa. Penghitungan klausa terkait dengan rentang nilai yang telah ditetapkan pada ketiga ukuran kesinambungan topik, yakni JR, KG, dan KT. Kelima, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan topik. Keenam, tentang fungsi topik utama dalam paragraf tematik. Delapan, tentang skala kesinambungan topik dalam KKM. Kesembilan, tentang perangkat gramatikal yang digunakan dalam KKM, yakni pronomina kosong, pronomina orang ketiga, pronomina posesif, pronomina takrif, pronomina tak takrif, dan pronomina relatif.

Dokumen terkait