• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alih kode karena faktor pembicara (O1)

6.6 Sebab-sebab Terjadinya Alih Kode dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi

6.6.1 Alih kode karena faktor pembicara (O1)

6.6.1.1 O1 ingin memberikan penekanan pada topik pembicaraan

Alih kode juga terjadi karena O1 ingin memberikan penekanan pada topik pembicaraan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut.

Data 19

(01) : (1) Kira-kira apa saja tugasnya Pradah nika Pak Tut? „Kira-kira apa saja tugas Pradah itu Pak Tut?‟

(02) : (2) Nah, nika, tugas Pradah nika kan, artinya (1) kan jelas nama Pradah nika kan pemuda.

„Nah, itu tugas Pradah itu kan, artinya (1) kan jelas nama Pradah itu kan pemuda.‟

: (3) Jadi, artinya membantu meringankan beban orang tua, ten kenten? „Jadi, artinya membantu meringankan beban orang tua, kan begitu.‟ : (4) Seperti ada kegiatan apa anak-anak muda yang berperan, misalnya

mekiis anak-anak muda yang mempersiapkan tempatnya.

(01) : (5) Berarti secara tidak langsung ikut juga melestarikan ajeg Bali, Pak Tut ya

(02) : (6) Ya secara tidak langsung itu sudah tujuannya untuk ngajegang Bali sebenarnya, ten kenten.

„Ya secara tidak langsung itu sudah tujuannya untuk melestarikan ajeg Bali sebenarnya, kan begitu.‟

Pada awalnya, O1 menggunakan BI yang dicampur dengan BB pada K1, Kira-kira apa saja tugasnya Pradah nika Pak Tut? „Kira-kira apa saja tugasnya Pradah itu Pak Tut?‟ Tuturan O1 direspons oleh O2 dengan menggunakan BI dicampur dengan BB, seperti tampak pada K2, Nah, nika, tugas Pradah nika kan, artinya (1) kan jelas nama Pradah nika kan pemuda „Nah, itu tugas Pradah itu kan, artinya (1) kan jelas nama Pradah itu kan pemuda.‟

Fenomena alih kode terjadi dari BI yang bercampur dengan BB pada K1 ke BI pada K5, Berarti secara tidak langsung ikut juga melestarikan ajeg Bali, Pak Tut ya. Alih kode itu disebabkan oleh keinginan O1 untuk memberikan penekanan pada topik pembicaraan.

6.6.1.2 O1 bermaksud lebih akrab

Fenomena alih kode juga bisa terjadi agar situasi lebih akrab. Keakraban ini dapat dilihat dari tempat dan kosakata yang dipergunakan oleh partisipan dalam sebuah peristiwa tutur. Fenomena alih kode yang demikian dapat dilihat pada data berikut.

Data 3

(O1) : (4) Yeh, saya kan minta sama adik, gimana ini? „Wah, saya kan minta pada adik, bagaimana ini?‟ (O2) : (5) Kenkenne, ada apa ne?

„Bagaimana ini, ada apa?‟ (O1) : (6) Sing ja ada engken.

„Tidak ada apa.‟ : (7) Cuma anu saja. : (8) Kebetulan anune

„Kebetulan ada sesuatu ini.‟ (O2) : (9) Nyen ento?

(O1) : (10) Ada bos baru ini dari Palu. „Ada bos baru dari Palu.‟ : (11) Kalau memang anu. „Kalau memang begitu.‟ : (12) Apang iraga pituru kenal. „Supaya kita saling kenal.‟ (O2) : (13) Sip, sip, oke!

„Ya, ya saya setuju!‟

Dilihat dari bahasa yang digunakan, data 3 merupakan peristiwa tutur yang sangat sederhana bahasanya. Pada awalnya, tuturan dimulai oleh O1 dengan menggunakan BBC pada K4. Kemudian direspons oleh O2 dengan menggunakan BB seperti tampak pada K5, Kenkenne, ada apa ne? „Bagaimana ini, ada apa?‟

Dengan melihat tuturan yang terdapat pada K4, Yeh, saya kan minta sama adik, gimana ini? „Wah, saya kan minta pada adik, bagaimana ini?‟, tampak sekali adanya rasa akrab antara O1 dan O2. Apalagi percakapan itu sebagian besar menggunakan BB, seperti tampak pada K5, K6, K9, dan K12.

Fenomena alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K13, Sip, sip, oke! „Ya, ya saya setuju.‟ Alih kode itu dilakukan oleh O2 dari BB, Nyen ento? „Siapa itu?‟ ke bahasa Inggris pada K13. Penyebabnya tiada lain agar suasananya semakin akrab.

6.6.1.3 O1 bermaksud merahasiakan sesuatu

Fenomena alih kode untuk merahasiakan sesuatu sering terjadi saat transaksi jual-beli barang, baik di pasar, toko, maupun di kios-kios kecil. Hal itu dilakukan agar harga barang yang ditawarkan kepada pembeli tidak diketahui. Penyebab alih kode yang demikian dapat dilihat pada data berikut.

Data 11

(O1) : (3) Sakuya muni ana miu? „Berapa juga anakmu?‟ : (4) Keto, anak berturut-turut to. „Begitu, orang berturut-turut itu.‟ : (5) Nakuya komiu?

„Sedang apa kamu?‟

: (6) Keto ba, nak berturut-turut to

„Begitu sudah, orang berturut-turut itu.‟ (O2) : (7) Berturut-turut, oh!

(O3) : (8) Degaga harapang. „Tidak ada harapan.‟ (O1) : (9) Degaga harapang.

„Tidak ada harapan.‟

Merahasiakan sesuatu kepada orang lain sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal itu memang perlu dilakukan agar orang lain tidak mengetahui apa yang dibicarakan oleh penutur, seperti halnya peristiwa tutur pada data 11.

Pada awalnya, O1 menggunakan BK karena topiknya tentang bahasa Kaili. Pemahaman tentang bahasa Kaili ini tampak dari tuturan yang disampaikan O1 pada K4,Keto, anak berturut-turut to „Begitu, orang berturut-turut itu.‟ Kemudian O1 lagi menggunakan BK, seperti tampak pada kalimat Nakuya komiu? „Sedang apa kamu?‟ dan seterusnya.

Fenomena alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K9, Degaga harapang. „Tidak ada harapan.‟ Alih kode itu dilakukan oleh O1 dari BBC pada K6,Keto ba, nak berturut-turut to „Begitu sudah, orang berturut-turut itu,‟ ke BBg pada K9, Degaga harapang „Tidak ada harapan.‟ Alih kode itu dilakukan karena O1 ingin merahasiakan sesuatu kepada O2. Oleh karena itu, O1 menggunakan BBg pada K9.

6.6.1.4 O1 terpengaruh oleh ucapan O2

Fenomena alih kode dapat juga terjadi sebagai akibat O1 terpengaruh oleh ucapan mitra wicara (O2). Dalam hal ini, O1 ingin lebih dekat dengan O2. Oleh karena itu, O1 berusaha menggunakan gaya bahasa yang digunakan oleh O2 sehingga terjadilah fenomena AK. Alih kode yang demikian dapat dilihat pada data berikut.

Data 12

(01) : (7) Ning Bali ora enek? „Di Bali tidak ada?‟ (02) : (8) Ora enek.

„Tidak ada.‟

: (9) Ning kene wong tuane kabeh. „Di sini orang tuanya semua.‟ (03) : (10) Bojone wong Sulawesi.

„Istrinya orang Sulawesi.‟

(01) : (11) Mas anake tanggal piro ning anu berangkate?. „Pak, anaknya tanggal berapa berangkat?‟ (02) : (12) Tanggal telu September.

„Tanggal tiga September.‟ (01) : (13) September.

(02) : (14) Iyo. „Ya.‟

(01) : (15) Jadi, karo sopo ning kono? „Jadi, dengan siapa di sana?‟ (02) : (16) Kontingen Sulawesi Tengah.

Pada awalnya, O1 menggunakan bahasa Jawa, seperti tampak pada K7, Ning Bali ora enek? „Di Bali tidak ada?‟ Kemudian, O2 pun meresponsnya dengan menggunakan BJ pada K8 dan K9.

Yang menarik dari tuturan di atas adalah pengaruh bahasa yang digunakan oleh O2 pada K12, Tanggal telu September „Tanggal tiga September.‟ Karena ada kata /September/ pada K12 itu, O1 beralih kode dari BJ pada K11, Mas anake tanggal piro ning anu berangkate? „Pak, anaknya tanggal berapa berangkat?‟, ke

BI pada K13, September. Dengan kata lain, peralihan kode yang dilakukan oleh O1 disebabkan oleh tuturan yang dilakukan oleh O2 pada K12.

6.6.1.5 O1 ingin merendahkan diri

Fenomena alih kode dapat juga terjadi ketika seseorang berkeinginan merendahkan diri. Alih kode yang demikian dapat dilihat pada data berikut.

Data 18

(02) : (3) Tiang selain pegawai negeri, tiang masi megae kebun. „Saya selain pegawai negeri, saya juga bekerja kebun.‟ : (4) Kebun itu ada ditanam coklat.

: (5) Ya lumayanlah jani penghasilan coklat. „Ya lumayanlah sekarang penghasilan coklat.‟ : (6) Biasanya satu bulan maan satu juta.

„Biasanya satu bulan dapat satu juta.‟ : (7) Tergantung hasil.

: (8) Yen hasilne luung, liu maan.

„Kalau hasilnya bagus, banyak dapat.‟ : (9) Yen hasilne sing luung, bedik maan.

„Kalau hasilnya tidak bagus, sedikit dapat.‟ : (10) Cukup untuk tambah-tambah ongkos dapur.

Beberapa tuturan pada data 18 menggunakan BBC dan BI. Penggunaan BBC dapat dilihat pada K3, K5, K6, K8, dan K9. Penggunaan BI dapat dilihat pada K4, K7, dan K10. Penggunaan BBC dan BI pada peristiwa tutur tersebut sangat wajar karena situasinya tergolong situasi takresmi.

Fenomena alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K10, Cukup untuk tambah-tambah ongkos dapur. Alih kode itu dilakukan oleh O2 dari BBC pada K9 ke BI pada K10. Alih kode terjadi karena keinginan O2 untuk merendahkan diri. Padahal, tuturan sebelumnya O2 mengatakan seperti terlihat pada K6, Biasanya satu bulan maan satu juta. „Biasanya satu bulan dapat satu juta.‟

6.6.2 Alih kode karena faktor mitra wicara (O2)