• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam tradisi Bali ada tiga petuah bijak yang biasa jadi pegangan ketika menghadapi kesulitan, yakni seken (serius), seleg (tekun) dan beneh (lurus). Petuah itu boleh jadi ampuh jika ditambah satu “ramuan” agar bisa menyelamatkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari dampak pandemi yakni teknologi.

Bali merupakan rumah bagi 4,32 juta penduduk dan juga mesin pariwisata Indonesia. Secara akumulatif selama periode Januari-Desember 2020, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali

mencapai 1,05 juta, merosot tajam 83,26% dari periode yang sama di 2019 sebanyak 6,27 juta kunjungan.

Efek penurunan ini sangat berdampak pada pengusaha UMKM yang terkait pariwisata di Pulau Dewata. Moda bertahan yang jadi strategi sepanjang 2020 dirasa tak lagi cukup. Sebab, UMKM bisa kehabisan amunisi dan akhirnya tumbang, jika permintaan pasar tak kunjung membaik.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho menyadari betul multiplier effect dari pandemi. Pihaknya selalu menekankan akselerasi pemasaran via digital bagi UMKM yang menjadi binaan BI. Saat ini, BI provinsi Bali telah membina sebanyak 34 pengusaha UMKM.

“Tahun 2020 itu memang lebih kepada strategi bertahan, mereka bisa bayar gaji karyawan sudah bagus. Sementara 2021, mau tidak mau harus digitalisasi, kita akan kasih banyak pelatihan,” kata Trisno kepada Investor Daily, baru-baru ini.

Selain pelatihan pemasaran digital, UMKM yang masuk program binaan BI biasanya mendapat keuntungan karena didorong memiliki standar produk yang bisa menembus pasar internasional. Pasalnya, program UMKM binaan BI fokus pada dua sektor, yakni ketahanan pangan dan ekspor. Dengan mendorong ekspor, maka inflasi bisa dijaga dan negara mengatongi devisa.

Meski begitu, Trisno menyadari tak bisa menyentuh semua sektor UMKM lantaran keterbatasan sumber daya manusia. Namun, minimal UMKM hasil binaan BI bisa memberikan contoh bagi UMKM lain untuk bisa bertahan dan berkembang selama masa pandemi.

Salah satu contoh yang bisa diteladani ialah pengusaha UMKM perempuan yang menonjol dari sisi kreativitas dan manajemen keuangan. Hal ini tercermin dari wawancara Investor Daily sebelumnya dengan pemilik Bali Tangi, Meiga Collection dan Bali Collection. Ketiga perempuan pengusaha UMKM ini menerapkan manajemen utang yang sangat hati-hati, serta mempraktikan penjualan via digital.

Sementara itu, hasil survei paling anyar United Nation Development Programme (UNDP) dan Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia menyebutkan, secara umum sekitar 44% UMKM yang disurvei telah bergabung dengan e-commerce selama pandemi. Yang menarik, pemilik UMKM perempuan justru lebih banyak di pasar online ketimbang UMKM milik laki-laki.

Temuan UNDP juga menguak perbedaan cara mengelola keuangan berdasarkan gender. Bagi UMKM perempuan, mayoritas kesulitan utama yang dihadapi selama pandemi ialah membayar utang. Sementara pengusaha UMKM laki-laki cenderung kesulitan membayar biaya sewa. Selain itu, lebih dari 37% UMKM milik perempuan mengalami penurunan pendapatan antara 40-60% akibat pandemi.

Survei UNDP ini dilakukan kepada 1.100 responden UMKM di 15 provinsi di Indonesia pada Agustus 2020. Sebanyak 60% di antaranya berasal dari Jawa, dan 40% berada di luar Jawa.

Produktivitas Menurun

Hasil riset WEConnect International beserta anggota Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC) selama 2020, ditemukan sebanyak 34% pengusaha perempuan mengalami peningkatan kegelisahan yang menurunkan produktivitas selama pandemi. Dalam hal pembagian waktu, 27% pengusaha perempuan mengalami tambahan tanggung jawab atas anak ataupun orang tua yang membuat waktu untuk urusan bisnis berkurang.

Sebelum pandemi terjadi, IFC melalui riset khususnya pada 2016 menyatakan, perlu penyesuaian dan pendekatan yang berbeda oleh lembaga pembiayaan terhadap pengusaha UMKM perempuan di Indonesia. Penyesuaian tersebut meliputi produk pembiayaan, kebijakan pinjaman, persyaratan agunan dan harga.

Salah satu kontribusi IFC terhadap pengusaha UMKM perempuan ialah pemberian pinjaman US$200 juta kepada PT Bank OCBC NISP Tbk pada Februari 2020. Kucuran kredit ini terdiri dari green bond dan gender bond.

Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, mengatakan laporan McKinsey per September 2020 lalu memperkirakan PDB global akan berpotensi meningkat 26% pada 2025, jika terwujud kesetaraan gender sepenuhnya. Untuk di Indonesia, menurut data McKinsey, PDB Indonesia berpeluang bertambah US$135 miliar pada 2025 jika bisa mewujudkan kesetaraan gender.

Dengan fakta-fakta tersebut, Bank OCBC NISP yakin perempuan memiliki peran yang sangat besar untuk mendorong perekonomian, termasuk di Indonesia. “Kesetaraan gender ini bukan bicara isu sosial atau moral saja, tapi juga untuk kemajuan ekonomi dan kesejahteraan bangsa,” kata dia.

Parwati menyadari, saat ini para pelaku usaha masih wait-and-see karena pandemi belum berakhir dan perekonomian yang masih proses pemulihan. Dia menekankan, bunga kredit bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam penyaluran kredit kepada UMKM perempuan. Karena itu, OCBC menghadirkan solusi yang menyeluruh, baik solusi keuangan maupun non-keuangan.

Sumber : UNDP, LPEM-FEUI, 21 Januari 2021

Selama pandemi ini, para bankir sebenarnya tetap memiliki target pembiayaan. Namun, pengertian mendalam terhadap calon nasabah juga perlu dikedepankan. Menurut Head of Secured Lending Retail & SME Bank Commonwealth Weddy Irsan, kalau UMKM secara umum belum memerlukan tambahan kredit modal kerja, lebih baik tidak usah dipaksakan.

“Tapi UMKM diharapkan jangan datang ketika sudah bermasalah, karena proses pencairan pinjaman akan lebih sulit kalau sudah bermasalah,” kata dia.

Sementara itu, pemerintah telah memastikan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada UMKM akan kembali digelontorkan pada 2021. Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Airlangga Hartato, mengemukakan pemerintah pusat akan berkerja sama dengan pemerintah daerah untuk gerakan UMKM go digital dan bantuan modal untuk ekspansi UMKM juga diupayakan merata. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno turut menjanjikan pinjaman lunak sebesar Rp 9,9 triliun bagi pelaku pariwisata di Bali. Pinjaman ini berupa penempatan uang negara di perbankan yang disalurkan ke pelaku usaha lewat program PEN. (Farid Firdaus)

*Tulisan ini merupakan tugas akhir dalam program Banking Editors MasterClass 2020 yang diselenggarakan Sekolah Jurnalisme AJI - Commonwealth Bank

Febi Herumanika

Lampung Post

Lahir di Penijauan 26 Februari 1989. Saat ini aktif sebagai Jurnalis di Lampung Post.

Saya sangat puas mengikuti pelatihan Beasiswa Banking Editors MasterClass 2020. program kerjasama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dengan Commonwealth Bank.

Terimakasih atas ilmu serta pengetahuan yang telah diberikan selama pelatihan berlangsung, terimakasih juga kepada panitia dan penyelenggara yang telah sabar membimbing kami.

Semoga Tuhan Allah SWT memberi kemurahan rezki dan selalu diberi kesehatan kepada kita semua