• Tidak ada hasil yang ditemukan

untuk menentukan skenario pengelolaan

3.4. Analisa Data 1 Analisis histor

Analisis histori menggunakan data dari penelitian sebelumnya yang menggambarkan besaran wilayah daerah terkena rob. Data yang didapatkan diharapkan bisa menggambarkan seberapa perubahan dan besarnya dampak wilayah yang terkena rob dalam rentang waktu tertentu. Dalam analisis ini akan dilakukan secara deskriptif untuk menjelaskan data yang telah ada.

3.4.2. Analisis sistem mata pencaharian pesisir

Analisis sistem mata pencaharian pesisir dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Coastal Livelihood System Analysis (CLSA), yaitu konsep keberlanjutan mata pencaharian masyarakat pesisir. Konsep CLSA dikembangkan dalam kerangka pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan dimana aspek sistem alam (ekosistem) dan sistem manusia tidak dapat dipisahkan. CLSA adalah sebuah pendekatan untuk strategi identifikasi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir terkait dengan tujuan umum pengelolaan wilayah pesisir dan laut yaitu keberlanjutan sistem sumberdaya itu sendiri (Adrianto 2005 in Suriana 2009).

Dalam diagramatik, konsep CLSA terlihat bahwa identifikasi kerentanan merupakan aspek penting dalam kerangka CLSA itu sendiri dimana masyarakat pesisir biasanya rentan terhadap kerusakan sumberdaya. Dengan kata lain bahwa hubungan antara sumberdaya alam dan masyarakat pesisir merupakan hubungan timbal balik yang tidak dapat terpisahkan. Demikian halnya dengan kapital lain seperti human, financial and sosial capital (Adrianto,2005).

Identifikasi kerentanan yang digunakan dalam penelitian ini memodifikasi matrik kerentanan yang dibangun oleh Miladan (2009) yang terdiri dari kerentanan lingkungan, sosial dan ekonomi. Kerentanan lingkungan merupakan terkait dengan kondisi fisik lingkungan yang memiliki nilai strategis bagi keseimbangan ekosistem maupun memiliki nilai strategis dalam sejarah perkembangan kawasan namun berada pada wilayah rawan genangan akibat kenaikan air laut. Selanjutnya, kerentanan sosial

30

merupakan kondisi kerentanan terhadap tingkat kerapuhan sosial penduduk dalam menghadapi kerawanan genangan berasal dari kenaikan air laut. Terakhir, kerentanan ekonomi yang merupakan kerentanan yang dilihat dari segi ekonomi penduduk dan kerentanan terhadap aset-aset lahan yang dimiliki penduduk akibat genangan berasal dari kenaikan air laut. Selain itu juga merupakan kerentanan terhadap lokasi-lokasi perdagangan dan jasa serta lokasi usaha/produksi yang merupakan roda perekonomian wilayah namun berada pada wilayah rawan genangan akibat kenaikan air laut.

Pada proses analisis ini tidak terlepas dari penetapan kategori dan variabel- variabel kerentanannya. Pengelompokkan dan pemilihan variabel kerentanan dijabarkan dari sintesis beberapa elemen yang tertuang dalam muatan Undang- Undang Penataan Ruang, Undang-Undang Penanggulangan Bencana, Undang- Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta beberapa konsep/teori praktis kerentanan bencana yang diacu dalam Miladan (2009) dan Paharudin (2011). Berdasar pada beberapa ketentuan/aturan/arahan yang termuat

dalam berbagai hal tersebut maka kerentanan bencana dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori kerentanan yang tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi tingkat kerentanan Identifikasi Kerentanan Variabel Kerentanan Pengkelasan Tingkat Kerentanan Ekologi Hutan Lindung/daerah resapan air

• Tutupan hutan lindung <25%

• Tutupan hutan lindung 25-50%

• Tutupan hutan lindung >50%

Rendah Sedang Tinggi Hutan Mangrove • Tutupan hutan mangrove <25%

• Tutupan hutan mangrove 25-50%

• Tutupan hutan mangrove >50%

Rendah Sedang Tinggi Keberadaan Kawasan Terbangun

• Luas kawasan terbangun <10 Ha

• Luas kawasan terbangun 10-20 Ha

• Luas kawasan terbangun >20 Ha

Rendah Sedang Tinggi Elevasi Kawasan • Kemiringan lahan > 4 °

• Kemiringan lahan 2°- 4 ° • Kemiringan lahan 0-2° Rendah Sedang Tinggi Luas Genangan Rob

• Luas lahan tergenang <25%

• Luas lahan tergenang 25-50%

• Luas lahan tergenang >50%

Rendah Sedang Tinggi

Sosial Kepadatan

Penduduk

• Kepadatan penduduk <10 jiwa/Ha

• Kepadatan penduduk 10-25 jiwa/Ha

• Kepadatan penduduk >25 jiwa/Ha

Rendah Sedang Tinggi Tingkat Kemiskinan • Persentase KK miskin < 30%

• Persentase KK miskin 30-60%

• Persentase KK miskin >60%

Rendah Sedang Tinggi Mata Pencaharian • Nelayan

• Pengusaha barang/jasa

• Buruh industri

Rendah Sedang Tinggi

31

Tabel 1. Identifikasi tingkat kerentanan (lanjutan) Identifikasi Kerentanan Variabel Kerentanan Pengkelasan Tingkat Kerentanan Sosial Status Kepemilikan

Lahan

• Persentase status lahan milik penduduk dan swasta < 30% dari kawasan

• Persentase status lahan milik penduduk dan swasta 30-60% dari kawasan

• Persentase status lahan milik penduduk dan swasta >60% dari kawasan Rendah Sedang Tinggi Pemahaman terhadap Bencana

• Sudah ada pemahaman masyarakat

• Belum ada pemahaman masyarakat

Rendah Tinggi Sikap terhadap

Terjadinya Bencana

• Berpindah dari kawasan tergenang

• Tetap menetap di kawasan tergenang

Rendah Tinggi Ekonomi Keberadaan Lokasi

Usaha/Produksi

• Tidak terdapat kawasan lokasi usaha/produksi

• Terdapat beberapa bangunan usaha/produksi

• Terdapat kawasan lokasi usaha/produksi Rendah Sedang Tinggi Keberadaan Kawasan Perdagangan dan Jasa

• Tidak terdapat kawasan perdagangan dan jasa

• Terdapat beberapa bangunan perdagangan dan jasa

• Terdapat kawasan perdagangan dan jasa Rendah Sedang Tinggi Persentase Jalan Tergenang Rob

• Rasio panjang jalan dan jalan kereta api yang tergenang pendek (<30%)

• Rasio panjang jalan dan jalan kereta api yang tergenang sedang (30-60%)

• Rasio panjang jalan dan jalan kereta api yang tergenang panjang (>60%)

Rendah Sedang Tinggi Kerusakan Fisik

Bangunan

• Kerusakan fisik bangunan <25%

• Kerusakan fisik bangunan 25-50%

• Kerusakan fisik bangunan >50%

Rendah Sedang Tinggi Modifikasi: Miladan (2009) dan Paharuddin (2011)

Langkah-langkah penentuan mata pencaharian masyarakat berbasis pada sistem insentif yang diuraikan oleh Emerton (2001) yang diacu dalam Adrianto (2005) seperti berikut:

Langkah 1: Mengumpulkan informasi tentang mata pencaharian masyarakat dan kondisi sumberdaya alam. Dalam tahap ini informasi tentang kondisi kunci sosial ekonomi masyarakat pesisir dan kondisi sumberdaya alam pesisir dan laut merupakan salah satu faktor penting yang harus dikumpulkan dan pada saat yang bersamaan interaksi antara masyarakat pesisir dan sumberdaya alam (ekosistem) diidentifikasi.

32

Step 1.

Mengumpulkan informasi tentang karakteristik mata pencaharian masyarakat dan kondisi sumberdaya alam

Step 2.

Menganalisis pengaruh masyarakat terhadap kondisi sumberdaya alam

Step 5.

Implementasi pengembangan mata pencaharian masyarakat berbasis insentif

Step 4.

Memilih sistem insentif ekonomi yang tepat untuk konservasi berbasis masyarakat

Step 3.

Identifikasi sistem insentif terkait dengan pengembangan mata pencaharian masyarakat

Gambar 6. Langkah-langkah mendisain CLSA

Langkah 2: Menganalisis pengaruh masyarakat pesisir terhadap kondisi sumberdaya dan laut. Tahap ini identifikasi aktifitas masyarakat pesisir yang secara langsung berkontribusi terhadap kerusakan sumberdaya pesisir dan laut perlu dilakukan. Pada saat yang bersamaan dilakukan pula identifikasi faktor yang mempengaruhi aktifitas tersebut, baik dalam perspektif sosial maupun ekonomi.

Langkah 3: Mengidentifikasi kebutuhan masyarakat pesisir. Terdapat dua aspek pada tahap ini. Yang pertama, identifikasi kebutuhan terhadap sistem insentif yang diperlukan oleh masyarakat khususnya dalam kerangka konservasi sumberdaya pesisir dan lautan. Yang kedua, peluang penerapan sistem insentif dalam konservasi sumberdaya pesisir dan lautan.

Langkah 4: memilih sistem insentif bagi konservasi sumberdaya pesisir dan laut berbasis masyarakat. Pada tahap ini, identifikasi dan pemilihan sistem insentif menjadi faktor penting. Sistem insentif harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat pesisir seperti pada langkah 3.

Langkah 5: Implementasi sistem insentif. Pada tahap ini, implementasi yang disertai dengan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi tersebut. Secara lengkap langkah-langkah mendesain CLSA disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.

33

a. menggambarkan kondisi sosial ekonomi dan sumberdaya alam

b. identifikasi interaksi antara mata pencaharian dengan sumberdaya alam a. identifikasi aktivitas yang berkontribusi langsung dengan penurunan sumberdaya b. identifikasi pemicu kegiatan ekonomi dan penurunan sumberdaya

a. mengatur tempat mengukur insentif untuk konservasi sumberdaya

b. Identifikasi relung untuk mengukur insentif

untuk konservasi sumberdaya

b. identifikasi relung untuk mengukur insentif

untuk konservasi sumberdaya

a. identifikasi kebutuhan untuk mengukur insentif konservasi sumberdaya b. meninjau ulang, re-desain dan merancang kembali sebagaimana diperlukan mengukur insentif untuk konservasi sumberdaya STEP 1 STEP 2 STEP 3 STEP 4 STEP 5

Gambar 7. Langkah lengkap dalam mendisain CLSA

Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar 7, secara rinci langkah-langkah mendisain CLSA dijelaskan sebagai berikut:

a. Langkah 1, mengumpulkan informasi tentang mata pencaharian masyarakat dan kondisi sumberdaya alam

Dalam tahap ini, informasi tentang kondisi kunci social ekonomi masyarakat pesisir dan kondisi sumberdaya alam pesisir dan laut merupakan salah satu factor penting yang harus dikumpulkan dan pada saat yang bersamaan interaksi antara masyarakat pesisir dan sumberdaya alam (ekosistem) diidentifikasi. Checklist tahap 1 dalam CLSA disajikan pada Gambar 8.

a. identifikasi relung untuk memilih insentif

untuk konservasi sumberdaya

34

KONTEKS: