• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG

Pada uraian sebelumnya telah dibahas tentang hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Dalam kenyataannya masih banyak faktor lain yang mempengaruhi terhadap pengusahaan lahan sawah. Pada bagian ini faktor-faktor lain tersebut akan dimasukan ke dalam model.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah di lokasi penelitian diolah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple linear regression). Analisis ini dilakukan untuk menguji pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas (independent variable atau X) dan satu variabel tergantung (dependent variable atau Y). Oleh karena pengusahaan lahan sawah dapat dilihat berdasarkan luas pengusahaan lahan sawah dan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah, maka Variable dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedua kategori tersebut.

10.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengusahaan Lahan Sawah Hasil kajian berikut ini akan memaparkan analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah di Kelompok Tani Harum IV, Kec. Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011. Jika dependent variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka

independen varible yang diduga mempengaruhi luas pengusahaan lahan sawah

adalah status pengusahaan lahan (terdiri dari: kelompok status pemilik (DSP), kelompok status pemilik dan penggarap (DSPP), serta kelompok status penggarap (DSPGR)), laju peningkatan luas pengusahaan lahan (X1), produktivitas padi (X2), jumlah hari kerja (X3), jumlah organisasi yang diikuti (X4), pendapatan usahatani padi (X5), aset (X6), luas lahan sawah yang dikuasai (X7), dan umur saat menjadi petani mandiri (X8).

Hasil olahan dari analisis regresi linier berganda ini dapat dilihat pada Lampiran 4 yang diringkaskan pada Tabel 55. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa nilai R adalah sebesar 0,933. Nilai R pada model mencerminkan besarnya korelasi antara independent variable dengan dependent variable. Korelasi tersebut

133 semakin kuat jika nilai R mendekati 1. Dengan nilai R sebesar 0,933 maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara independent variable dengan dependent

variable relatif kuat.

Berdasarkan Tabel 55 juga dapat terlihat nilai R2 (R square) adalah sebesar 0,870 yang berarti bahwa kontribusi semua independent variable terhadap

dependent varible adalah sebesar 87 persen, sehingga 13 persen dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak termasuk di dalam model. Selain itu, berdasarkan Tabel 55 juga terlihat nilai signifikansi model sebesar 0,000. Hal tersebut mengandung arti bahwa model ini sangat signifikan pada selang kepercayaan mendekati 100 persen.

Tabel 55. Hasil Pengujian Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengusahaan Lahan Sawahb

R .933a

R Square .870

Sig .000a

F 12.144

a. Predictors: (Constant), X1 (laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah), X2 (produktivitas padi), X3 (jumlah hari kerja petani), X4 (jumlah organisasi yang diikuti), X5 (pendapatan usahatani padi), X6 (aset), X7 (luas lahan sawah yang dikuasai),X8 (umur saat menjadi petani mandiri), DSPGR (dummy status penggarap), DSPP (dummy status pemilik penggarap), DSP (dummy status pemilik)

b. Dependent Variable: Y1 (Luas Pengusahaan Lahan Sawah)

Pada Tabel 56 diperlihatkan nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas (independent variable) untuk hasil pengujian regresi faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengusahaan lahan sawah. Berdasarkan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas (independent variable) pada tabel tersebut, maka varibel bebas yang signifikan pada selang kepercayaan di atas 80 persen atau pada p < 0,20 adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status pemilik dan penggarap (DSPP) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel DSPP signifikan pada selang kepercayaan 93,8 persen.

2. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi produktivitas padi (X2) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel X2 signifikan pada selang kepercayaan 85,7 persen.

134 3. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi jumlah hari kerja (X3) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel X3 signifikan pada selang kepercayaan 80,9 persen.

4. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi pendapatan usahatani terhadap luas (X5) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel X5 signifikan pada selang kepercayaan 89,4 persen.

5. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi aset (X6) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel X6 signifikan pada selang kepercayaan 88,7 persen.

6. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi luas lahan sawah yang dikuasai (X7) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel X7 signifikan pada selang kepercayaan 99,8 persen

7. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi umur saat menjadi petani mandiri (X8) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel X8 signifikan pada selang kepercayaan 84,9 persen.

Tabel 56. Nilai Koefisien Regresi Masing-Masing Independent Varible untuk Hasil Pengujian Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengusahaan Lahan Sawaha

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) .243 .135 1.795 .088 X1 .192 .269 .074 .713 .484 X2 -.026 .017 -.190 -1.527 .143 X3 .000 .000 -.146 -1.352 .191 X4 .025 .049 .056 .504 .619 DSPP .263 .133 .208 1.975 .062 DSPGR -.048 .049 -.109 -.976 .341 DSP -.007 .074 -.013 -.091 .928 X5 .011 .006 .290 1.694 .106 X6 -.002 .001 -.259 -1.658 .113 X7 .565 .158 .721 3.580 .002 X8 .003 .002 .160 1.495 .151

135 Berdasarkan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas (independent

variable) tersebut, maka faktor yang paling mempengaruhi luas pengusahaan

lahan sawah adalah variabel dummy status pemilik dan penggarap (DSPP) dan variabel luas lahan sawah yang dikuasai (X7).

Berdasarkan Tabel 56, maka rumus persamaan garis regresi yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengusahaan lahan sawah adalah sebagai berikut:

Y1 = a + b1.D_SP + b2.D_SPP + b3.D_SPGR+ b4.X1 + b5.X2 + b6.X3 + b7.X4 + b8.X5 + b9.X6 + b10.X7 + b11.X8

dimana:

a = konstanta = 0,243

b1 = koefisien regresi dummy status pemilik (D_SP) = -0,007

b2 = koefisien regresi dummy status pemilik dan penggarap (D_SPP) = 0,263 b3 = koefisien regresi dummy status penggarap (D_SPGR) = -0,048

b4 = koefisien regresi laju peningkatan luas pengusahaan lahan (X1) = 0,192 b5 = koefisien regresi produktivitas padi (X2) = -0,026

b6 = koefisien regresi jumlah hari kerja (X3) = 0,000

b7 = koefisien regresi jumlah organisasi yang diikuti (X4) = 0,025 b8 = koefisien regresi pendapatan usahatani (X5) = 0,011

b9 = koefisien regresi aset (X6) = -0,002

b10 = koefisien regresi luas lahan sawah yang dikuasai (X7) =0,565 b11 = koefisien regresi umur saat menjadi petani mandiri (X8) = 0,003

Berdasarkan data tersebut, persamaan garis regresi yang terbentuk adalah:

Y1 = 0,243 - 0,007.D_SP + 0,263.D_SPP - 0,048.D_SPGR + 0,192.X1 - 0,026.X2

+ 0,000.X3 + 0,025.X4 + 0,011.X5 - 0,002.X6 + 0,565.X7 + 0,003.X8

Dilihat dari model persamaan tersebut terdapat 3 variabel dummy, dengan demikian model persamaan matematika yang terbentuk adalah sebagai berikut: 1. Model untuk kelompok petani pemilik, dimana D_SP = 1, D_SPP dan

D_SPGR= 0, maka model persamaannya adalah:

YSP = 0,236 + 0,192.X1 – 0,026.X2 + 0,000.X3 + 0,025.X4 + 0,011.X5 - 0,002.X6 + 0,565.X7 + 0,003.X8 ... (4)

136 2. Model untuk kelompok petani pemilik dan penggarap, dimana D_SPP = 1

, D_SP dan D_SPGR = 0, maka model persamaannya adalah:

YSPP = 0,506 + 0,192.X1 – 0,026.X2 + 0,000.X3 + 0,025.X4 + 0,011.X5 - 0,002.X6 + 0,565.X7 + 0,003.X8 ... (5) 3. Model untuk kelompok petani penggarap, dimana D_SPGR = 1 , D_SP

dan D_SPP = 0, maka model persamaannya adalah:

YSPGR = 0,195 + 0,192.X1 - 0,026.X2 + 0,000.X3 + 0,025.X4 + 0,011.X5 - 0,002.X6 + 0,565.X7 + 0,003.X8 ... (6)

Dimana:

YSP = Luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik

YSPP =Luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik dan penggarap YSPP = Luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik dan penggarap YSPGR =Luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani penggarap

X1 = laju peningkatan luas pengusahaan lahan X2 = produktivitas padi

X3 = jumlah hari kerja

X4 = jumlah organisasi yang diikuti X5 = pendapatan usahatani padi X6 = aset

X7 = luas lahan sawah yang dikuasai X8 = umur saat menjadi petani mandiri

Nilai konstanta sebesar 0,236 pada persamaan 1 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani pemilik adalah sebesar 0,236 ha jika tidak ada variabel bebas yang mempengaruhi. Nilai konstanta sebesar 0,506 pada persamaan 2 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani pemilik dan penggarap adalah sebesar 0,506 ha jika tidak ada variabel bebas yang mempengaruhi. Nilai konstanta sebesar 0,195 pada persamaan 3 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani penggarap adalah sebesar 0,195 ha jika tidak ada variabel bebas yang mempengaruhi.

Nilai konstanta yang disajikan menggambarkan prilaku petani dalam mengusahakan lahannya. Meskipun petani mengalami hal-hal yang berpotensi untuk mengurangi hasil produksinya, mereka akan tetap berusaha untuk mengusahakan lahan pada musim berikutnya.

137 Membandingkan nilai konstanta pada model ini dibandingkan dengan nilai konstanta pada model persamaan (1), (2) dan (3) pada bab sebelumnya, maka nampak bahwa untuk kelompok petani pemilik dan kelompok petani penggarap, dengan dimasukkannya variabel baru berdampak terhadap meningkatnya nilai konstanta pada masing masing persamaannya, sedangkan untuk kelompok petani pemilik dan penggarap mengalami penurunan. Dengan adanya penambahan variabel baru, maka nilai konstanta pada persamaan (4), (5) dan (6) mendekati nilai rata rata pengusahaan lahan sawah yang terjadi saat ini, seperti terlihat pada Tabel 57. Dengan demikian, model relatif dapat menjelaskan fakta yang terjadi saat ini.

Tabel 57. Rata-Rata Pengusahaan Lahan Sawah Berdasarkan Status Penguasaan yang Didekati oleh Model Persamaan dan Kondisi Saat ini di Kelompok Tani Harum IV, Kec. Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

Status Penguasaan Lahan Sawah

Rata-Rata Luas Pengusahaan Lahan Sawah (Ha) Berdasarkan Nilai Konstanta Pada Model Persamaan A Berdasarkan Nilai Konstanta Pada Model Persamaan B Rata Rata Pengusahaan Lahan Sawah Saat

ini

Petani Pemilik 0,063 0,236 0,32

Petani Pemilik dan Penggarap

0,548 0,506 0,45

Petani Penggarap 0,141 0,195 0,27

Keterangan

1. Model Persamaan A adalah model yang dibangun untuk melihat hubungan antara luas pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi seperti pada model persamaan (1), (2) dan (3)

2. Model Persamaan B adalah model yang dibangun untuk melihat hubungan antara luas pengusahaan lahan sawah dengan faktor faktor yang mempengaruhinya seperti pada model persamaan (4), (5) dan (6)

Laju peningkatan luas pengusahaan lahan (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,192. Nilai tersebut menunjukkan pertambahan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,192 ha/musim jika terjadi penambahan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 1 ha/tahun. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa rata-rata laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah adalah sebesar 0,186 ha/tahun. Dengan rata-rata laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,186 ha/tahun, maka rata-rata luas pengusahaan lahan sawah mengalami peningkatan sebesar 0,036 ha/musim atau setara dengan 357,12

138 m2/musim. Karena koefisien regresi laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah bernilai positif, maka hubungan antara laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah dengan luas pengusahaan lahan sawah adalah hubungan yang searah. Akan tetapi bukanlah hal yang mudah untuk menciptakan kondisi agar petani mampu meningkatkan laju pengusahaan lahan sawahnya. Beberapa faktor yang menyebabkan petani kesulitan dalam meningkatkan laju pengusahaan lahan sawahnya adalah : (1) terbatasnya ketersediaan lahan, (2) keterbatasan akses untuk untuk meningkatkan penguasaan lahan. Keterbatasan akses utama yang dapat dialami oleh petani adalah ketidakmampuan petani untuk menyediakan modal pembelian lahan.

Produktivitas padi (X2) memiliki koefisien regresi produktivitas padi bernilai negatif, maka hubungan yang terjadi antara produktivitas padi dengan luas pengusahaan lahan sawah adalah hubungan yang terbalik. Artinya setiap penambahan produktivitas padi akan menyebabkan penurunan luas pengusahaan lahan sawah. Kejadian ini bisa dipahami karena ketika pengusahaan lahan sawah kecil akan berimplikasi terhadap pendapatan usahatani yang diperoleh pun kecil. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menutupi pengeluaran Rumah Tangga adalah dengan cara mencari pendapatan di luar usahatani, karena akses untuk untuk meningkatkan pengusahaan lahan pun sulit. Dengan demikian, ketika responden mengalami peningkatan produktivitas, maka petani akan cenderung memilih untuk mengurangi lahan sawahnya karena petani sudah merasa puas dengan hasil yang didapat, sebab bertani padi hanya sebagai jaring pengaman keluarga (menjamin ketersediaan beras untuk konsumsi rumah tangga petani). Oleh karena itu, waktu yang tersedia karena pengurangan pengusahaan lahan dikompensasi dengan melakukan kegiatan di luar usahatani padi. Nilai yang diharapkan dihasilkan dari bekerja di luar usahatani padi adalah sebesar 0,026 ha/musim x 6.900 kg/ha x Rp 2.500,00/kg = Rp448.500,00/musim. Nilai koefisien regresi sebesar -0,026 menunjukkan penurunan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan produktivitas padi sebesar 1 ton/ha. Dengan demikian, jika petani mengalami penambahan produktivitas padi sebesar 1 ton/ha, maka besarnya penurunan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,026 ha/musim.

139 Jumlah hari kerja (X3) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,000 mengandung arti bahwa nilai koefisien tersebut terlalu kecil untuk diidentifikasi, sehingga perubahan yang terjadi pun relatif kecil atau tidak ada pertambahan luas pengusahaan lahan sawah yang signifikan seiring dengan bertambah atau berkurangnya umur petani.

Jumlah organisasi yang diikuti (X4) memiliki nilai koefisien regresei sebesar 0,025. Berdasarkan data, dari 32 responden sebanyak 50 persen tidak aktif berorganisasi dan sisanya rata-rata aktif pada 1 organisasi, yaitu kelompok tani. Relatif sedikitnya organisasi yang diikuti oleh petani menggambarkan bahwa jumlah organisasi yang berhubungan dengan pertanian relatif sedikit. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara jumlah organisasi yang diikuti petani dengan luas pengusahaan lahan sawah. Nilai koefisien regresi sebesar 0,025 menunjukkan pertambahan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan jumlah organisasi yang diikuti sebanyak 1 organisasi. Dengan demikian, jika petani mengalami penambahan jumlah organisasi yang diikuti sebanyak 1 organisasi, maka besarnya peningkatan luas pengusahaan lahan sawah adalah sebesar 0,025 ha.

Pendapatan usahatani (X5) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,011. Nilai tersebut menunjukkan pertambahan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan pendapatan sebesar 1 juta rupiah. Dengan demikian, jika petani mengalami penambahan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka besarnya peningkatan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,011 ha/musim.

Aset (X6) meiliki nilai koefisien regresi negatif, maka hubungan yang terjadi antara aset yang dimiliki petani dengan luas pengusahaan lahan sawah adalah hubungan yang terbalik. Artinya setiap penambahan aset akan menyebabkan penurunan luas pengusahaan lahan sawah. Kejadian ini bisa dipahami karena dua hal, yaitu: (1) motif usahatani padi sebagian besar adalah sebagai jaring pengaman keluarga yang ditandai dengan pengusahaan lahan sawah yang relatif kecil, (2) ketika pengusahaan lahan sawah kecil akan berimplikasi terhadap pendapatan usahatani yang diperoleh pun kecil. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menutupi pengeluaran Rumah Tangga adalah dengan cara mencari pendapatan di luar usahatani, karena akses untuk untuk meningkatkan

140 pengusahaan lahan pun sulit. Dengan demikian, ketika responden mengalami peningkatan aset, maka petani akan cenderung memilih untuk menginvestasikan peningkatan asetnya di luar sektor pertanian. Nilai koefisien regresi sebesar - 0,002 menunjukkan penurunan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan jumlah aset sebesar 1 juta rupiah. Dengan demikian, jika petani mengalami penambahan jumlah aset sebesar 1 juta rupiah, maka besarnya penurunan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,002 ha/musim.

Luas lahan sawah yang dikuasai (X7) memiliki nilai koefisien regresi positif, maka hubungan yang terjadi antara luas lahan sawah yang dikuasai dengan luas pengusahaan lahan sawah adalah hubungan yang searah. Nilai koefisien regresi sebesar 0,565 menunjukkan pertambahan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan luas lahan sawah yang dikuasai sebesar 1 ha/musim. Dengan demikian, jika petani mengalami penambahan luas lahan sawah yang dikuasai sebesar 1 ha/musim, maka besarnya peningkatan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,565 ha/musim.

Umur saat menjadi petani mandiri (X8) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,003 menunjukkan pertambahan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan umur saat mejadi petani mandiri lebih muda 1 tahun. Dengan demikian, jika petani mengalami penambahan umur saat menjadi petani mandiri sebesar 1 tahun, maka besarnya peningkatan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,003 ha/musim.

10.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Peningkatan Luas

Pengusahaan Lahan Sawah

Hasil kajian berikut ini akan memaparkan analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah di Kelompok Tani Harum IV, Kec. Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011. Jika dependent variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah (Y2), maka independent variable yang diduga mempengaruhi laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah adalah status pengusahaan lahan (terdiri dari: kelompok status pemilik (DSP), kelompok status pemilik dan penggarap (DSPP), serta kelompok status penggarap (DSPGR), produktivitas padi

141 (X1), umur petani (X2), luas lahan sawah yang dikuasai (X3), umur saat menjadi petani mandiri (X4), dan luas lahan milik (X5).

Hasil olahan dari analisis regresi linier berganda ini dapat dilihat pada Lampiran 5 yang diringkaskan pada Tabel 58. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa nilai R adalah sebesar 0,678. Nilai R pada model mencerminkan besarnya korelasi antara independent variable dengan dependent variable. Korelasi tersebut semakin kuat jika nilai R mendekati 1. Dengan nilai R sebesar 0,678 maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara independent variable dengan dependent

variable relatif tidak terlalu kuat.

Berdasarkan Tabel 58 juga dapat terlihat nilai R2 (R square) adalah sebesar 0,459 yang berarti bahwa kontribusi semua independent variable terhadap

dependent varible adalah sebesar 45,9 persen, sehingga 54,1 persen dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam model. Selain itu, berdasarkan Tabel 58 juga terlihat nilai signifikansi model sebesar 0,045. Hal tersebut mengandung arti bahwa model ini signifikan dengan selang kepercayaan 95,5 persen.

Tabel 58. Hasil Pengujian Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Peningkatan Luas Pengusahaan Lahan Sawah

R .678a

R Square .459

Sig .045a

F 2.444

a. Predictors: (Constant), X1 (produktifitas padi), X2 (umur petani), X3 (luas lahan sawah yang dikuasai), X4 (umur saat menjadi petani mandiri), X5 (luas lahan milik), DSPGR (dummy status penggarap), DSPP (dummy status pemilik penggarap), DSP (dummy status pemilik)

b. Dependent Variable: Y2 (Laju peningkatan luas Pengusahaan Lahan Sawah)

Pada Tabel 59 diperlihatkan nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas (independent variable) untuk hasil pengujian regresi faktor-faktor yang mempengaruhi laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah. Berdasarkan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas (independent variable) pada tabel tersebut, maka varibel bebas yang signifikan pada selang kepercayaan di atas 80 persen atau pada p < 0,20 adalah sebagai berikut:

142 1. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status pemilik dan penggarap (DSPP) terhadap laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah (Y2), maka variabel DSPP signifikan pada selang kepercayaan 87,7 persen.

2. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status penggarap (DSPGR) terhadap laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah (Y2), maka variabel DSPGR signifikan pada selang kepercayaan 83,9 persen.

3. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi produktivitas (X1) terhadap laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah (Y2), maka variabel produktivitas (X1) signifikan pada selang kepercayaan 88,2 persen.

4. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi umur petani (X2) terhadap laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah (Y2), maka variabel umur petani (X2) signifikan pada selang kepercayaan 90,4 persen. 5. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi luas lahan sawah

yang dikuasai (X3) terhadap laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah (Y2), maka variabel luas lahan sawah yang dikuasai (X3) signifikan pada selang kepercayaan 96,8 persen.

6. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi umur saat menjadi petani mandiri (X4) terhadap laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah (Y2), maka variabel umur saat menjadi petani mandiri (X4) signifikan pada selang kepercayaan 98,9 persen.

7. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi luas lahan milik (X5) terhadap laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah (Y2), maka variabel luas lahan milik (X5) signifikan pada selang kepercayaan 85,5 persen.

Berdasarkan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas (independent

variable) tersebut, maka faktor yang paling mempengaruhi laju peningkatan luas

pengusahaan lahan sawah adalah variabel umur petani (X2), luas lahan sawah yang dikuasai (X3), dan umur saat menjadi petani mandiri (X4).

143

Tabel 59. Nilai Koefisien Regresi Masing-Masing Independent Variable untuk Hasil Pengujian Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Peningkatan Luas Pengusahaan Lahan Sawaha

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std.

Error Beta T Sig.

1 (Constant) .154 .122 1.269 .217 DSP .029 .045 .147 .637 .531 DSPP -.185 .115 -.379 -1.602 .123 DSPGR -.051 .035 -.297 -1.447 .161 X1 -.015 .009 -.281 -1.623 .118 X2 -.003 .002 -.334 -1.736 .096 X3 .234 .103 .774 2.284 .032 X4 .004 .001 .460 2.764 .011 X5 -.209 .139 -.474 -1.509 .145

a. Dependent Variable: Y2 (Laju peningkatan luas Pengusahaan Lahan Sawah)

Berdasarkan Tabel 64, maka rumus persamaan garis regresi yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah adalah sebagai berikut:

Y2 = a + b1.D_SP+ b2.D_SPP+ b3.D_SPGR + b4.X1 + b5.X2 + b6.X3 + b7.X4 + b8.X5

dimana:

a = konstanta = 0,154

b1 = koefisien regresi dummy status pemilik (D_SP) = 0,029

b2 = koefisien regresi dummy status pemilik dan penggarap (D_SPP) = -0,185 b3 = koefisien regresi dummy status penggarap (D_SPGR) = -0,051

b4 = koefisien regresi produktivitas padi (X1) = -0,015 b5 = koefisien regresi umur petani (X2) = -0,003

b6 = koefisien regresi luas lahan sawah yang dikuasai (X3) = 0,234 b7 = koefisien regresi umur saat menjadi petani mandiri (X4) = 0,004 b8 = koefisien regresi luas lahan milik (X5) = -0,209

144 Berdasarkan data tersebut, persamaan garis regresi yang terbentuk adalah:

Y2 = 0,154 + 0,029.D_SP - 0,185.D_SPP - 0,051.D_SPGR - 0,015.X1 - 0,003.X2

+ 0,234.X3 + 0,004.X4 - 0,209.X5

Dilihat dari model persamaan tersebut terdapat 3 variabel dummy, dengan demikian model persamaan matematika yang terbentuk adalah sebagai berikut: 1. Model untuk kelompok status pemilik, dimana D_SP = 1 , D_SPP dan

D_SPGR = 0, maka model persamaannya adalah:

YSP = 0,183 - 0,015.X1 - 0,003.X2 + 0,234.X3 + 0,004.X4 - 0,209.X5 …. (1) 2. Model untuk kelompok status pemilik dan penggarap, dimana D_SPP= 1,

D_SP dan D_SPGR = 0, maka model persamaannya adalah:

YSPP = -0,031 - 0,015.X1 - 0,003.X2 + 0,234.X3 + 0,004.X4 - 0,209.X5 .. (2) 3. Model untuk kelompok status penggarap, dimana D_SPGR= 1, D_SP dan

D_SPP = 0, maka model persamaannya adalah:

YSPGR = 0,103 - 0,015.X1 - 0,003.X2 + 0,234.X3 + 0,004.X4 - 0,209.X5 .. (3)

Dimana:

YSP = Laju peningkatan luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik

YSPP = Laju peningkatan luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik dan penggarap

YSPP = Laju peningkatan luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik dan penggarap

YSPGR =Laju peningkatan luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani penggarap X1 = produktivitas padi

X2 = umur petani

X3 = luas lahan sawah yang dikuasai X4 = umur saat menjadi petani mandiri X5 = luas lahan milik

Nilai konstanta sebesar 0,183 pada persamaan 1 menunjukkan rata-rata laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah petani pemilik adalah sebesar 0,263 ha/tahun jika tidak ada variabel X yang mempengaruhi. Nilai konstanta sebesar -0,031 pada persamaan 2 menunjukkan rata-rata laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah petani pemilik dan penggarap adalah sebesar -0,031

145 ha/tahun jika tidak ada variabel X yang mempengaruhi. Nilai konstanta sebesar 0,103 pada persamaan 3 menunjukkan rata-rata laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah adalah sebesar 0,103 ha/tahun jika tidak ada variabel X yang mempengaruhi.

Produktivitas padi (X1) memiliki koefisien regresi bernilai negatif, maka hubungan yang terjadi antara produktivitas padi dengan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah adalah hubungan yang terbalik. Artinya setiap penambahan produktivitas padi akan menyebabkan penurunan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah. Kejadian ini bisa dipahami karena ketika pengusahaan lahan sawah kecil akan berimplikasi terhadap pendapatan usahatani yang diperoleh pun kecil. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menutupi pengeluaran rumah tangga adalah dengan cara mencari pendapatan di luar usahatani, karena akses untuk untuk meningkatkan pengusahaan lahan pun sulit. Dengan demikian, ketika responden mengalami peningkatan produktivitas, maka petani akan cenderung memilih untuk mengurangi lahan sawahnya karena petani sudah merasa cukup sebab bertani padi hanya sebagai jaring pengaman keluarga (menjamin ketersediaan beras untuk konsumsi rumah tangga petani). Oleh karena itu, waktu yang tersedia karena pengurangan pengusahaan lahan dikompensasi dengan melakukan kegiatan di luar usahatani padi.

Nilai koefisien regresi sebesar -0,015 menunjukkan penurunan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan produktivitas padi sebesar 1 ton/ha. Dengan demikian, jika petani mengalami penambahan produktivitas padi sebesar 1 ton/ha, maka besarnya penurunan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,015 ha/tahun.

Umur petani (X2) memiliki koefisien regresi bernilai negatif, maka hubungan yang terjadi antara umur petani dengan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah adalah hubungan yang terbalik. Artinya setiap penambahan umur petani akan menyebabkan penurunan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah. Nilai koefisien regresi sebesar -0,003 menunjukkan penurunan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan umur petani sebesar 1 tahun. Dengan demikian, jika petani mengalami penambahan umur sebesar 1 tahun, maka besarnya penurunan laju

146 peningkatan luas pengusahaan lahan sawah sebesar 0,003 ha/tahun. Hal ini disebabkan karena semakin tua umur petani, maka semakin tidak produktif petani dalam bekerja.

Luas lahan sawah yang dikuasai (X3) memiliki nilai koefisien regresi

Dokumen terkait