• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Indikator Karakteristik Petani

Tabel 13. berikut ini menggambarkan karakteristik umum responden berdasarkan pengelompokannya, terdiri dari kelompok petani pemilik, petani pemilik dan penggarap, serta petani penggarap. Petani pemilik dan penggarap terdiri dari petani pemilik dan penggarap sewa serta petani pemilik dan penggarap akad, sedangkan petani penggarap terdiri dari petani penggarap sewa, petani penggarap pinjam, serta petani penggarap sewa dan pinjam. Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh informasi bahwa rata-rata umur petani di lokasi penelitian adalah 55,75 tahun. Merujuk pada pengelompokkan umur berdasarkan SAKERNAS, rata rata umur responden menunjukkan bahwa responden di lokasi penelitian ini termasuk ke dalam kategori usia tua karena berada pada selang umur 44 sampai 59 tahun. Dibandingkan dengan yang lainnya, petani penggarap pinjam memiliki umur yang relatif lebih muda.

Selain umur petani, karakteristik lainnya yang menarik dikaji adalah umur responden ketika mereka pertama kali menjadi petani mandiri. Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa rata-rata umur responden menjadi petani mandiri di lokasi penelitian adalah 28 tahun. Dengan demikin seseorang menjadi petani yang mandiri dilakukan pada usia dewasa, bahkan kebanyakan dari mereka memutuskan menjadi petani disaat mereka sudah menikah. Melihat rata-rata umur saat ini dan membandingkannya dengan umur rata-rata ketika responden menjadi petani mandiri, maka rata-rata pengalaman bertani responden di lokasi penelitian adalah selama 27,25 tahun.

Berdasarkan data dari Tabel 13, terlihat juga bahwa rata rata pendidikan petani adalah lulusan SD, tidak tamat SD, dan tidak sekolah. Hal ini terlihat dari rata–rata lama pendidikan dibawah 6 tahun.

66

Tabel 13. Beberapa Indikator Karakteristik Petani di Kelompok Tani Harum IV, Kec. Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

Indikator Karakteristik Petani Pemilik Pemilik & Penggar ap (sewa) Pemilik & Penggar ap (akad) Pengga-rap (sewa) Pengga-rap (pinjam) Pengga-rap (sewa dan pinjam) Rata-rata total Rata-rata Umur Petani

(thn) 61.75 52.29 53.00 57.55 43.00 49.50 55.75 Rata-rata Umur Menjadi

Petani (thn) 23.13 31.00 30.00 32.27 28.50 19.00 28.50 Rata-rata Pengalaman Bertani (thn) 38.63 21.29 23.00 25.27 14.50 30.50 27.25 Rata-rata Lama Pendidikan (thn) 3.38 5.14 3.00 3.82 6.00 3.00 4.03 Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga (org) 3.88 4.71 3.50 3.91 4.00 3.50 4.03 Rata rata Jumlah Anggota

Keluarga yang Bekerja 2.63 1.86 2.00 2.27 2.00 2.00 2.22 Rata-rata Jumlah Anggota

Keluarga yang Bekerja di

Sektor Pertanian 1.50 1.14 1.50 1.36 0.50 1.50 1.31

Layaknya sebuah keluarga, anggota keluarga petani pun mengalami perubahan seiring dengan kelahiran anak-anaknya. Diantara anak-anak mereka saat ini sudah ada juga yang berkeluarga, dengan demikian tanggungan keluarga menjadi semakin kecil, akan tetapi tanggungan keluarga tidak hanya anak saja, banyak juga petani yang memiliki tanggungan keluarga selain anak. Rata rata jumlah tanggungan keluarga yang ada saat ini sebanyak 4 orang.

Dari jumlah anggota keluarga yang ada saat ini, rata-rata jumlah anggota yang bekerja berkisar 2-3 orang dan anggota keluarga yang bekerja di sektor pertanian berkisar antara 1-2 orang, mereka antara lain petani dan bu tani nya. Dengan demikian tanggungan keluarga yang ada saat ini kebanyakan merupakan anggota keluarga yang belum bekerja. Kalau pun ada keluarga yang bekerja di luar sektor pertanian, profesi anggota keluarga tersebut kebanyakan sebagai buruh.

67

6.2. Alasan Responden Menjadi Petani

Setiap orang mempunyai alasan dalam memilih profesinya. Alasan ini akan menjadikan motif seseorang dalam berprilaku. Berdasarkan informasi yang digali selama wawancara, penulis mengelompokkan alasan responden menjadi petani di lokasi penelitian ke dalam 8 kategori, yaitu:

1) Bertani padi sebagai jaring pengaman keluarga. Maksud dari pernyataan ini adalah petani berusaha menjamin ketersediaan beras untuk konsumsi rumah tangganya, sehingga mereka tidak perlu lagi membeli beras atau khawatir tidak memiliki beras setiap bulannya.

2) Bertani padi merupakan keahlian yang dimiliki saat itu. Pernyataan ini didasari karena sebagian besar masyarakat perdesaan terbiasa dengan kegiatan pertanian, sehingga dengan sendirinya atau secara otodidak mereka memiliki keahlian bertani dari lingkungan sekitarnya yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.

3) Bertani padi merupakan profesi yang dicintai responden. Maksud dari pernyataan ini adalah seluruh aktivitas responden setiap harinya benar-benar terkonsentrasi untuk mengelola kegiatan usahataninya. Responden hanya bisa merasakan ketenangan dan kenyamanan jika bekerja sebagai petani dan bisa melihat sawah setiap hari.

4) Bertani padi merupakan budaya keluarga. Responden yang lahir dan dibesarkan oleh keluarga petani akan secara langsung terbiasa dengan kegiatan bertani, karena hampir sebagian besar keluarganya bekerja sebagai petani dan pada akhirnya ia pun bekerja sebagai petani. Berbeda dengan alasan nomer 2, proses pembelajaran menjadi petani responden dapatkan dari keluarganya sendiri.

5) Bertani padi merupakan tuntutan kebutuhan kerja saat itu pada kondisi akses terhadap dunia kerja di perdesaan sangat terbatas.

6) Bertani padi merupakan usaha yang prospektif. Responden yang memiliki alasan seperti ini adalah responden yang merasa yakin bahwa bertani padi merupakan kegiatan yang bisa memberikan keuntungan apabila dikelola dengan sebaik-baiknya. Selain itu bertani padi merupakan pekerjaan tetap,

68 tidak seperti pekerjaan lain di perdesaan yang kebanyakan merupakan pekerjaan yang tidak tetap, seperti menjadi kuli bangunan atau supir. 7) Bertani padi merupakan pekerjaan untuk mengisi waktu luang. Responden

yang memiliki alasan seperti ini adalah responden yang memiliki pekerjaan utama di luar sektor pertanian, seperti menjadi PNS, buruh pada industri lain, atau kuli bangunan.

8) Bertani padi merupakan cita-cita responden sejak muda. Pernyataan ini didasari oleh keinginan responden yang begitu besar untuk menjadi seorang petani dan memiliki lahan untuk diusahakan.

Tabel 14. Alasan Responden Menjadi Petani di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

Alasan Menjadi Petani

Kriteria

Pemilik Pemilik dan

Penggarap Penggarap Total

1) Bertani Padi Sebagai Jaring Pengaman Keluarga

9.38 9.38 6.25 25.00

2) Bertani Padi Merupakan Keahlian Yang Dimiliki Saat itu

3.13 9.38 12.50 25.00

3) Bertani Padi Merupakan Profesi Yang Dicintai Responden

9.38 3.13 3.13 15.63

4) Bertani Padi Merupakan Budaya Keluarga

15.63 6.25 3.13 25.00

5) Bertani Padi Merupakan Tuntutan Kebutuhan Kerja Saat Itu Pada Kondisi Akses Terhadap Dunia Kerja di Perdesaan Sangat Terbatas

- 9.38 18.75 28.13

6) Bertani Padi Merupakan Usaha Yang Prospektif

- 6.25 9.38 15.63

7) Bertani Padi Merupakan Pekerjaan Untuk Mengisi Waktu Luang

- 3.13 3.13 6.25

8) Bertani Padi Merupakan Cita Cita

3.13 - - 3.13

Berdasarkan Tabel 14, dari total responden, diketahui terdapat 25 persen responden menyatakan alasan bahwa bertani padi sebagai jaring pengaman keluarga; 25 persen responden menyatakan alasan bahwa bertani padi merupakan keahlian yang dimiliki saat itu; 15,63 persen responden menyatakan alasan bahwa

69 bertani padi merupakan profesi yang dicintai responden; 25 persen responden menyatakan alasan bahwa bertani padi merupakan budaya keluarga; 28,13 persen responden menyatakan alasan bahwa bertani padi merupakan tuntutan kebutuhan kerja saat itu pada kondisi akses terhadap dunia kerja di perdesaan sangat terbatas; 15,63 persen responden menyatakan alasan bahwa bertani padi merupakan usaha yang prospektif; 6,25 persen responden menyatakan alasan bahwa bertani padi merupakan pekerjaan untuk mengisi waktu luang; dan 3,13 persen responden menyatakan alasan bahwa bertani padi merupakan cita-cita.

6.3. Status Responden Ketika Menjadi Petani

Merujuk Tabel 15, status responden ketika menjadi petani dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu sudah menikah dan belum menikah. Dari total responden, sebesar 81,25 persen responden menjadi petani setelah menikah, sedangkan sisanya sebesar 18,75 persen responden menjadi petani sebelum menikah.

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa tuntutan menjadi petani muncul ketika responden sudah menikah. Hal ini terjadi karena setelah menikah responden dihadapkan pada kondisi dimana mereka diharuskan untuk bekerja menafkahi keluarga dan sektor pertanian merupakan penyangga pekerjaan utama bagi masyarakat perdesaan selama ini. Hal tersebut juga semakin dibenarkan oleh data bahwa dominasi alasan responden menjadi petani, karena bertani padi merupakan tuntutan kebutuhan kerja saat itu pada kondisi akses terhadap dunia kerja di perdesaan sangat terbatas (28,13%).

Tabel 15. Status Responden Ketika Menjadi Petani di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

Kriteria Orang Persentase (%)

1) Responden yang menjadi petani setelah

menikah 26 81.25%

2) Responden yang menjadi petani

sebelum menikah 6 18.75%

70

6.4. Keragaan Kelompok Umur Petani

Berdasarkan data pada Tabel 16, menurut SAKERNAS, pengelompokan umur produktif diklasifikasikan ke dalam empat kategori umur, yaitu: (1) 10-29 tahun, (2) 30-44 tahun, (3) 44-59 tahun, dan (4) > 60 tahun. Pada penelitian ini, kelompok umur 10-29 tahun tidak ditemukan di lokasi penelitian. Oleh karena itu, pengelompokan umur responden hanya diklasifikasikan ke dalam tiga kategori umur, yaitu: (1) 30-44 tahun, (2) 44-59 tahun, dan (3) > 60 tahun. Dari total responden, terdapat 12,50 persen responden yang termasuk ke dalam kategori umur 30-44 tahun; 43,75 persen responden yang termasuk ke dalam kategori umur 44-59 tahun; dan 43,75 persen responden yang termasuk ke dalam kategori umur > 60 tahun.

Kelompok petani pemilik lahan didominasi oleh responden yang termasuk ke dalam kategori umur > 60 tahun, yaitu sebesar 15,63 persen. Kelompok petani pemilik dan penggarap didominasi oleh responden yang termasuk ke dalam kategori umur 44-59 tahun, yaitu sebesar 12,50 persen, sedangkan kelompok petani penggarap didominasi oleh responden yang termasuk ke dalam kategori umur 44-59 tahun, yaitu sebesar 21,88 persen.

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa responden di lokasi penelitian didominasi oleh responden dengan kategori umur tua (44-59 tahun) dan umur lanjut (> 60 tahun), yaitu sebesar 43,75 persen. Fenomena ini menunjukkan fakta bahwa tenaga kerja umur muda mulai kurang tertarik bekerja di sektor pertanian. Berdasarkan hasil wawancara, terungkap alasan-alasan yang mengakibatkan tenaga kerja muda kurang tertarik bekerja di sektor pertanian. Alasan-alasan tersebut adalah: (1) alasan psikologis stereotif negatif terhadap sektor pertanian, ada beban psikologis bahwa bekerja di sektor pertanian tidak prospektif, kotor, dan tidak membanggakan; (2) terbatasnya akses untuk mengusahakan lahan; dan (3) motif untuk mendapatkan penghasilan dalam waktu cepat, waktu perolehan penghasilan yang diterima dari sektor pertanian tidak secepat waktu perolehan penghasilan yang diterima dari sektor non pertanian, dimana pada sektor ini pekerja dimungkinkan untuk dapat memperoleh upah harian, mingguan, atau bulanan.

71 Fakta lain yang membuktikan bahwa responden di lokasi penelitian didominasi oleh responden dengan kategori umur tua (44-59 tahun) dan umur lanjut (> 60 tahun) dapat ditunjukkan oleh Tabel 17 mengenai keragaan lama pengalaman bertani.

Tabel 16. Keragaan Kelompok Umur Petani di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

No Kriteria

Kelompok Umur (Tahun)

Total 30-44 tahun 44-59 tahun >60 tahun

N % N % N % N %

1. Pemilik 0 0 3 9.38 5 15.63 8 25.00%

2.

Pemilik dan Penggarap: 2 6.25 4 12.50 3 9.38 9 28.13

a. Pemilik dan Penggarap (sewa) 1 3.13 4 12.50 2 6.25 7 21.88% b. Pemilik dan Penggarap (akad) 1 3.13 0 0 1 3.13 2 6.25%

3.

Penggarap: 2 6.25 7 21.88 6 18.75 15 46.88%

a. Penggarap (sewa) 0 0 6 18.75 5 15.63 11 34.38% b. Penggarap (pinjam) 1 3.13 1 3.13 0 0 2 6.25% c. Penggarap (sewa dan pinjam) 1 3.13 0 0 1 3.13 2 6.25%

Total 4 12.50% 14 43.75 14 43.75 32 100

6.5. Keragaan Pengalaman Bertani

Lama pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani dapat mempengaruhi kemampuan petani dalam mengelola kegiatan usahatani yang dijalankannya. Mengacu hasil penelitian mengenai “Representasi Profesional Petani Padi

Sawah dalam Hubungannya dengan Praktek Pengendalian Hama” oleh

Pandjaitan (1999), pengelompokan lama pengalaman bertani dibedakan ke dalam empat kategori waktu, yaitu: (1) < 10 tahun tahun, (2) 10-19 tahun, (3) 20-29 tahun, dan (4) ≥ 30 tahun. Dari total responden, terdapat 15,63 persen responden termasuk dalam kategori berpengalaman < 10 tahun; 18,75 persen responden termasuk dalam kategori berpengalaman 10-19 tahun; 21,88 persen responden termasuk dalam kategori berpengalaman 20-29 tahun; dan 43,75 persen responden termasuk dalam kategori berpengalaman ≥ 30 tahun.

Berdasarkan data pada Tabel 17, kelompok petani pemilik lahan didominasi oleh responden yang memiliki lama pengalaman bertani ≥ 30 tahun, yaitu sebesar 18,75 persen. Kelompok petani pemilik dan penggarap didominasi oleh responden yang memiliki lama pengalaman bertani ≥ 30 tahun, yaitu sebesar

72 9,38 persen. Selain itu, kelompok petani penggarap juga didominasi oleh responden yang memiliki lama pengalaman bertani ≥ 30 tahun, yaitu sebesar 15,63 persen.

Tabel 17. Pengalaman Berusahatani di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

No. Kriteria

Pengalaman Bertani

Total <10 tahun 10-19 tahun 20-29 tahun ≥30 tahun

N % n % n % N % n %

1. Pemilik 0 0 1 3.13 1 3.13 6 18.75 8 25.00

2.

Pemilik dan Penggarap: 2 6.25 2 6.25 2 6.25 3 9.38 9 28.13 a. Pemilik dan Penggarap (sewa) 2 6.25 1 3.13 2 6.25 2 6.25 7 21.88 b. Pemiliki dan Penggarap (akad) 0 0 1 3.13 0 0 1 3.13 2 6.25

3.

Penggarap : 3 9.38 3 9.38 4 12.50 5 15.63 15 46.88 a. Penggarap (sewa) 2 6.25 2 6.25 3 9.38 4 12.50 11 34.38 b. Penggarap (pinjam) 1 3.13 0 0 1 3.13 0 0 2 6.25 c. Penggarap (sewa dan pinjam) 0 0 1 3.13 0 0 1 3.13 2 6.25

Total 5 15.63 6 18.75 7 21.88 14 43.75 32 100

Sebaran petani responden di lokasi penelitian berdasarkan lama pengalaman bertani menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki lama pengalaman bertani ≥ 30 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengalaman bertani yang tinggi, sehingga kemampuan responden dalam mengelola kegiatan usahataninya jauh lebih baik daripada responden yang hanya memiliki lama pengalaman bertani < 10 tahun.

Responden yang memiliki lama pengalaman bertani < 10 tahun dapat dijelaskan karena hal-hal seperti di bawah ini:

1) Responden merupakan petani yang sebelumnya bekerja di sektor non pertanian, seperti menjadi supir, kuli bangunan, ataupun kuli pada industri lainnya. Oleh karena pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan tetap yang bisa mereka kerjakan setiap hari, mereka beralih profesi menjadi seorang petani atau mereka tetap bekerja pada sektor non pertanian namun juga bertani untuk menambah penghasilan.

2) Responden dipaksa menggarap lahan orang tua karena orang tua sudah tidak kuat lagi bertani.

73

3) Responden di PHK karena perusahaan yang memperkerjakannya

mengalami gulung tikar.

6.6. Keragaan Tingkat Pendidikan Petani

Merujuk data pada Tabel 18, dari total responden, terdapat 25 persen responden yang termasuk ke dalam kelompok petani pemilik lahan; 28,13 persen responden termasuk ke dalam kelompok petani pemilik dan penggarap; dan 46,88 persen responden termasuk ke dalam kelompok petani penggarap.

Apabila diperinci berdasarkan tingkat pendidikan, responden di lokasi penelitian dibedakan ke dalam empat kategori, yaitu: (1) tidak sekolah, (2) SD, (3) SLTP, (4) SLTA. Responden yang termasuk ke dalam kategori tidak sekolah, artinya responden tidak pernah mengenyam pendidikan seumur hidupnya. Responden yang termasuk ke dalam kategori SD, artinya kemampuan responden dalam mengenyam pendidikan formal selama enam tahun. Responden yang termasuk ke dalam kategori SLTP, artinya kemampuan responden dalam mengenyam pendidikan formal selama sembilan tahun. Responden yang termasuk ke dalam kategori SLTA, artinya kemampuan responden mengenyam pendidikan formal selama dua belas tahun.

Berdasarkan data pada Tabel 18, dari total responden, diperoleh informasi bahwa keragaan tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 43,75 persen dan petani tidak sekolah juga sebesar 43,75 persen. Sementara responden dengan tingkat pendidikan SLTP baru mencapai 3,13 persen dan SLTA sebesar 9,38 persen. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa human capital di lokasi penelitian kurang memadai dan sangat mencerminkan betapa kecilnya perhatian responden terhadap pendidikan.

Kelompok petani pemilik lahan didominasi oleh petani yang termasuk ke dalam kategori tidak sekolah, yaitu sebesar 12,50 persen. Kelompok petani pemilik dan penggarap didominasi oleh petani yang termasuk ke dalam katagori tidak sekolah, yaitu sebesar 12,51 persen. Sedangkan kelompok petani penggarap didominasi oleh petani yang termasuk ke dalam katagori SD, yaitu sebesar 25,00 persen.

74 Dominasi tingkat pendidikan petani berpendidikan rendah menunjukkan fakta, bahwa bekerja di sektor pertanian kurang diminati oleh mereka yang berpendidikan lebih tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lokollo et

al. (2007) mengenai “Dinamika Sosial Ekonomi Perdesaan: Analisis Perbandingan antar Sensus Pertanian”, faktor-faktor penjelas yang

menyebabkan sektor pertanian kurang diminati oleh mereka yang berpendidikan lebih tinggi, yaitu: (1) sektor pertanian tidak mampu memberikan perbedaan upah dan tidak menuntut persyaratan tingkat pendidikan tertentu, sedangkan sektor non pertanian mampu memberikan perbedaan upah yang nyata dan tingkat pendidikan tertentu merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan akses pada sektor ini; dan (2) jaminan untuk sukses di sektor pertanian lebih rendah dibandingkan dengan sektor non pertanian, baik dari besaran upah yang diberikan maupun jenjang status pekerjaan. Pada sektor pertanian tidak ada penjenjangan pekerjaan, yang ada adalah jenis pekerjaan, seperti mencangkul, memupuk, menyemprot, memanen, dan lain-lain.

Tabel 18. Keragaan Tingkat Pendidikan Petani di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

No. Kriteria

Tingkat Pendidikan

Total Tidak Sekolah SD SLTP SLTA

n % N % n % N % n % 1. Pemilik 4 12.50 3 9.38 1 3.13 0 0 8 25.00

2.

Pemilik dan penggarap: 4 12.51 3 9.38 0 0 2 6.25 9 28.13

a. Pemilik dan Penggarap (sewa) 3 9.38 2 6.25 0 0 2 6.25 7 21.88 b. Pemilik dan Penggarap (akad) 1 3.13 1 3.13 0 0 0 0 2 6.25

3.

Penggarap : 6 18.75 8 25.00 0 0 1 3.13 15 46.88

d. Penggarap (sewa) 5 15.63 5 15.63 0 0 1 3.13 11 34.38 e. Penggarap (pinjam) 0 0 2 6.25 0 0 0 0 2 6.25 f. Penggarap (sewa dan pinjam) 1 3.13 1 3.13 0 0 0 0 2 6.25

Total 14 43.76 14 43.75 1 3.13 3 9.38 32 100

6.7. Jumlah Tanggungan Keluarga Rumah Tangga Petani

Berdasarkan data pada Tabel 19, jumlah tanggungan keluarga responden di lokasi penelitian dibedakan ke dalam delapan kelompok jumlah tanggungan, yaitu: (1) satu orang, (2) dua orang, (3) tiga orang, (4) empat orang, (5) lima orang, (6) enam orang, (7) tujuh orang, dan (8) delapan orang. Berdasarkan uraian

75 sebelumnya diketahui bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga di lokasi penelitian adalah sebanyak 4 orang. Hal ini berarti responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga  5 orang termasuk kelompok responden yang memiliki jumlah tanggungan tinggi. Dari total responden, persentase responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga  5 orang ada sebesar 34,39 persen.

Kelompok petani pemilik lahan didominasi oleh responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak dua, tiga, dan enam orang, masing-masing sebesar 6,25 persen. Kelompok petani pemilik dan penggarap sewa didominasi oleh responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak enam orang, yaitu sebesar 9,38 persen; sedangkan kelompok petani penggarap sewa didominasi oleh responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak empat orang, yaitu sebesar 15,63 persen.

Tabel 19. Jumlah Tanggungan Keluarga Rumah Tangga Petani di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

Kriteria

Jumlah Tanggungan Keluarga Rumah Tangga Petani

Total 1 org 2 org 3 org 4 org 5 org 6 org 7 org 8 org

n % N % n % n % N % n % n % N % N % Pemilik 1 3.13 2 6.25 2 6.25 0 0 0 0 2 6.25 0 0 1 3.13 8 25.00 Penggarap (sewa) 0 0 2 6.25 2 6.25 5 15.63 0 0 1 3.13 1 3.13 0 0 11 34.38 Penggarap (pinjam) 0 0 0 0 0 0 2 6.25 0 0 0 0 0 0 0 0 2 6.25 Pemilik & Penggarap (sewa) 0 0 1 3.13 0 0 2 6.25 1 3.13 3 9.38 0 0 0 0 7 21.88 Pemilik & Penggarap (akad) 0 0 1 3.13 0 0 0 0 1 3.13 0 0 0 0 0 0 2 6.25 Penggarap (sewa dan pinjam) 0 0 1 3.13 0 0 0 0 1 3.13 0 0 0 0 0 0 2 6.25 Total 1 3.13 7 21.88 4 12.50 9 28.13 3 9.38 6 18.75 1 3.13 1 3.13 32 100

6.8. Konsumsi Beras Rumah Tangga Petani berdasarkan Kelompok Umur

dan Jumlah Tanggungan Keluarga

Merujuk data pada Tabel 20, dari keseluruhan responden, diperoleh informasi bahwa keragaan jumlah tanggungan keluarga petani di lokasi penelitian per kategori umur 30-44 tahun, didominasi oleh responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak 5 orang, yaitu sebesar 133 orang. Selain itu,

76 keragaan jumlah tanggungan keluarga petani per kategori umur 45-60 tahun, didominasi oleh responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak 6 orang, yaitu sebesar 156 orang. Sedangkan keragaan jumlah tanggungan keluarga petani per kategori umur > 60 tahun, didominasi oleh responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak 4 orang, yaitu sebesar 144 orang.

Jika dihubungkan dengan rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani di lokasi penelitian, maka informasi yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 orang adalah sebesar 115,20 kg/kapita/tahun; (2) rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 2 orang adalah sebesar 133,71 kg/kapita/tahun; (3) rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang adalah sebesar 142,50. kg/kapita/tahun; (4) rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 orang adalah sebesar 126,00 kg/kapita/tahun; (5) rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 5 orang adalah sebesar 132,96 kg/kapita/tahun; (6) rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 6 orang adalah sebesar 132,00 kg/kapita/tahun; (7) rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 7 orang adalah sebesar 138,86 kg/kapita/tahun; dan (8) rata-rata konsumsi beras rumah tangga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 8 orang adalah sebesar 135,00 kg/kapita/tahun.

Tabel 20. Konsumsi Beras Rumah Tangga Petani Berdasarkan Kelompok Umur dan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

Kategorik Umur (Tahun)

Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Rata rata Total (kg/kapita/tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 30-44 - - - 117.00 133.20 - - - 125.10 45-60 - 144.00 150.00 117.00 132.48 156.00 138.86 135.00 138.74 diatas 60 115.20 132.00 135.00 144.00 - 84.00 - - 126.94 Rata-rata (kg/kapita/tahun) 115.20 133.71 142.50 126.00 132.96 132.00 138.86 135.00 131.87

77 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa terdapat kecenderungan jika semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin banyak juga kebutuhan beras yang harus dipenuhi oleh setiap rumah tanga petani. Oleh karena itu, usaha untuk semakin meningkatkan penguasaan lahan penting dilakukan.

6.9. Keterampilan yang Dimiliki Petani berdasarkan Kategorik Status

Penguasaan dan Luas Pengusahaan Lahan Padi

Berdasarkan Tabel 21 pada data mengenai kategori status penguasaan lahan, selain berusahatani padi, dominasi keterampilan yang dimiliki responden di lokasi penelitian tetap berada di sektor pertanian, yaitu sebesar 56,25 persen; sedangkan responden yang memiliki keterampilan di luar sektor non pertanian hanya sebesar 37,50 persen dan responden yang memiliki keterampilan di sektor dan di luar sektor pertanian sebesar 15,625 persen.

Kelompok petani pemilik lahan didominasi oleh responden yang memiliki keterampilan di sektor pertanian selain padi, yaitu sebesar 9,38 persen. Kelompok petani pemilik dan penggarap juga didominasi oleh responden yang memiliki keterampilan di sektor pertanian selain padi, yaitu sebesar 21,875. Selain itu, kelompok petani penggarap juga didominasi oleh responden yang memiliki keterampilan di sektor pertanian selain padi, yaitu sebesar 25,00 persen. Meskipun data tersebut menunjukkan dominasi keterampilan responden di luar usahatani padi, data tersebut tetap menunjukkan bahwa secara keseluruhan sektor pertanian masih merupakan pilihan pekerjaan dan sumber penghasilan bagi sebagian besar responden di lokasi penelitian, baik berbasis lahan sawah maupun lahan darat/kering.

Apabila dirinci menurut kategori luas pengusahaan lahan, luasan lahan yang diusahakan oleh responden di lokasi penelitian dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu luas < 0,5 ha dan 0,5-0,99 ha. Baik responden yang memiliki luas lahan < 0,5 ha maupun 0,5-0,99 ha; dominasi jenis keterampilan yang dimiliki dalam mengusahakan lahan tersebut sama-sama keterampilan di sektor pertanian meskipun di luar usahatani padi, yaitu sebesar 56,25 persen.

78

Tabel 21. Keterampilan yang Dimiliki Petani Berdasarkan Kategorik Status Penguasaan dan Luas Pengusahaan Lahan Padi di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011

Karakteristik Memiliki Keterampilan di sektor pertanian Selain Padi Memiliki Keterampilan di Luar Sektor Pertanian Memiliki Keterampilan di Sektor dan Luar Sektor Pertanian Berdasarkan Kategorik Status

Penguasaan lahan N % N % N %

Pemilik 3 9.38 2 6.25 0 0

Pemilik dan Penggarap: 7 21.875 4 12.5 2 6.25

a. Pemilik & Penggarap (sewa) 6 18.75 3 9.38 2 6.25

Dokumen terkait