• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN

Indikator yang relevan untuk melihat hubungan antara luas lahan dengan pendapatan adalah indikator luas pengusahaan lahan. Hal ini disebabkan tidak semua lahan yang dikuasai diusahakan oleh petani. Beberapa faktor yang menyebabkan lahan yang dikuasai petani tidak semuanya diusahakan adalah: (1) lokasi yang jauh, sehingga untuk mengusahakannya diperlukan perhatian dan tenaga kerja ekstra; (2) keterbatasan dalam mengusahakan lahan disebabkan faktor usia; (3) kebutuhan biaya, sehingga lahan yang dimilikinya digadaikan; (4) keterbatasan modal usahatani, sehingga lahan dibiarkan begitu saja; (5) bertani bukan merupakan mata pencaharian utama.

Pengusahaan lahan sawah mencerminkan upaya petani mengusahakan lahan untuk memperoleh hasil usahataninya. Pengusahaan lahan sawah ini sudah mulai dilakukan sejak awal ia berprofesi sebagai seorang petani hingga saat ini. Oleh karena itu, analisis mengenai pengusahaan lahan sawah dapat dilihat dari dua hal, yaitu berdasarkan luas pengusahaan lahan sawah dan peningkatan luas pengusahaan lahan sawah. Jika berdasarkan luas pengusahaan lahan sawah, maka yang dilihat adalah luas pengusahaan lahan sawah saat ini, sedangkan jika berdasarkan peningkatan luas pengusahaan lahan sawah, maka yang dilihat adalah laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah yang diukur berdasarkan luas pengusahaan lahan sawah saat ini dikurangi dengan luas pengusahaan lahan sawah saat mulai menjadi petani kemudian dibagi dengan pengalaman bertani.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, terdapat dua pola hubungan yang terjadi antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Rasahan (1988) menyatakan bahwa terdapat dua pola utama yang mencirikan keadaan struktur dan distribusi pendapatan dengan penguasaan ataupun penggarapan lahan pertanian masyarakat perdesaan, yaitu: (1) terdapat hubungan searah antara distribusi pendapatan dengan penguasaan atau penggarapan lahan pertanian, dan (2) terdapat hubungan terbalik antara distribusi pendapatan dengan penguasaan atau penggarapan lahan pertanian. Berdasarkan uraian tersebut di atas,

125 maka dalam penelitian ini juga akan dilihat hubungan yang terjadi antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi di lokasi penelitian. Analisis hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi di lokasi penelitian diolah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple linear regression). Analisis ini dilakukan untuk menguji lebih dari satu variabel bebas (independent variable atau X) dan satu variabel tergantung (dependent variable atau Y). Oleh karena analisis mengenai pengusahaan lahan sawah dapat dilihat berdasarkan luas pengusahaan lahan sawah dan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah, maka variable dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedua kategori tersebut.

9.1. Hubungan antara Luas Pengusahaan Lahan Sawah dengan

Pendapatan Usahatani Padi

Hasil kajian berikut ini akan memaparkan analisa hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Jika variable

dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas pengusahaan lahan

sawah (Y1), maka variable independent yang diduga mempengaruhi luas pengusahaan lahan sawah adalah pendapatan usahatani padi (X) dan dummy status penguasaan lahan (terdiri atas: kelompok status pemilik (DSP), kelompok status pemilik dan penggarap (DSPP), serta kelompok status penggarap (DSPGR)).

Hasil olahan dari analisis regresi linier berganda ini dapat dilihat pada Lampiran 2 yang diringkaskan pada Tabel 52. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa nilai R adalah sebesar 0,783. Nilai R pada model mencerminkan besarnya korelasi antara independent variable dengan dependent variable. Korelasi tersebut semakin kuat jika nilai R mendekati 1. Dengan nilai R sebesar 0,783 maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara independent variable dengan dependent

variable relatif kuat.

Berdasarkan Tabel 52 juga dapat terlihat nilai R2 (R square) adalah sebesar 0,614 yang berarti bahwa kontribusi semua independent variable terhadap

dependent varible adalah sebesar 61,4 persen, sehingga 38,6 persen dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam model. Selain itu, berdasarkan Tabel 52 juga terlihat nilai signifikansi model sebesar 0,000. Hal tersebut

126 mengandung arti bahwa model ini sangat signifikan pada selang kepercayaan mendekati 100 persen.

Tabel 52. Hasil Pengujian Regresi Pendapatan Usahatani Padi terhadap Luas Pengusahaan Lahan Sawahb

R .783a

R Square .614

Sig .000a

F 10.725

a. Predictors: (Constant), X (pendapatan usahatani padi), DSPGR (dummy status penggarap), DSPP (dummy status pemilik penggarap), DSP (dummy status pemilik)

b. Dependent Variable: Y1 (Luas Pengusahaan Lahan Sawah)

Pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent dalam model dapat dilihat dari nilai signifikansi masing-masing variabel independent seperti pada Tabel 53. Interpretasi Tabel 53 adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status pemilik (DSP) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel DSP signifikan pada selang kepercayaan 97,4 persen.

2. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status pemilik dan penggarap (DSPP) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel DSPP signifikan pada selang kepercayaan 88,6 persen.

3. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status penggarap (DSPGR) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel DSPGR signifikan pada selang kepercayaan 89,9 persen.

4. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi pendapatan usahatani padi (X) terhadap luas pengusahaan lahan sawah (Y1), maka variabel X1 sangat signifikan pada selang kepercayaan hampir mendekati 100 persen Berdasarkan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas (independent

variable), maka variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap luas

127

Tabel 53. Nilai Koefisien Regresi Masing-Masing Independent Variable untuk Hasil Pengujian Regresi Pendapatan Usahatani Padi terhadap Luas Pengusahaan Lahan Sawaha

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) .252 .056 4.493 .000

DSP -.189 .080 -.371 -2.352 .026

DSPP .296 .181 .234 1.633 .114

DSPGR -.111 .065 -.251 -1.697 .101

X .022 .006 .602 4.039 .000

a. Dependent Variable: Y1 (Luas Pengusahaan Lahan Sawah)

Berdasarkan Tabel 53, maka rumus persamaan garis regresi yang menggambarkan hubungan antara luas pengusahaan lahan sawah (Y) dengan pendapatan usahatani padi (X) adalah sebagai berikut:

Y1 = a + b1.D_SP + b2.D_SPP+ b3.D_SPGR+ b4.X

Dimana:

a = konstanta = 0,252

b1 = koefisien regresi dummy status pemilik (D_SP) = -0,189

b2 = koefisien regresi dummy status pemilik dan penggarap (D_SPP) = 0,296 b3 = koefisien regresi dummy status penggarap (D_SPGR) = -0,111

b4 = koefisien regresi pendapatan usahatani padi (X) = 0,022

Berdasarkan data tersebut, persamaan garis regresi yang terbentuk adalah:

Y = 0,252 - 0,189.D_SP+ 0,296.D_SPP-0,111.D_SPGR+ 0,022.X

Dilihat dari model persamaan tersebut terdapat 3 variabel dummy, dengan demikian model persamaan matematika yang terbentuk adalah sebagai berikut: 1. Model untuk kelompok petani pemilik, dimana D_SP = 1, D_SPP dan

D_SPGR= 0, maka model persamaannya adalah:

128 2. Model untuk kelompok petani pemilik dan penggarap, dimana D_SPP = 1

, D_SP dan D_SPGR = 0, maka model persamaannya adalah:

YSPP = 0,548 + 0,022.X ... (2) 3. Model untuk kelompok petani penggarap, dimana D_SPGR = 1 , D_SP

dan D_SPP = 0, maka model persamaannya adalah:

YSPGR = 0,141 + 0,022.X ... (3)

Dimana:

YSP = Luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik

YSPP =Luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik dan penggarap YSPP = Luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik dan penggarap YSPGR =Luaspengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani penggarap

X = Pendapatan usahatani padi

Berdasarkan model tersebut, nilai konstanta sebesar 0,063 pada persamaan 1 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah kelompok petani pemilik adalah sebesar 0,063 ha jika tidak ada penambahan pendapatan usahatani padi. Nilai konstanta sebesar 0,548 pada persamaan 2 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah kelompok petani pemilik dan penggarap adalah sebesar 0,548 ha jika tidak ada penambahan pendapatan usahatani padi. Nilai konstanta sebesar 0,141 pada persamaan 3 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah kelompok petani penggarap adalah sebesar 0,141 ha jika tidak ada penambahan pendapatan usahatani padi.

Nilai konstanta yang disajikan menggambarkan perilaku petani dalam mengusahakan lahannya. Meskipun petani mengalami kerugian atau tidak memperoleh pendapatan dari usahataninya, mereka akan tetap berusaha untuk mengusahakan lahan pada musim berikutnya dengan rata–rata luas lahan yang berbeda untuk setiap kelompoknya. Berdasarkan besarnya nilai konstanta, terlihat bahwa rata-rata luas lahan yang akan diusahakan paling kecil terdapat pada kelompok petani pemilik.

Nilai koefisien regresi sebesar 0,022 menunjukkan pertambahan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan pendapatan usahatani padi sebesar 1 satuan unit. Dengan demikian, jika petani mengalami peningkatan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka besarnya peningkatan luas pengusahaan

129 lahan sawah sebesar 0,022 ha/musim. Pada persamaan 1, jika terjadi penambahan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka total rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani pemilik menjadi sebesar 0,085 ha. Pada persamaan 2, jika terjadi penambahan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka total rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani pemilik dan penggarapb menjadi sebesar 0,570 ha. Pada persamaan 3, jika terjadi penambahan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka total rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani penggarap menjadi sebesar 0,163 ha.

Oleh karena ketersediaan lahan di lokasi penelitian relatif tetap, maka makna terjadinya penambahan luas pengusahaan lahan sawah petani sebesar 0,022 ha/musim, misal untuk kasus pada kelompok petani pemilik dan penggarap adalah terjadinya pengalihan investasi setara dengan nilai pengusahaan lahan 0,022 ha/musim. Untuk menggambarkan pengalihan investasi setara 0,022 ha/musim dengan cara mengalihkan penambahan luas pengusahaan lahan sawah dengan produktivitas padi rata-rata petani yang kemudian dikalikan dengan rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP). Dengan asumsi produktivitas 6,9 ton/ha dan rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp 2.500,00/kg, maka akan terjadi pengalihan investasi ke usahatani selain usahatani padi setara dengan Rp 379.500,00/musim.

Berdasarkan ketiga model tersebut, terlihat dengan peningkatan pendapatan dalam jumlah yang sama, kelompok petani pemilik dan penggarap paling responsif dibandingkan dengan kelompok petani lainnya. Sedangkan kelompok petani penggarap lebih responsif dibandingkan kelompok petani pemilik.

9.2. Hubungan antara Laju Peningkatan Luas Pengusahaan Lahan Sawah

dengan Pendapatan Usahatani Padi

Hasil kajian berikut ini akan memaparkan analisa hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Jika Variable

dependent dalam penelitian ini adalah laju peningkatan luas pengusahaan lahan

sawah (Y2), maka variable independent yang diduga mempengaruhi luas pengusahaan lahan sawah adalah pendapatan usahatani padi (X) dan dummy status penguasaan lahan (terdiri atas: kelompok status pemilik (DSP), kelompok

130 status pemilik dan penggarap (DSPP), serta kelompok status penggarap (DSPGR)).

Hasil olahan dari analisis regresi linier berganda ini dapat dilihat pada Lampiran 3 yang diringkaskan pada Tabel 54. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa nilai R adalah sebesar 0,338. Nilai R pada model mencerminkan besarnya korelasi antara independent variable dengan dependent variable. Korelasi tersebut semakin kuat jika nilai R mendekati 1. Dengan nilai R sebesar 0,338 maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara independent variable dengan dependent

variable relatif tidak kuat.

Berdasarkan Tabel 54 juga dapat terlihat nilai R2 (R square) adalah sebesar 0,114 yang berarti bahwa kontribusi semua independent variable terhadap

dependent varible adalah sebesar 11,4 persen, sehingga 88,6 persen dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam model. Selain itu, berdasarkan Tabel 54 juga terlihat nilai signifikansi model sebesar 0,496. Hal tersebut mengandung arti bahwa tingkat kepercayaan terhadap model ini sangat rendah sekali, yaitu 50,4 persen.

Tabel 54. Hasil Pengujian Regresi Pendapatan Usahatani Padi terhadap Laju Peningkatan Luas Pengusahaan Lahan Sawahb

R .338a

R Square .114

Sig .496a

F .868

a. Predictors: (Constant), X (pendapatan usahatani padi), DSPGR (dummy status penggarap), DSPP (dummy status pemilik penggarap), DSP (dummy status pemilik)

b. Dependent Variable: Y2 (laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah)

Model yang tidak signifikan, mengandung arti bahwa tidak ada pengaruh antara laju peningkatan pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Seseorang petani akan memiliki laju peningkatan pengusahaan lahan sawah, jika dia memiliki akses terhadap pengusahaan lahan sawah. Akses yang diperlukan meliputi ketersediaan informasi, kedekatan dan kepercayaan dengan pemilik lahan yang akan disewa, serta modal untuk membeli dan menyewa lahan. Dengan demikian pendapatan bisa mempengaruhi laju peningkatan pengusahaan

131 lahan sawah, jika dalam waktu yang bersamaan diiringi dengan kemampuan petani untuk mengakumulasikan modalnya, misalnya melalui menabung. Dengan tingkat pendapatan tiap bulan yang relatif kecil, merupakan hal yang sangat sulit bagi petani untuk bisa mengakumulasikan modalnya, karena sebagian besar telah habis untuk menutupi kebutuhan rumah tangga sehari hari. Hal inilah yang menjadi penyebab kenapa laju peningkatan pengusahaan lahan sawah tidak dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan.

132

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Dokumen terkait