• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

C. PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN/LIPUTAN LAHAN TAHUN 2006-2012 DI DAS BRANTAS

4.2 Analisis Erosi dan Sedimentasi

4.2.3 Analisa Indeks Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)

Berdasarkan tabel tersebut di atas gambaran umum kelolosan tanah terhadap air di DAS Brantas pada umumnya agak lambat. Haltersbut menunjukkan bahwa tanah di DAS Brantas mempunyai kemampuan meloloskan air kedalam tanah agak lambat kurang lebih 0,5 – 2,0 cm/jam, sehingga air hujan yang turun sebagian akan menjadi limpasan dan genangan. Kelolosan air di DAS Brantas atau permeabilitas tanah dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 8 Sebaran Permeabilitas Tanah di DAS Brantas

Sumber : Statistik BPDAS Brantas Tahun 2006

4.2.3 Analisa Indeks Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)

Berdasarkan penelitian proses erosi dapat terjadi pada lahan dengan kemiringan lebih beser dari 2%. Derajat kemiringan lereng sangat penting, karena kecepatan air dan kemampuan untuk memecah/melepas dan mengangkut partikel-partikel tanah tersebut akan bertambah secara eksponential dari sudut kemiringan. Karakteristik lereng akan sangat mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi, hal ini terkait dengan energi yang menyebabkan terjadinya erosi itu sendiri.

Karakteristik lereng yang dimaksud adalah panjang dan kemiringan lereng.Panjang lereng berpengaruh kepada energi untuk terjadinya erosi. Panjang lereng ini akan mempengaruhi volume limpasan permukaan sehingga mempengaruhi kemampuan untuk mengerosi tanah.Kemiringan lereng berpengaruh pada kecepatan dan volume limpasan permukaan. Semakin tinggi kemiringan lereng akan semakin cepat laju limpasan permukaan yang terjadi. Semakin tinggi kemiringan lereng maka waktu

Cepat Sedang sampai

Cepat Sedang

Sedang

sampai Lambat Lambat Agak Lambat 1 Rejoso 12,391 - 14,277 - 12,899 23,802 2 Pasiraman 524 - 47,207 - 2,226 932 3 Ngrowo-Ngasinan 3,151 - 66,119 - 44,286 31,642 4 Lesti 18,020 - 7,106 - 748 32,510 5 Melamon 13,021 - 18,949 - 4,372 41,747 6 Ambang 31,297 - 1,903 - - 68,475 7 Gedongan Dlodo - - 67,525 - 119 19,496 8 Barek Glidik 5,744 - 82,789 - 586 28,751 9 Widas 8,909 - 21,832 - 83,981 36,810 10 Lahar 135,891 - 16,914 - 7,913 98,078 11 Brangkal 12,596 - 4,866 - 6,392 72,243 12 Welang 17,465 - 418 - 14,512 35,063 13 Konto 12,580 - 6,321 - 2,924 28,939 14 Bluwek - - 11,192 - 5,964 4,326 15 Maspo 26,097 - 11,845 - 44,632 143,968 297,686 379,263 - 231,554 666,782 SUB DAS NO

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

4

untuk infiltrasi air kedalam tanah semakin sedikit, dengan demikian volume erosi menjadi lebih beser.

Kemiringan lereng DAS Brantas pada umumnya didominasi oleh interval kemiringan antara 0 – 2%, hal ini menggambarkan kondisi topografi di DAS Brantas pada umumnya landai. Kondisi kemiringan lereng di DAS Brantas secara umum dapat dilihat pada tabel berikut ini dan penyebarannya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Tabel 4.9 Kemiringan Lereng di DAS Brantas

No Kemiringan Lereng Luas (km2) Prosentase (%) Indeks LS

1 0 - 2% 5.855,81 48,19 0,4 2 2 - 8 % 600,99 4,95 0,4 3 9 - 15 % 625,46 5,15 1,4 4 15 - 25 % 2.443,67 20,11 3,1 5 25 - 40 % 71,06 0,58 6,8 6 40 - 60 % 2.538,70 28,89 9,5 7 > 60 % 14,60 0,12 12,0 TOTAL 12.150,30 100

Sumber: Hasil Perhitungan dari Peta Kemiringan Lereng di DAS Brantas, Bappenas, 2012

Sumber: Hasil Analisis, Bappenas, 2012

Gambar 4.7 Peta Kemiringan Lereng DAS Brantas

Dari tabel pengelompokan kemiringan lereng tersebut di peroleh nilai indeks panjang dan kemiringan lereng (LS) di DAS Brantas. Sebagai gambaran penilaian

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

4

indeks panjang dan kemiringan lereng di DAS Brantas dapat dilihat pada tabel berikut dan gambar berikut ini.

Tabel 4.10 Indeks Kemiringan Lereng di DAS Brantas

No Kemiringan Lereng Luas (km2) Prosentase (%) Indeks LS

1 0 - 2% 5.855,81 48,19 0,4 2 2 - 8 % 600,99 4,95 0,4 3 9 - 15 % 625,46 5,15 1,4 4 15 - 25 % 2.443,67 20,11 3,1 5 25 - 40 % 71,06 0,58 6,8 6 40 - 60 % 2.538,70 28,89 9,5 7 > 60 % 14,60 0,12 12,0 TOTAL 12.150,30 100

Sumber : Hasil Perhitungan dari Peta Kemiringan Lereng di DAS Brantas, Bappenas, 2012

Sumber: Hasil Analisis, Bappenas, 2012

Gambar 4.8 Peta Nilai Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) DAS Brantas 4.2.4 Analisa Indeks Faktor Tanaman dan Faktor Pengelolaan (CP)

Faktor tanaman (C) adalah perbandingan erosi dari lahan yang ditanami suatu jenis tanaman dengan erosi dari plot control. Kemampuan tanaman untuk menutup tanah dalam menekan laju erosi akan mempengaruhi besar kecilnya faktor tanaman. Faktor pengelolaan (P) adalah perbandingan erosi dari lahan/tanah yang disertai pengelolaan dengan besarnya erosi dari lahan dari tanah tanpa pengelolaan.

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

4

Dalam perhitungan selanjutnya faktor tanaman (C) dan faktor pengelolaan (P) disatukan atau dikalikan langsung sehingga menjadi faktor CP. Nilai CP ini dapat dari peta tata guna lahan dari daerah studi yang dimaksud.

Berdasarkan data Peta Rupa Bumi Digital Indonesia dan hasil Interpretasi Citra Lansat TM7 Tahun 2012, Penggunaan Lahan di kawasan studi diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, diantaranya hutan, lahan terbuka, permukiman, perkebunan, sawah, semak/belukar, tegalan/ladang. Untuk lebih jelasnya sebaran penggunaan lahan di DAS Brantas dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini:

Sumber: Hasil Analisis, Bappenas, 2012

Gambar 4.9 Peta Penggunaan Lahan di DAS Brantas

Dalam penentuan indeks pengeolaan tanaman diperoleh dari peta penggunaan lahan. Kemudian dari peta pengguna lahan disetarakan dengan nilai indeks pengelolaan tanaman yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan dalam Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor, nilai indeks pengelolaan tanaman dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini:

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

4

Tabel 4. 11 Nilai Faktor CP di DAS Brantas

No Tipe Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%) Indeks CP

1 Pemukiman 199.436,92 16,41 1,00 2 Rawa/Hutan Rawa 3.117,32 0,26 0,01 3 Empang 24.274,78 2 0,001 4 Pabrik/Bangunan 2.782,62 0,23 1,00 5 Bandar Udara/Pelabuhan 608,48 0,05 1,00 6 Penggaraman 150,89 0,01 1,00 7 Sungai 518,90 0,04 0,001 8 Pasir 190,65 0,02 1,00 9 Danau/Bendungan 2.815,87 0,23 0,001 10 Tanah Kosong/Padang Rumput 12.328,95 1,01 0,02 11 Semak Belukar 62.307,96 5,13 0,1 12 Sawah Irigasi 312.108,54 25,69 0,02 13 Sawah Tadah Hujan 75.476,08 6,21 0,05 14 Hutan 85.569,84 7,04 0,001 15 Kebun 247.492,60 20,37 0,3 16 Ladang 185.849,98 15,3 0,28

JUMLAH 1.215.030,39 100

Sumber: Hasil Analisis dan Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor

Sumber: Hasil Analisis, Bappenas, 2012

Gambar 4.10 Peta Indeks Faktor CP di DAS Brantas 4.2.5 Erosi di DAS Brantas

Hasil analisis erosi di DAS Brantas dengan cara menumpang tindihkan keempat faktor erosi tersebut diatas, yaitu faktor erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), dan indeks pengelolaan tanaman (CP). Proses tumpang tindih peta-peta tersebut diatas dilakukan dengan menggunakan perangkat

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

4

tanah di DAS Brantas kemudian dikelompokan sesuai dengan klasifikasi tingkat bahaya erosi dari Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai.

Tabel 4.12 Klasifikasi Kelas Bahaya Erosi

No Kelas Bahaya Erosi (ton/ha/thn)

1 Kelas I 0 – 15 ton/ha/tahun (sangat ringan) 2 Kelas II 15 – 60 ton/ha/tahun (ringan) 3 Kelas III 60 – 180 ton/ha/tahun (sedang) 4 Kelas IV 180 – 480 ton/ha/tahun (kritis) 5 Kelas V >480 ton/ha/tahun (sangat keritis)

Sumber:Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa laju erosi rata-rata di DAS Brantas sebesar 11,81 ton/ha/tahun atau sebesar 14.349.508,91 ton/tahun. Hardjowigeno (1992) memberikan batasan kriteria bahwa nilai toleransi erosi yang normal hanya sebesar 2,5–12,5 ton/ha/tahun. Berdasarkan data tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa nilai erosi di DAS Brantas masih dalam batas normal namun demikian perlu perhatian agar erosi tidak semakin meningkat.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa di bagian hulu DAS Brantas pada umumnya memiliki potensi erosi yang sangat tinggi terutama pada wilayah Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kota Batu dan Kota Malang khususnya pada daerah-daerah hulu Sub DAS Jari, Sub DAS Bangkok, Sub DAS Lemon, Sub DAS Manis, Sub DAS Pandansari dan Sub DAS Tiko. Daerah yang mempunyai potensi erosi tinggi merupakan daerah dataran tinggi yang didominasi oleh lahan-lahan pertanian terutama hortikultura yang sangat mendukung terjadinya peningkatan laju erosi.

Untuk menekan semakin tingginya laju erosi yang terjadi di daerah-daerah tersebut perlu mendapat perhatian dengan penanganan yang tepat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan besarnya laju erosi antara lain berupa penerapan agroteknologi di suatu daerah yang mengalami erosi.Agroteknologi yang dipilih disesuaikan dengan kondisi wilayah, terutama jenis penggunaan lahan dan kemiringan lereng. Dengan adanya penerapan agroteknologi diharapkan dapat menurunkan besarnya laju erosi yang terjadi.

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

4

Tabel 4.13 Kelas Erosi Di DAS Brantas

Sumber: Hasil Analisis, Bappenas, 2012

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V

1 K.Abad 2,884.50 866.55 49.01 102.06 5.43 3,907.55 2 K.Bandung 957.02 530.51 - - - 1,487.53 3 K.Bangkok 7,758.80 2,132.18 3,856.02 2,772.70 444.22 16,963.92 4 K.Beng 2,552.00 12,055.29 1,106.97 3.96 - 15,718.22 5 K.Brantas 119,660.92 65,213.25 27,781.11 9,453.64 610.96 222,719.88 6 K.Corah 5,647.57 2,109.46 110.69 1,001.29 30.11 8,899.11 7 K.Dermo 5,529.32 4,813.40 2,201.40 260.85 - 12,804.97 8 K.Dondong 7,184.55 5,942.40 210.50 62.30 - 13,399.75 9 K.Ewoh 1,141.76 723.22 0.65 0.02 - 1,865.65 10 K.Gagang 3,066.74 1,912.79 320.47 867.72 15.23 6,182.96 11 K.Gelondong 2,262.21 1,308.84 25.10 30.10 4.68 3,630.92 12 K.Gembulu 25,588.63 11,218.87 7,477.46 3,991.88 70.57 48,347.39 13 K.Jabon 4,448.72 2,335.44 166.30 113.37 - 7,063.82 14 K.Jari 1,453.96 980.63 94.02 1,483.74 590.63 4,602.97 15 K.Jilu 25,084.19 7,272.69 13,925.30 8,329.73 139.74 54,751.66 16 K.Kedung 8,471.45 3,374.49 2,427.90 624.01 - 14,897.84 17 K.Konto 26,220.18 7,535.96 9,446.23 10,909.49 695.55 54,807.40 18 K.Kuntulan 20,933.02 5,988.74 2,983.36 1,380.97 105.95 31,392.04 19 K.Lahar 3,536.70 2,693.33 33.66 266.48 3.07 6,533.23 20 K.Lahargendok 6,156.82 4,721.31 910.49 194.67 - 11,983.29 21 K.Lemon 5,509.87 1,424.13 1,259.90 2,421.79 3,512.30 14,127.98 22 K.Lesti 16,811.41 17,644.05 21,535.99 5,430.44 603.35 62,025.26 23 K.Manis 4,786.28 2,262.93 3,446.33 1,958.96 1,508.92 13,963.43 24 K.Mas 84,585.51 38,010.64 1,923.66 587.12 - 125,106.93 25 K.Metro 7,452.79 3,869.13 3,286.20 1,781.84 134.31 16,524.27 26 K.Nganto 42,032.85 15,551.89 11,941.58 6,751.79 180.44 76,458.55 27 K.Ngobo 10,173.44 4,135.80 3,334.19 411.79 0.00 18,055.23 28 K.Ngrowo 64,568.01 41,593.32 22,329.19 16,195.68 2,556.41 147,242.61 29 K.Pandansari 2,501.56 1,629.25 1,861.18 1,993.47 152.73 8,138.19 30 K.Tiko 3,310.49 899.00 2,895.96 806.97 2,171.50 10,083.92 31 K.Tresmabaru 6,019.79 3,456.35 - - - 9,476.14 32 K.Watudakon 4,057.03 439.10 - - - 4,496.13 33 K.Widas 88,086.78 27,285.64 25,005.87 8,147.89 626.04 149,152.23 34 nn 25 4,300.28 3,629.88 5,190.97 4,582.40 515.89 18,219.42 624,466.04 305,755.86 178,801.00 93,981.91 14,916.34 1,215,030.39 51.27 25.10 14.68 7.72 1.22 100.00 KELAS EROSI (HA)

NO Sub DAS Grand Total

Total Prosentase (%)

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

4

Sumber: Hasil Analisis, Bappenas, 2012

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN