• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE PENELITIAN

N. ANALISIS KONDISI DAS

Analisis ini terkait dengan analisis kondisi fisik seperti batas DAS, luas DAS, geologi, hidrologi, topografi, jenis tanah, curah hujan, potensi air tanah, rawan bencana, dan gerakan tanah.

1) Penentuan Batas DAS dengan AVSWAT 2000

 Pengolahan DEM

Pengolahan DEM dalam studi ini bertujuan untuk mendapatkan representasi topologi bumi dalam bentuk DEM berformat grid/cell atau juga bisa disebut grid elevasi yang selanjutnya akan digunakan dalam pemodelan DAS dan analisa

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

2

kemiringan lereng (grid kemiringan lereng). DEM berformat grid bisa diperoleh dari proses korversi topologi bumi dengan data dasar peta topografi digital yang diperoleh dari BAKOSURTANAL.

Kualitas grid elevasi yang dihasilkan akan sangat ditentukan oleh skala peta topografi dan skala grid yang digunakan. Dengan pertimbangan kemampuan komputer, skala grid yang digunakan dalam studi ini adalah 25 m x 25 m atau 1 cell mewakili luasan sebesar 25 m x 25 m dipermukaan bumi. Adapun langakah-langkah dalam pengolahan DEM adalah sebagai berikut:

a) Mempersiapkan peta topografi digital yang mencakup daerah studi dalam format CAD.

b) Mengekspot polyline kontur peta topografi tersebut ke dalam format file program ArcView dengan atribut elevasi masing-masing garis kontur.

c) Membangkitkan DEM dalam bentuk 3 dimensi dengan format TIN (Triangular Irregular Network).

d) Konversi DEM dari format TIN ke dalam format Grid skala cell 25 m x 25 m. 2) Pemodelan DAS

Dengan bentuk cell-nya yang teratur, DEM berformat grid memiliki kelebihan kemudahan dalam penerapan rumus. Sehingga dengan penerapan algoritma tertentu pengguna dapat menentukan arah aliran setiap cell-nya atau bahkan untuk memodelkan suatu DAS dari suatu peta topologi bumi DEM berformat grid.

Model DAS dalam studi ini digunakan sebagai model dasar dengan menggunakan Model SWAT selain parameter lain yang di-input dalam sistem database SWAT. Pemodelan DAS dilakukan dengan menganalisa arah aliran dan akumulasi aliran yang diterima setiap cell. Adapun langkah-langkah dalam memodelkan DAS adalah sebagai berikut:

a) Mempersiapkan peta topologi bumi dalam bentuk DEM berformat grid dengan skala 25 m x 25 m.

b) Identifikasi cell-cell yang mengalami depresi aliran (Sink).

c) Melakukan manipulasi sink (Fill sink) yang terdapat dengan menaikan elevasi cell tersebut.

d) Membangkitkan grid arah aliran (flow direction)

e) Menghitung akumulasi aliran yang diterima setiap cell dari grid arah aliran. f) Membangkitkan jaringan sungai sintetik berdasarkan grid akumulasi aliran

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

2

g) Melakukan identifikasi titik outlet DAS utama dan sub-sub DAS pada jaringan sungai.

h) Melakukan delinisiasi DAS sehingga didapatkan peta batas DAS dan Sub DAS beserta parameter fisiknya.

3) Tipologi DAS (Paimin, et al. - Kementerian Kehutanan, P3KR, 2012)

Dalam perencanaan pengelolaan DAS, perlu memperhatikan pedoman, di mana untuk menilai kerentananan pengelolaan tingkat DAS dipertimbangkan hal-hal berikut ini:

a) Tingkat kerentanan lahan

Tabel 2. 15 Skala Kerentanan/Sensitivitas Lahan Terhadap Erosi

Sumber: Paimin, et al. - Kementerian Kehutanan, P3KR, 2012

Tipologi atau Kerentanan lahan terhadap degradasi terhadap erosi dapat diklasifikasi seperti tabel berikut:

Tabel 2. 16 Klasifikasi tipologi tingkat kerentanan

Sumber: Paimin, et al. - Kementerian Kehutanan, P3KR, 2012

b) Tingkat kerentanan sosial ekonomi

Kondisi sosial ekonomi yang mengancam kelestarian sumberdaya alam, hutan, tanah, dan air adalah besarnya tekanan penduduk terhadap lahan serta kemampuan ekonomi masyarakat yang sangat terbatas atau rendah. Tekanan penduduk terhadap lahan dicerminkan oleh parameter kepadatan penduduk dan struktur ekonomi daerah,

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

2

sedangkan kemampuan ekonomi wilayahnya ditunjukkan oleh pendapatan dan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Tabel 2. 17 Tipologi/Kerentanan Penduduk Terhadap Lahan

Keterangan: Angka dalam kurung ( ) menunjukkan nilai skor pada setiap parameter Sumber: Paimin, et al. - Kementerian Kehutanan, P3KR, 2012

Tabel 2. 18 Tipologi Ekonomi DAS

Keterangan:

SK= Standar Kemiskinan

Angka tebal dalam kurung ( ) menunjukkan nilai skor pada setiap parameter Sumber: Paimin, et al. - Kementerian Kehutanan, P3KR, 20122

Formulasi tipologi sosial ekonomi DAS disusun sebagai hasil sintesis interaksi kondisi tekanan penduduk dan kondisi ekonomi DAS, sehingga nilainya merupakan nilai rata-rata dari nilai formulasi tekanan penduduk dan nilai ekonomi DAS.

Selanjutnya, tipologi daerah tangkapan air hujan atau tipologi DTA (catchment

area) merupakan interaksi tipologi lahan dan tipologi sosial ekonomi. Nilai kerentanan

daerah tangkapan air merupakan nilai rata-rata dari nilai tipologi lahan dan nilai tipologi sosial ekonomi, dan tingkat kerentanannya seperti pada tabel klasifikasi tipologi tingkat kerentanan.

c) Tingkat kerentanan banjir

Banjir merupakan manifestasi dari air hujan yang diproses oleh lahan pada daerah tangkapan air menjadi aliran/limpasan permukaan. Dengan demikian berdasarkan sistem tata air DAS, Potensi Banjir merupakan interaksi dari Tipologi Lahan dan hujan.

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

2

Tabel 2. 19 Tipologi Pasokan Air Banjir

Sumber: Paimin, et al. - Kementerian Kehutanan, P3KR, 2012

Tipologi DAS mencerminkan kondisi suatu DAS baik dari kondisi daerah tangkapan airnya maupun kondisi banjirnya. Tipologi DAS diperoleh dari hasil interaksi antara tipologi DTA dan tipologi banjir. Nilai kerentanan DAS merupakan nilai rata-rata tipologi DTA dan nilai tipologi banjir, yang klasifikasinya seperti pada tabel klasifikasi tipologi tingkat kerentanan.

d) Koordinasi pengelolaan yang harus dibangun dalam satuan DAS berkenaan permasalahan (sebab-akibat) lintas wilayah administrasi

Tabel 2. 20 Skala Sensitivitas Kewilayahan Pengelolaan DAS

Sumber: Paimin, et al. - Kementerian Kehutanan, P3KR, 2012

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diklasifikasi Tipologi Kewilayahan Pengelolaan DAS menjadi (1) Tinggi (skala 4 dan 5), (2) Sedang (skala 3), dan (3) Rendah (skala 1 dan 2). Memperhatikan kerentanan kewilayahan demikian maka sistem pengelolaan tingkat DAS yang kompatibel lebih mudah disetarakan dengan wilayah provinsi dominan. Sedangkan kewilayahan DAS yang lintas provinsi secara tegas pengelolaannya dipandu oleh pemerintah Pusat atau kerjasama antar provinsi.

Tipologi Pengelolaan DAS merupakan manifestasi dari Tipologi DAS dengan Tipologi Kewilayahan, yang tipologinya seperti pada tabel klasifikasi tipologi tingkat kerentanan.

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

2

Tabel 2. 21 Tipologi Pengelolaan DAS

Sumber: Paimin, et al. - Kementerian Kehutanan, P3KR, 2012

Dalam analisis ada kemungkinan Tipologi DAS termasuk kategori “tinggi” tetapi karena Tipologi Kewilayahannya “rendah” sehingga Tipologi Pengelolaannya menjadi “sedang”, artinya bahwa DAS tersebut “rentan” tetapi pengelolaannya tidak sulit.

Dengan mengacu pada hasil karakterisasi DAS yang menunjukkan kerentanan dan potensi, maka kemudian dapat menjadi masukan untuk program dan usulan kegiatan pengelolaannya. Oleh karena wilayah DAS berada dalam wilayah provinsi atau lintas kabupaten dan lintas provinsi, maka usulan kegiatan pengelolaan bersifat indikatif dan penyelenggaraannya bersifat koordinatif. Koordinasi dimaksudkan agar kegiatan antar Bagian DAS yang saling mempengaruhi dalam satuan wilayah DAS memiliki sasaran yang lebih terarah.